18

20 3 0
                                    

Benar saja, jika Taehyung sedang di kamar. Walau Ha Seul takut, dia tetap ingin melihat kondisi Taehyung. Terlihat dia sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Begitu lelap hingga tidak sadar jika Ha Seul masuk kamarnya.

Ada beberapa bekas darah di tangannya, penutup di keningnya yang terluka juga terbuka, menampilkan luka yang mengangga. Dia juga terlihat pucat. Botol minuman berserakan di lantai. Namun, fokus Ha Seul bukan itu. Dia coba mengambil air hangat untuk membersihkan bekas darah di tangannya. Perlahan dia membersihkan, coba untuk tidak takut.

"Apa yang kau lakukan di sini? Apa Taeri tidak berangkat ke sekolah?" Pertanyaan Taehyung membuat Ha Seul menghentikan kegiatannya. Dia menatap Taehyung yang masih memejamkan mata.

Tanpa menjawab, Ha Seul mencium bibir Taehyung yang berbaring di atas tempat tidur. Bukannya menolak, Taehyung membalasnya dengan melumat bibir Ha Seul dengan brutal.

"Apa Jungkook sempat menciummu?" Taehyung menghentikan kegiatannya sejenak dengan mendorong tubuh Ha Seul pelan.

Ha Seul menggeleng pelan. Kembali dia mencium bibir Taehyung. Rasa manis dan juga bau alkohol tidak membuatnya berhenti. Dia kemudian menaiki tubuh kekar Taehyung dengan bibir yang terus melumat.

Tanpa diminta, Ha Seul membuka seluruh pakaian yang dikenakan. Menampilkan tubuh mulusnya, walau ada bekas merah yang Taehyung berikan waktu itu, dia tidak peduli. "Lebih baik puaskan nafsumu dengan bercinta, jangan lagi mabuk. Aku ada untukmu. Tubuhku ini milikmu," jelasnya dengan bahasa isyarat.

"Kau yakin dengan yang kau katakan?" Taehyung menarik lengan Ha Seul, membuatnya berbaring dan dia berada di atasnya sekarang.

"Tentu. Bukankah aku milikmu?" Taehyung mengiyakan apa yang Ha Seul katakan dengan kembali mencumbu tubuh wanita yang sedang menggodanya ini.

Cara seperti ini Ha Seul bicara dengan Taehyung. Dan kali ini Taehyung bersikap lembut padanya. Setiap lekuk tubuh Ha Seul tidak luput dari sentuhan bibir Taehyung. Memberikan kenyamanan untuk Ha Seul yang mengajaknya bercinta di pagi ini. Dia tidak bisa bicara lantang, dan ini cara ampuh untuknya lebih memahami Taehyung.

"Akh!!' Rintihan lirih terdengar, tidak hanya diam. Taehyung semakin mempercepat gerakannya untuk mencari kenikmatan.

"Jangan pernah berpaling, karena kau akan mati jika itu terjadi." Dengan tangan yang menekan leher Ha Seul, dia mengatakan itu. Walau melihat wanitanya sulit bernafas, dia tetap menekan lehernya. Mengoyang tubuh hingga mereka sampai di titik kepuasan yang di cari.

Tidak hanya sekali, mereka menghabiskan waktu dengan bercinta. Segala macam gaya mereka lakukan. Ha Seul kali ini menikmati, seperti melepas kerinduan yang selama ini dia rasakan. Cinta Taehyung memang tak pernah padam. Dia merasakan itu sekarang, meski sikapnya kadang kasar. Ha Seul percaya, jika itu karena rasa kecewa Taehyung padanya.

Setelah puas bercinta, Taehyung kembali terlelap. Dia memeluk tubuh Ha Seul yang tidak mengenakan apapun dibalik selimut tebal itu. Jam menunjukkan pukul 12 siang dan itu artinya sudah 4 jam mereka bercinta. Ha Suel ingin turun dan melihat putrinya yang sudah pulang, namun Taehyung tak membiarkannya. Dia terus memeluk Ha Seul.

Tubuh mereka terasa lengket karena cairan yang keluar dari titik kepuasan yang mereka cari, akan tetapi mereka berdua tidak merasa risih karena itu.

"Aku masih ingin bercinta denganmu. Taeri akan aman dengan Jimin," bisik Taehyung saat Ha Seul coba untuk bangun. Dia pikir Taehyung tidak akan tau saat dia turun tempat tidur, nyatanya dia kembali mengajak Ha Seul bercinta.

"Kau bilang mau menjadi pelampiasan emosiku. Jadi, puaskan nafsuku."

"Akh!" rintih Ha Seul saat Taehyung kembali mengobok lubang kewanitaannya. Memiringkan tubuh wanitanya dan memasukkan dari belakang, kemudian mengoyangnya pelan sampai dengan cepat dia mengikuti irama.

"Kau ini milikku, dan akan selamanya jadi milikku. Tidak ada yang bisa memilikmu selain aku. Meski itu Jungkook," bisik Taehyung. Dia menggoyang tubuh Ha Seul, mencari kepuasan untuk ke sekian kalinya.

Ha Seul menerima itu, karena dia juga yang mau. Dia tidak ingin Taehyung meluapkan kemarahannya dengan alkohol. Seperti yang Jimin katakan, karena itu hanya akan memperburuk kondisinya.

***

Ha Seul berhasil keluar kamar Taehyung. Sudah begitu sore saat dia keluar, dia segera mencari keberadaan putrinya setelah membuat tubuhnya segar sebelum menyiapkan makan malam.

"Aku pikir kau keluar bersama Taehyung. Apa dia sudah bangun?" tanya Jimin pada Ha Seul yang tampak cantik dengan Dress selutut warna paste dan rambut setengah basah dibiarkan terurai begitu saja.

"Dia ada di kamarnya," jelas Ha Seul sambil menunjuk ke atas.

"Aku harus bicara dengannya. Oh ya, Taeri sedang berenang bersama J-Hope Hyung," sahut Jimin.

"Oh iya, terima kasih."

Segera dia melihat putrinya yang memang sedang berenang. Dia melambaikan tangan dan terlihat Taeri senang melihat ibunya. Sambil menatap ke arah Taeri, dia membayangkan pergulatan yang hampir seharian ini dia lakukan. Melelahkan tapi juga melegakan. Dia merasa bahagia saja bisa memuaskan nafsu Taehyung. Setidaknya memang dia tidak membiarkan Taehyung mabuk.

Selesai membantu putrinya membersihkan diri setelah berenang, Ha Seul segera menyiapkan makan malam. Hanya membantu saja, karena pelayan yang memasak.

Taehyung yang seharian tidak keluar kamar akhirnya dia duduk bersama di meja makan. Rambutnya masih basah karena memang baru mandi. Jimin yang membangunkan Taehyung untuk bicara urusan bisnis, seharian tidak ada yang berani mengganggunya.

Sejak Taehyung duduk di meja makan, Taeri hanya diam. Dia seperti takut jika Taehyung akan marah padanya. Sampai Taehyung mulai mencairkan suasana dan mulai mengajaknya bicara.

"Apa Ayah boleh meminjam itu?" Taehyung menunjuk ke arah mainan yang ada di hadapan Taeri. Dengan tutur yang lembut, Taehyung coba membujuk putrinya.

Dengan kepala tertunduk, Taeri memberikan mainan itu pada Taehyung. Dia tidak berani menatap wajah ayahnya. Bayangan di mana Taehyung mencekik Jungkook tergambar dalam ingatannya.

Taehyung kemudian memegang tangan kecil putrinya, namun Taeri malah menangis dan memeluk ibunya yang duduk di samping. Setakut itu dia pada Taehyung. "Ibu ..." tangisnya pecah saat memeluk ibunya.

"Maaf, Ayah membuatmu takut." Taehyung coba mendekati Taeri lagi. Dia memegang punggung putrinya yang memeluk erat ibunya.

"Jika nakal harus di hukum, itu sebabnya Paman tidak tau malu itu Ayah hukum. Maafkan Ayah, Nak," tutur Taehyung lagi.

"Taeri tidak nakal. Ayah yang nakal," ucapnya lirih. Dan itu membuat yang mendengarnya tersenyum gemas.

"Kalau begitu boleh Ayah Taeri diberi hukuman oleh Paman?" tanya Jimin.

"Apa dengan diangkat seperti Tuan Jungkook?" Dia masih tidak mau menatap ayahnya. Namun, dia menjawab pertanyaan Jimin.

"Memangnya boleh Ayah di hukum seperti itu?" tanya Jimin lagi. Dia tidak langsung menjawab, hanya diam. Seperti sedang berpikir, bagaimana ayahnya di perlakukan sama seperti Jungkook.

"Nak ..." panggil Taehyung dengan nada lembut. Tangannya masih mengusap pelan punggung putrinya.

Taeri menatap ayahnya yang ada di samping. Mata mereka bertemu. Taehyung mengulurkan tangan dengan expresi penyesalan yang dia tunjukkan.

"Ayah tidak marah lagi?" tanyanya dengan lirih. Jujur saja dia takut, tapi dia juga tidak ingin terus mendiami ayahnya.

"Tidak, Nak. Kemarilah." Dengan ragu, Taeri kemudian mau digendong ayahnya. Dia kembali menangis dalam pelukan sang ayah karena takut.

"Maafkan Ayah." Taehyung harus mengurangi amarahnya yang mudah tersulut karena ada Taeri yang melihatnya. Dia harus menahannya. Tidak bisa dengan leluasa bersikap seperti tadi.

Moonlight (MAFIA-KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang