26

36 4 0
                                    

Hari itu setelah Taehyung dan Ha Seul mengucapkan janji suci pernikahan, mereka berencana liburan bertiga menggunakan Pesawat Jet Pribadi. Kemewahan selalu menjadi pendamping Taehyung ke manapun dia berada. Menjadi pemimpin sebuah kelompok Mafia, dia begitu terpandang. Meski banyak yang mengenalnya sebagai pengusaha, tapi di balik itu semua apa pekerjaan kotor yang dia jalani.

Mereka berencana untuk berlibur ke Malta. Walau Gyeong terus mencarinya, namun Taehyung tidak peduli. Dia hanya akan menikmati waktunya bersama keluarga kecilnya.

"Paman Jimin, apa kaki Paman sudah sembuh? Ayah bilang Paman menangis karena kaki Paman sakit, apa begitu sakit?" tanyanya polos.

Jimin melirik tajam Taehyung yang hanya diam sambil menatap putrinya bicara. "Tidak bisakah kau menurunkan pandanganmu itu, aku hanya berkata jujur padanya. Dia begitu peduli padamu," jawab Taehyung.

"Ya, tapi tidak perlu berbohong seperti itu," sahut Jimin.

"Oh ya Paman. Apa Paman juga akan menikah?" Pertanyaan Taeri membuat Taehyung tertawa. Hal sensitif itu di tanyakan oleh Taeri dengan lugunya. Dia paham betul bagaimana Jimin, karena memang Jimim tipe orang yang pekerja keras.

"Ayahmu yang puas dengan pertanyaan itu," gerutu Jimin. Dia menatap kesal Taehyung yang tertawa.

"Memangnya kenapa? Apa Taeri salah, Ayah?" tanyanya pada sang ayah.

"Tidak, sayang. Hanya saja, Paman Jimin sedang sakit hati karena wanita, dan kau menanyakan hal itu," jelas Taehyung.

"Di sebelah mana yang sakit Paman? Bisa Taeri meniupnya agar sembuh." Jimin menjadi gemas dengan sikap putri bosnya itu. Selalu saja ada yang membuat senyumnya mengembang.

Di sisi lain ada Ha Seul yang banyak diam, hanya menatap ke luar jendela Pesawat Jet Pribadi milik suaminya. "Ada apa?" tanya Taehyung saat melihat Ha Seul hanya diam.

Rencananya liburan mereka kali ini juga untuk memeriksakan kondisi Ha Seul. Akhir-akhir ini dia mulai bisa bicara, walau dia harus memaksakan diri. Sebenarnya dia memang bukan orang yang mengalami kesulitan bicara sejak lahir, karena trauma di usianya ke 7 tahun dia mulai tidak bicara. Sampai besar pun dia tidak mau bicara. Apalagi trauma terbesarnya saat kematian orang tuanya bersama keluarga yang lain.

Ha Seul menggeleng pelan. "Hanya tidak biasa naik pesawat saja. Sedikit pusing," jelasnya dengan bahasa isyarat yang dia pelajari sejak usia 9 tahun. Dia benar-benar di diagnosa tuna wicara oleh dokter karena tidak ada respon dan ingatan tentang masa kecilnya hilang.

"Tidurlah, nanti saat sampai aku akan bangunkan," ucap Taehyung.

Ha Seul hanya merasa khawatir, jika apa yang akan dia obati menjadikan traumanya kembali. Dia hanya tak ingin mengingat masalah yang terjadi di masa lalunya. Terlalu suram untuk diingat lagi. Ha Seul memilih memejamkan mata seperti yang Taehyung katakan.

***

Sampailah mereka di sebuah Villa mewah dekat pantai dengan pemandangan yang indah. Taeri tertidur saat perjalanan ke Villa, membuat Taehyung harus menggendongnya. Dengan satu tangan yang lain menggandeng Ha Seul yang terlihat cantik dengan pakaian casual dan rambut panjang terurai.

"Kalian istirahatlah, kita juga akan istirahat. Nikmati waktu kalian di sini, nanti malam aku akan makan malam bertiga di dekat sini," jelas Taehyung sebelum mereka masuk kamar untuk istirahat.

"Baik," jawab mereka. Ada beebrapa pengawal yang pergi bersamanya, terutama Jimin dan J-Hope. Mereka berdua selalu ada bersama Taehyung.

Taehyung membaringkan tubuh putrinya dan berjalan ke arah kamar mandi. Ha Seul sendiri menatap ke luar dari balkon kamar mereka tempati. Ada waktu untuk istirahat sebelum nanti malam, pergi makan malam.

Taehyung berjalan menghampiri Ha Seul dan memeluknya dari belakang. Mencium lekuk leher wanita yang akhirnya bisa menjadi isterinya setelah 5 tahun lamanya tidak bertemu karena hasutan seseorang.

"Kau teringat sesuatu?" Ha Seul mengangguk pelan menjawab pertanyaan Taehyung, dia juga berbalik badan dan memeluk tubuh suaminya. Menghadap dan bersembunyi pada dada bidang suaminya.

Taehyung memang tidak memaksa Ha Seul untuk ini, tapi istrinya sendiri yang mau. Dia memang takut ingatannya akan kembali melukai dirinya.

"Semua akan baik-baik saja. Tidak perlu dilakukan saat kau tidak ingin. Nikmati apa yang ingin kau lakukan tanpa memaksakan diri. Bisa bicara bukan tolak ukur kita bisa bahagia, kau bisa bicara menggunakan tanganmu. Dan bukan berarti kau tidak spesial, kau tetap menjadi setengah nyawaku. Bukankah semua sudah terjawab, saat seseorang ingin kita berpisah, sekarang kita malah dipertemukan lagi. Aku tidak memaksamu. Jika kau mau sembuh, kita lakukan. Aku selalu bersamamu," tutur Taehyung. Dia memeluk erat tubuh istrinya yang menangis.

"Sebaiknya tidur di samping putrimu. Aku juga lelah sekali," pinta Taehyung. Dia mengangkat tubuh istrinya dan membawanya ke atas tempat tidur. Mereka bertiga berbaring di satu tempat tidur, menikmati waktu istirahat sebelum nanti makan malam bersama.

Taehyung tidak langsung tidur, dia menatap dua orang yang dia cintai. Berharap mereka akan selalu aman, saat keluarga Taehyung menjadi musuh terbesarnya. Namun, fokusnya sekarang ada pada kesembuhan Ha Seul.

***

Makan malam dipenuhi dengan senyuman dari mereka bertiga. Sejak tadi Taeri tidak hentinya bicara pada ayahnya, begitu juga Taehyung yang merasa gemas mendengarkan seksama apa yang putrinya ceritakan.

"Tunggu sebentar," ucap Taehyung saat dia menerima panggilan masuk yang sejak tadi menganggunya. Dia beranjak dan coba bicara di telepon menjauh dari anak dan istrinya.

"Katakan ada apa?" tanya Taehyung pada salah satu anak buah yang terus menghubunginya.

"Tuan Suga menyetujui perjanjian yang Anda tolak. Dia mengambil tawaran itu, dan lusa harusnya apa yang menjadi perjanjian mereka diberikan," jawabnya.

"Lantas apa masalahnya? Biarkan dia melakukan apa yang dia mau, aku tidak peduli saat dia menginginkan itu," sahut Taehyung.

"Masalahnya ada pada Tuan Suga mengiyakan apa yang mereka mau, dengan Anda yang menjadi umpan. Jika, perjanjian itu gagal mereka akan mengejar Anda, karena Tuan Suga yang menyetujui permintaan mereka," timpanya.

"Sebenarnya apa yang mereka mau. Apa mereka mau kepalaku sebagai jaminan. Aku tidak mau tau, ini bukan perjanjian yang aku buat, aku tidak mau diganggu di waktu berliburku." Taehyung kemudian menutup sambungan teleponnya. Enak saja mereka menjadikan Taehyung umapan saat yang memiliki kuasa bukan mereka.

"Ada apa?" tanya Jimin.

"Bawa ponsel ini. Urus apa yang mereka mau dariku. Aku tidak mau liburan ku di sini terganggu karena mereka." Taehyung melemparkan ponselnya pada Jimin dan kembali ke tempat makan.

Tidak pernah ada habisnya masalah yang mereka buat untuk Taehyung. Karena memang niat mereka menyingkirkan Taehyung dengan segala cara yang mereka buat. Agar apa yang Taehyung kuasai jatuh padanya.

"Ada apa ini?" tanya Taehyung saat melihat Taeri menangis di samping ibunya yang terlihat pucat dengan nafas yang berat.

"Ayah, ibu kenapa?" Taeri yang khawatir menangis melihat ibunya yang seperti menahan kesakitan. Padahal dia terlihat baik-baik saja, namun tengah makan malam, dia tertunduk dengan nafas memburu.

Segera Taehyung membawa Ha Seul pergi dari tempat itu dan ke rumah sakit, kondisinya benar-benar lemah dengan keringat dingin yang membasahi wajah bahkan tubuhnya. Sebenarnya apa yang terjadi hingga kondisi Ha Seul menurun tiba-tiba.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moonlight (MAFIA-KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang