Taehyung sedang bertemu dengan seseorang di sebuah Dermaga, untuk membicarakan bisnis. Taehyung dengan sebatang rokok yang ada di sela-sela jarinya mendengarkan dengan seksama apa yang lawan bicaranya bahas. Sesekali dia hisap ujung batang rokok itu dan meneguk Bir yang dia pegang di tangan yang lain.
"Penyelundupan kali ini aku harap bisa berhasil karena jika gagal lagi seperti yang adikmu lakukan, Polisi akan kembali mencurigaimu. Apa yang harusnya kau berikan padaku waktu itu gagal karena adikmu, dan itu artinya kau harus bertanggung jawab. Seperti yang kau katakan, kau akan mengembalikan itu 2x lipat dari barang sebelumnya," ucapnya pada Taehyung yang tampak tenang dengan komplain yang lawan bicaranya katakan. Ini semua karena Jungkook, dan dia yang harus menanggung resikonya.
"Kau bicara seolah ini semua kesalahan adikku. Saat kau juga ikut andil dalam gagalnya pengiriman ini. Tidak ada 2x lipat, aku tidak pernah mengatakan hal itu. Jika Jungkook yang mengatakannya, minta padanya. Bukan padaku," jelas Taehyung.
"Bagaimana bisa. Dia melakukan ini atas perintahmu, dia juga tanggung jawabmu," sahutnya.
Taehyung tersenyum tipis. Tetap dia yang harus bertanggung jawab atas kebodohan Jungkook. Namun, itu bukan hal yang sulit untuk Taehyung, karena barang yang lawan bicaranya minta akan dia kembalikan.
"Saat bukan aku sendiri yang bicara, lain kali jangan kau percaya apa yang dia katakan. Dan untuk urusan kali ini, aku mau kau juga ikut andil, karena jika ini gagal lagi, aku tidak ingin berurusan denganmu lagi," tegas Taehyung.
"Tetap saja. Saat ini gagal, nyawa keluargamu yang akan menjadi taruhannya. Aku pikir gadis kecil yang ada di rumahmu itu putrimu, apa benar begitu?" Taehyung menatap tak terima atas ucapan yang lawan bicarakan. Dia mengancam akan mencelakai Taeri jika rencana ini gagal.
Taehyung meremas batang rokok yang masih menyala setelah lawan bicaranya pergi. Dia tampak marah mendengar ancaman itu mengarah pada Taeri, putrinya.
"Aku ingin kepala Jungkook saat dia berani menyentuh tubuh putriku," ucap Taehyung pada J-Hope dan juga Jimin. Yang Taehyung takutkan bukan dirinya terluka, melainkan wanita yang dia cintai dan juga putrinya yang mereka lukai.
"Rencanakan dengan matang tanpa Jungkook tau. Aku tidak ingin ini gagal lagi karena bocah bodoh itu," timpa Taehyung.
"Untuk barang yang Jungkook tawarkan, apa dia menagih 2x lipat?" tanya Jimin.
"Ya, dia menagih seperti janji yang Jungkook katakan. Apakah barang yang kemarin bisa kita ambil untuk menutup hutang Jungkook pada bajingan itu," ucap Taehyung. Ulah yang Jungkook buat, tetap Taehyung yang harus menangungnya.
"Sayangnya, barang itu sudah polisi bawa. Kau tau, Jungkook meninggalkan mobilnya dengan setengah barang yang masih di mobilnya. Barang yang kita simpan tidak akan cukup untuk memberikan 2x lipat yang dia minta," jelas J-Hope.
"Anak itu memang tidak berguna." Taehyung harus mencari cara agar apa yang lawannya minta bisa dia berikan tanpa kurang sedikitpun. Karena Bos Namjoon tidak akan tinggal diam saat rencana ini kembali gagal. Berbisnis dengan musuh bebuyutan itu tidak mudah. Apalagi ini Jungkook yang merencanakan. Seperti masuk ke jurang dengan sendirinya.
Rencananya barang terlarang yang di sita kepolisian itu akan Taehyung ambil sendiri, dengan bantuan 3 sekawan. Dia yang turun tangan agar ini bisa berhasil. Dia tidak ingin Namjoon menyentuh keluarga kecilnya saat dia gagal.
"Biar aku yang melakukannya. Jika kau tidak selamat, maka semua sia-sia," ucap J-Hope.
"Benar, Tae. Resikonya terlalu besar. Kau tidak bisa lari saat sudah berada di dalam. Biarkan kita yang melakukannya," sahut Jimin. Barang yang harus Taehyung ambil berada di gudang, di mana polisi menyimpannya. Jika apa yang Taehyung ambil ketahuan oleh pihak dalam, itu artinya dia yang akan mati.
"Jika aku mati, tinggal kalian kuburkan saja apa susahnya. Aku lebih memilih mati daripada harus putriku yang terluka. Tugas kalian untuk menjagaku. Lakukan seperti rencana," jelas Taehyung.
"Kau yakin dengan yang kau katakan?" tanya Suga.
"Jika ada pilihan lain dari ini katakan. Asal tidak mengorbankan orang terdekatku," tegas Taehyung. Cara terakhir mengorbankan diri.
Tetap saja tidak bisa. Semoga keberuntungan memihak Taehyung kali ini. Jika tidak, dia hanya akan menghantarkan nyawa. Berat memang menjadi seorang pemimpin. Saat dia yang menjadi umpannya, dia juga yang harus berkorban. Resiko sebesar apa, Taehyung harus tetap yakin.
***
Di rumah, Taeri sedang bersama sang ibu. Baru selesai mandi dan bermain di luar rumah. Memiliki rumah besar seperti milik Taehyung, membuat Taeri bisa lari leluasa. Walau dia sedikit bosan, tapi beberapa pengawal menemaninya bermain. Seperti yang Taehyung perintahkan, tidak ada yang boleh masuk rumah tanpa seizin dia.
"Paman, apa Ayah pernah memarahimu?" tanya Taeri pada 2 pengawal pribadinya.
"Tidak saat kita tidak bersalah," jawab salah satu dari mereka. Dengan tubuh tinggi besar, Taeri tidak takut pada mereka. Karena mereka mau diajak bermain.
"Apa maksud Paman tidak nakal?" tanyanya polos.
"Benar sekali. Kalau tidak nakal, tidak di hukum," jawabnya lagi.
"Sekarang ke mana Ayah? Kenapa dia belum pulang sejak pagi. Apa Paman Jimin membawanya bermain?" Ada saja pertanyaan yang keluar dari mulutnya.
"Itu Ayah datang." Pengawal satunya menunjuk mobil yang masuk yang memang mobil Taehyung.
Ha Seul yang mulanya duduk diam sambil mendengarkan putrinya bicara menatap ke arah mobil itu. Tak lama pintu mobil itu terbuka, saat Taehyung turun dari mobil, Taeri langsung berlari dan menghampiri ayahnya.
"Kenapa Ayah baru pulang?" tanyanya.
"Ayah baru menyelesaikan pekerjaan. Apa yang sedang kau lakukan? Apa merasa bosan?" tanya Taehyung. Dia tak mungkin mengatakan sedang mengurus bisnis gelap pada putrinya yang belum paham.
"Iya, Taeri ingin bermain sepeda, tapi sepeda Taeri tertinggal di Desa. Jadi Taeri bermain dengan kedua Paman itu." Taeri menoleh ke arah 2 penjaganya.
"Sepeda? Sepertinya di gudang ada sepeda milik Paman Jungkook dulu. Kita lihat apa masih layak pakai atau tidak. Apa Taeri mau?" Seberat apa pekerjaan yang akan dia lakukan, Taeri menjadi alasan Taehyung pulang. Oleh karena itu, dia harus berhasil.
"Mau. Tapi apa Paman Jungkook tidak marah?" Taehyung tersenyum dan mencium pipi putrinya karena gemas.
Saat Taehyung sedang bicara dengan putrinya, sejak tadi Ha Seul terus mentap Taehyung tanpa ingin mengganggu waktu mereka. Taeri begitu bahagia bersama ayahnya, padahal dia tidak tau jika Taehyung ayah kandungnya.
Taehyung menatap Ha Seul yang menatapnya juga. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Ha Seul dengan bahasa isyarat.
Taehyung hanya tersenyum. Dia berlalu pergi bersama Taeri yang ada di gendongannya. Sikapnya dingin lagi, dia tidak seperti di atas ranjang yang tak ingin jauh dari Ha Seul. Atau memang itulah tugas Ha Seul, menjadi pemuas nafsunya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight (MAFIA-KTH)
FanfictionKetua genk Mafia yang jatuh cinta pada wanita tuna wicara. Tanpa memandang kekurangan itu, Ketua Genk Mafia itu dengan sangat tulus mencintanya, sayangnya, semua itu berantakan ketika wanitanya memilih mengakhiri hubungannya karena merasa dibohongi...