25

30 2 0
                                    

Jungkook mengambil pisau yang ada di dekatnya dan menusukkan pada Taehyung. Dengan segera Taehyung memegang pisau itu, tanpa peduli jika tangannya akan terluka.

Darah mengalir saat Jungkook semakin menekan pisau itu ke arah kakaknya, bisa saja Taehyung menghempaskan Jungkook karena dorongannya tidak begitu kuat. Namun, dia ingin tau apa yang akan dilakukan.

"Jika tubuhmu lemah seperti ini kau tidak akan bisa menang," ucap Taehyung.

"Kau memang berharap aku mati," sahut Jungkook. Dia menarik pisau dari tangan Taehyung dan mendorong tubuhnya mundur.

"Dia yang mau kau mati. Bukankah dia yang meracunimu. Lain kali jika membuat masalah jangan menyeret orang lain. Belum lagi kau tidak tau terima kasih. Sekarang apa mau mu? Apa kau akan tetap di sini dan mati dengan tenang, atau kau ingin pergi dengan Hyung mu itu," ujar Taehyung dengan mata menatap tajam ke arah Suga.

Taehyung tersenyum tipis melihat adiknya menerima apa yang dilakukan, walau dia juga yang di salahkan. Jungkook seakan melebeli apa yang salah dilakukan, Taehyung yang harus bertanggung jawab atas.

"Katakan di mana obat penawar itu. Percuma saja kau memberiku penawaran saat kau tau jawabannya." Taehyung beranjak dan berjalan ke lawan bicaranya yang terduduk di lantai dengan kaki terluka.

"Tidak sebelum kau memberikan apa yang aku mau," jawabnya.

Dengan tangan kiri yang terluka, Taehyung mencekik pria itu dan menarik pisau yang menancap di kaki kirinya. Membuat pria itu berteriak karena ulah Taehyung. "Aku tanyakan padamu sekali lagi. Di mana penawar itu?" tanya Taehyung.

"A-ku tidak akan memberikannya," jawabnya dengan keyakinan untuk tidak mengatakannya.

Taehyung menggoreskan pisau itu pada dada lawannya dengan menekan dengan keras. Teriakan terdengar seisi ruangan, namun tidak ada yang berani menghentikan Taehyung saat dia mulai berfantasi melukai lawanya tanpa ampun.

"Katakan sebelum aku menembuskan pisau ini ke Jantungmu." Kali ini tatapannya begitu serius karena tidak ada expresi sama sekali.

"Kalau kau membunuhnya, Jungkook tidak akan mendapatkan penawarnya," sahut Suga. Dia coba mengingatkan Taehyung agar tidak membunuhnya lebih dulu.

"Kalau begitu minta padanya. Jangan memintaku datang hanya karena permainan bodoh ini." Taehyung menatap tajam Suga yang menyelai ucapannya.

"Akhh!!" Rintih Jungkook. Tubuhnya melorot ke samping karena rasa sakit yang menguasai dirinya. Seperti tidak peduli dengan apa yang adiknya rasakan. Taehyung hanya diam.

"Di mana kau menyimpan penawar itu." Kali ini Suga yang tampak bingung saat melihat kondisi Jungkook lemah. Taehyung memilih mundur dan meminta beberapa anak buahnya membawa Jungkook ke rumah sakit. Mematap setiap adegan di mana Suga sedang khawatir pada Jungkook.

Di sisi yang lain Suga menggorok leher lawannya setelah mengatakan di mana penawar itu berada. Segera Suga mencarinya tanpa Taehyung ikut mencari. Dia hanya duduk diam sambil menatap Suga yang begitu panik dengan kondisi Jungkook.

Padahal Suga berharap Taehyung mati, pada Jungkook dia sangat peduli. Menunjukkan di pihak mana Suga sekarang. Taehyung tidak peduli akan hal itu, hanya saja orang yang dia anggap keluar nyatanya lawan yang mematikan untuknya.

"Biar aku membalut tanganmu," ucap J-Hope pada tuanya yang hanya diam menatap Suga menghentikan Jungkook yang akan dibawa ke rumah sakit dan memberikan penawar itu.

"Aku tidak apa-apa. Bawa Jimin ke rumah sakit, aku yang urus di sini," jawab Taehyung tanpa melihat lawan bicaranya. Hatinya terasa sakit melihat itu, dia tidak memiliki keluarga yang bisa dia percaya, sekarang dia melihatnya sendiri. Mana keluarga dan mana lawan.

"Kau harus mengobati luka di tanganmu," ucap Jimin.

"Segera pulang dan istirahat. Melawan keluarga sendiri itu jauh lebih menyakitkan daripada melawan orang lain." Jimin tau siapa yang dimaksud Taehyung.

Taehyung menatap kosong, otaknya terus membayangkan akan seperti apa nantinya. Semua ini tentang kedudukan yang dia miliki. Mereka hanya ingin harta dari Taehyung, itu sebabnya mereka berharap Taehyung mati agar mereka bisa menguasai semua aset atas nama Taehyung.

Setelah mereka pergi tinggallah Taehyung sendiri di ruangan itu. Dia meneguk minuman keras yang ada di hadapannya. Padahal dia sudah berjanji untuk melampiaskan nafsunya dengan bercinta dengan Ha Seul daripada mabuk. Namun, dia tidak bisa pulang sekarang. Taeri akan kembali takut nanti, jika melihat tangan kirinya terluka.

Di sebuah Bar yang menjadi basecam gengster yang Suga bunuh, Taehyung mendapatkan keuntungan dengan menjadikan mereka anggotanya. Tanpa susah payah area itu menjadi kekuasaannya sekarang setelah ketua genk mereka mati.

"Bagaimana kondisi adiknya?" tanya Taehyung pada salah satu dari anggota gengster.

"Kondisinya kritis. Saya harap ini tidak akan menjadi melebar, karena mereka meminta bantuan Tuan Namjoon untuk menyelesaikan masalah ini," jelasnya.

Tidak semudah itu memang, masalah ini akan melebar ke mana-mana jika sudah berurusan dengan musuh bebuyutan Taehyung. "Jika ada yang mencariku karena masalah ini, aku harap dia datang langsung padaku," ucap Taehyung. Wibawanya membuat siapa pun tunduk, dan dia sangat di segani. Tidak seperti Jungkook yang bisanya membuat onar.

Taehyung memilih pulang, dia pikir jam sudah cukup malam atau bisa dibilang dini hari saat dia memilih pulang agar Taeri tidak tau dia datang. Dia berjalan masuk, tangannya terbalut handuk kecil agar darah tidak terus mengalir. Duduk di sofa dan merebahkan tubuhnya begitu saja. Dia memejamkan mata. Sampai beberapa saat kemudian dia merasa ada yang membuka balutan di tangannya. Awalnya dia biarkan, karena dia tau siapa yang coba mengobati lukanya. Namun, dia merasa gerakannya terhenti dan mendengar isak tangis.

Taehyung yang mulanya memejamkan mata, coba untuk duduk dan menatap Ha Seul yang memang ada di bawahnya. Dia tertunduk sambil menangis. Hatinya terasa sakit saat melihat Taehyung terus terluka.

Taehyung duduk sejajar di hadapan Ha Seul kemudian memeluknya erat. Wanita yang ada dalam pelukannya ini adalah keluarga yang dia percaya. Siapa lagi, saat keluarganya sendiri berharap dia mati.

Tangis Ha Seul pecah dalam pelukan Taehyung. "Maafkan aku," tutur Taehyung.

"Ja-nga ter-luka la-gi," ucap Ha Seul dengan susah payah, tapi bersuara.

"Jangan memaksakan diri saat itu akan menyakitkan untukmu," sahut Taehyung.

"Lebih menyakitkan melihatmu terluka seperti ini." Ha Seul menatap Taehyung dan bicara menggunakan bahasa isyarat.

Taehyung mengusap pelan pipi Ha Seul, menatapnya sebelum dia mencium bibir manis Ha Seul. Aroma alkohol tercium oleh Ha Seul, namun dia tidak peduli akan hal itu. Memuaskan nafsu akan membuat Taehyung tenang, itu yang dia pikirkan.

"Kita pergi berlibur lusa setelah janji pernikahan kita besok. Aku harap kau tidak menyesal hidup dengab pria sepertiku. Aku hanya memiliki kalian, aku tidak ingin kalian pergi dari hidupku. Biarkan yang membenciku menikmati kesenangannya, tapi aku ingin kau dan Taeri selalu bersamaku. Maukah kau hidup bersamaku, dengan masalah yang begitu banyak?" Taehyung memegang tangan Ha Seul dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku hanya anak yang tidak pernah dianggap ada oleh keluargaku. Semua yang aku miliki, yang mereka mau. Hanya kalian yang aku miliki. Hanya kalian saja." Taehyung tertunduk sambil memegang erat tangan Ha Seul. Dia menangis di hadapan Ha Seul. Pria yang terkenal dingin, kejam, dan berwibawa seperti Taehyung bisa menangis karena masalah keluarga. Dan itu hanya Taehyung tunjukkan pada Ha Seul.

Moonlight (MAFIA-KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang