14

21 3 0
                                    

"Aku tidak menyukaimu," sahut Taeri yang menjawab pertanyaan Jungkook pada kakaknya. Senyum mengembang dari bibir Taehyung mendengar itu. Tanpa repot menjawab, Taeri menjawabnya lebih dulu.

"Kenapa kau begitu tidak menyukaiku. Apa begitu menjijikannya diriku?" tanya Jungkook dengan jari mengarah pada dirinya.

"Karena kau tidak tau malu," jawabnya. Seketika Taehyung tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban dari gadis kecilnya. Dia sungguh membuatnya senang di pagi yang cerah ini.

"Puas sekali kau menertawakan diriku, tapi ingat Hyung, aku tidak bercanda dengan apa yang aku katakan." Setelah mengatakannya, Jungkook memilih pergi. Dia urung untuk sarapan karena terus menjadi bulan-bulanan Taeri.

"Tidak boleh bicara seperti itu. Tidak baik." Ha Seul menjelaskan dengan bahasa isyarat pada Taeri yang sudah membuat  Jungkook malu.

"Bukankah Ibu yang mengatakannya lebih dulu. Kenapa Taeri tidak boleh mengatakannya," sahut Taeri.

"Sudah, sebaiknya kita sarapan. Aku ada pekerjaan setelah ini, dan untukmu, apa kau sudah memutuskan apa yang harus kau pilih?" tanya Taehyung. Dia menatap Ha Seul kali ini.

"Aku tidak ingin pergi dari putriku," jelas Ha Seul dengan sorot mata tegas.

Taehyung menganggukkan pelan kepalanya dan mulai menyuapkan sarapan yang disiapkan. Sesekali dia akan menyuapi Taeri yang duduk di sampingnya sekarang. Mereka sudah seperti keluarga kecil yang bahagia. Meski sesugguhnya mereka tidak memiliki hubungan apapun.

Pria setampan Jungkook mungkin tidak mungkin ditolak oleh banyak wanita, tapi sikapnya tidak seperti tampangnya yang bagus. Dia itu ceroboh dan gegabah. Banyak masalah yang terjadi karena dia. Seperti sekarang, Taehyung harus pergi dengannya, dan karena dia masih kesal dengan sang kakak. Itu yang membuat Jungkook gegabah atas apa yang diperintahkan kakaknya.

Tugasnya mengambio narkotika yang harusnya dia ambil seminggu yang lalu, namun dia malah tenang dan harus Taehyung yang turun tangan. Saat dia tidak terima, dia melakukan tugas itu dan membuat masalah. Polisi hampir menangkapnya, sampai terjadi pengejaran pada Jungkook.

"Kau ceroboh sekali. Apa kau pikir kita sedang bermain," bentak J-Hope pada Jungkook yang sudah berada di persembunyian dengan bantuan Taehyung yang harus turun tangan sendiri.

Di belakang J-Hope ada Taehyung yang sedang memegangi keningnya yang berdarah karena benturan keras yang pihak polisi lakukan pada mobil yang dikendarai, agar Jungkook bisa lolos. Dengan handuk di tangan, dia menutupi lukanya dengan itu agar darah cepat berhenti.

"Kalau bukan karena ibumu. Aku tak sudi melakukan ini. Kau tau dia mengancamku agar kau tetap aman. Jika sikapmu seperti ini, kau sama saja membunuhku. Lakukan saja sekarang, jika kau mau aku mati di hadapanmu." Taehyung melemparkan pistol pada Jungkook. Adiknya itu memang keras kepala, terlalu terburu-buru dengan apa yang dilakukan.

"Apa ini yang kau anggap mampu menjadi pemimpin. Kau hanya akan menghancurkan kelompok ini jika bersikeras menjadi pemimpin. Akh!!!" Teriak Taehyung. Dia sangat marah saat Jungkook gagal membawa barang itu, artinya dia harus lebih hati-hati karena barang bukti pihak polisi dapatkan akibat kecerobohan Jungkook.

"Lantas apa karena itu kau yang dipilih Ayah menjadi pemimpin? Kau saja yang tidak pernah suka padaku. Kau merasa diriku sainganmu. Padahal, aku hanya ingin menjadi bagian dari ini semua. Karena aku memiliki hak." Bukannya diam, Jungkook seolah menantang kakaknya dengan bicara seperti itu.

"Kau anggap aku membencimu? Apa aku tidak salah dengar?" Taehyung tersenyum sinis dengan apa yang Jungkook katakan.

"Dengarkan aku baik-baik, jika aku memang tidak menyukaimu. Sudah sejak lama aku membunuhmu. Kau tidak pernah sadar dengan sikapmu. Kau!!" Taehyung dengan cepat mengambil senjata yang ada di hadapan Jungkook dan mengerahkan tepat di kepala adiknya. Dia terbawa emosi dengan kegagalan Jungkook, bukannya minta maaf, adiknya itu malah menantang kakaknya.

"Tae!! Sudahlah, kau tau sifatnya. Akan percuma saat kau mengotori tanganmu dengan darahnya. Dia tidak akan pernah sadar dengan sikapnya. Dia itu hanya mencari perhatian darimu." Jimin segera menghampiri Taehyung dan menariknya lebih jauh dari Jungkook. Sekeras apa Taehyung, dia tidak pernah sekalipun membenci Jungkook. Malah kebalikannya, Jungkook yang benci dengan kakaknya, padahal dia kembali ke Korea juga karena memiliki masalah. Jika bukan Taehyung yang melindunginya, lantas siapa.

Door Door Door

3x tembakan Taehyung lepaskan. Dia menembak tanpa sasaran untuk meluapkan amarahnya karena Jungkook. "Bawa dia pergi, jangan biarkan dia pulang dulu dengan kondisi seperti ini. Dia hanya akan membuat masalah baru. Aku tidak ingin melihatnya dulu, jika tidak aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri." Dengan penuh penekanan, Taehyung mengatakan itu. Dia tidak bisa terus bersama Jungkook, karena saat gelap mata dia hanya akan menyesal nantinya.

***

Sesampainya di rumah, Taehyung langsung ke kamar. Dia mengunci rapat pintu kamarnya agar Taeri tidak masuk dan khawatir padanya. Ingin dia tidak pulang, tapi hati kecilnya memintanya pulang.

"Ibu, apa Tuan Aneh sedang marah?" tanya Taeri yang sedang bersama ibunya. Mereka berada di belakang rumah, bermain berdua.

"Sepertinya dia sedang lelah, sebaiknya Ibu antar kau ke kamar, sudah malam," jelas Ha Seul.

Ha Seul tadi sempat melihat Taehyung. Dia fokus dengan pakaian yang dikenakan penuh darah, entah apa itu darahnya atau tidak, tapi Ha Seul begitu penasaran.

Setelah Taeri benar-benar tidur. Kakinya melangkah ke kamar Taehyung yang ada di lantai dua rumah mewah itu. Dia memegang kunci yang dia minta dari Jimin, walau sebenarnya Jimin tak ingin memberikannya, tapi Ha Seul tetap memaksa.

Perlahan dia masuk ke kamar Taehyung, menutup kembali pintu kamar yang gelap itu. Tidak ada pencahayaan, hanya sinar bulan dari jendela kaca di sisi kamar yang memperlihatkan ruangan itu bercecer pakaian Taehyung yang penuh darah.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Karena kurang fokus, Taehyung mendekat Ha Seul dari belakang.

Ha Seul yang memang tidak melihat di mana Taehyung sebelumnya terkejut, namun suaranya teredam oleh tangan Taehyung yang mendekap mulutnya.

"Siapa yang memintamu ke sini?" Bau alkohol tercium walau Taehyung mendekapnya. Ha Seul hanya bisa menggeleng kepala karena memang Taehyung tidak membiarkan menghadapnya.

Seperti tikus yang terperangkap, Ha Seul tidak bisa berkutik sedikit pun. Tak lama, Taehyung mendorong tubuh Ha Seul ke tempat tidur. Dengan cahaya bulan, Taehyung membuat pakaian yang Ha Seul kenakan robek dengan satu tarikan. Menampilkan bagian atas yang hanya tertutup bra hitam.

"Kenapa? Bukankah ini gunanya dirimu datang. Layani aku, daripada aku menghajarmu. Bukankah lebih baik puaskan nafsuku," ucap Taehyung. Dengan kondisi mabuk berat, Taehyung ingin bercinta dengan Ha Seul yang hanya bisa menangis karena perlakukannya.

"Ti-dak!" Dengan sekuat tenaga, Ha Seul coba menolak. Suaranya lirih, tapi dia bisa mengeluarkan suaranya.

Namun, Taehyung tidak memperdulikan apa yang Ha Seul katakan karena nafsu sudah menguasai dirinya.

Moonlight (MAFIA-KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang