"Kau ingin tetap pergi sekarang? Kau sudah masuk ke sini dengan kakimu sendiri. Jangan harap kau bisa keluar dan kembali dengan mudahnya. Kau yang menciptakan Taehyung yang seperti ini." Taehyung kembali mendorong Ha Seul yang sudah menangis. Taehyung menciumnya, sampai rasanya Ha Seul tidak bisa bernafas karenanya.
Kali ini Taehyung membiarkan Ha Seul di kamarnya, dia pergi meninggalkan kamar dan berjalan turun. Harusnya ucapan Taehyung bisa dipahami oleh Ha Seul, jika itu semua larang untuknya. Jika besok dia bersikeras untuk pergi, itu artinya tidak ada kesempatan ketiga untuknya.
Dalam kamar, Ha Seul menangis. Menyalahkan diri atas apa yang dilakukan. Selama 5 tahun ini, dia hidup dalam penyesalan. Kenpa dia bisa mempercayai seseorang dan pergi dari Taehyung, meski dengan alasan yang menurutnya baik. Nyatanya, Taehyung adalah ketua Mafia kelas kakap, bagaimana dia bisa kalah dengan kaki tangannya sendiri. Memang tidak ada yang tidak mungkin, tapi saat itu Ha Seul takut janinnya meninggal karena menolak apa yang Suga lakukan.
"Tuan, seperti permintaan Anda, Apartemen Anda sudah dibersihkan. Haruskah saya membawanya keluar dari sini besok?" Seorang pelayan menemui Taehyung yang duduk sendiri di Bar mini rumahnya.
"Biarkan dulu, aku ingin lihat besok. Apa dia akan pergi sendiri atau menurut padaku," jawab Taehyung.
"Baik, Tuan. Saya permisi," sahutnya.
Pyarrr
Suara gelas jatuh beradu dengan lantai membuatnya berceceran. Taehyung tak sengaja menjatuhkannya saat kepalanya terasa begitu sakit. Sambil menahan rasa sakit di perutnya, dia tertunduk. Dia masih saja memaksa minum saat kondisi tubuhnya tidak baik. Dia benar-benar alkoholic, dan itu tidak akan baik jika Taehyung terus menyiksa dirinya dengan alkohol.
"Tuan!"
"Aku tidak apa-apa." Taehyung berjalan sambil menekan perutnya yang sakit.
Membiarkan Ha Seul memikirkan keputusan lebih baik daripada mengatakan terus terang jika dia ingin membawanya pergi. Pilihan ada pada Ha Seul, karena percuma saja dia lari saat Taehyung tau siapa Taeri.
***
Langkah kaki kecilnya menuruni tangga perlahan, dia menatap kesekitar, berharap seseorang yang dia cari dilihat. Namun, tidak ada di manapun.
"Ibu, apa Ayah tidak di rumah? Di mana Taeri mencarinya? Rumah ini besar sekali," tuturnya pada sang ibu yang ada di dapur.
"Nona muda mencari Tuan Taehyung?" Salah satu pelayan menyauti ucapan Taeri pada ibunya.
"Ya, di mana kamar Ayah?" tanyanya dengan wajah polos.
"Tuan sedang istirahat di kamar itu." Pelayan itu menunjuk ke arah sebuah pintu yang tak jauh dari dapur. Ada banyak kamar di rumah besar Taehyung, tadi Taeri sudah coba lihat di lantai 2, namun tidak ada Taehyung.
"Boleh aku ke sana?" Taeri menatap pelayan itu dan juga ibunya. Namun, Ha Seul menggeleng pelan, agar putrinya tidak mengganggu tidur Taehyung.
"Selamat pagi, cantik," sapa Jungkook pada Ha Seul. Dia tersenyum manis padanya tanpa rasa malu.
"Paman, apa gambar di lehermu itu tidak sakit? Kenapa menggambar di sana," ucap Taeri sambil menunjuk tatto yang ada di leher kiri Jungkook.
"Ini? Bukankah ayahmu itu juga punya. Apa jawaban dari ayahmu atas pertanyaanmu itu," sahut Jungkook.
"Benarkah Ayah punya? Taeri tidak pernah melihatnya," jawabnya dengan tatapan penasaran.
"Lupakan tentang itu, apa kau ada waktu hari ini?" tanya Jungkook pada Ha Seul.
Dengan malu-malu, Ha Seul menggeleng pertanyaan Jungkook. "Kalau begitu ikut denganku, aku ingin mengajakmu berkencan. Bukan-"
"Tidak! Kau ini tidak tau malu sekali mengajak orang," jelas Ha Seul dengan bahasa isyarat yang tidak Jungkook mengerti.
"Kau itu bicara apa? Tulis apa yang kau katakan, sebentar aku carikan kertas untukmu." Jungkook menghentikan langkahnya saat Taeri menarik lengannya dan menatap Jungkook dengan menggeleng kepala.
"Ibu bilang, Paman tidak tau malu," ujar Taeri mengartikan apa yang ibunya katakan. Jungkook tertawa mendengar penjelasan Taeri.
"Selamat pagi, Tuan," sapa seorang pelayan saat melihat Taehyung yang sudah bangun dan berjalan ke meja makan.
"Ayah!!" panggil Taeri dengan nada ceria. Dia yang dicari sejak tadi. Seseorang yang membuat harinya bahagia.
"Apa dia mengganggumu?" Yang Taehyung maksud adalah Jungkook. Dia bertanya pada Taeri.
"Dia mengganggu Ibu. Katakan mau mengajaknya berkencan. Apa itu kencan Ayah?" tanya Taeri dengan polosnya.
"Mungkin saja dia ingin menjadi ayahmu. Apa kau mau dia menjadi ayahmu?" Taehyung menatap wajah polos Taeri yang menatap Jungkook dengan tatapan serius, dari ujung kaki ke ujung kepala.
"Tidak mau. Dia tidak tau malu," jawabannya membuat Jungkook menatap kesal. Gadis kecil itu mengatainya tidak tau malu.
Ha Seul hanya menatap Taehyung. Candaanya tidak lucu baginya. Apa dia pikir Ha Seul dia anggap tidak ada karena rasa kecewanya. Tapi bisa apa Ha Seul, dia hanya memilih diam dan melanjutkan kegiatannya.
"Tuan, ini semua Nona Ha Seul yang memasak," jelas salah satu pelayan rumah saat Taehyung duduk di meja makan.
"Oh ... aku membawamu ke sini tidak untuk menjadikanmu pembantu, jadi jangan repot-repot untuk menyiapkan ini," sahut Taehyung dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Ha Seul.
"Ayah, masakan Ibu sangat enak. Dia selalu membuat rasa yang mirip dengan makanan yang tidak bisa aku makan," timpa Taeri.
"Benarkah? Biar Ayah mencobanya." Dalam pangkuan Taehyung, dia menunjuk masakan yang sudah Ha Seul siapkan.
Taehyung menyuapkan makanan itu ke mulutnya. "Enak juga," puji Taehyung.
"Akan enak jika itu memang udang. Ibu melarangku makan itu," gerutunya.
"Biar pelayan menyiapkan udang untukmu," pinta Taehyung. Dia mengisyaratkan untuk pelayan membuatkan masakan berbahan udang.
Ha Seul mencegah pelayan itu. Menuliskan apa yang ingin dia ucapkan. "Ada apa? Pergi dan buat, jangan pedulikan dia," ujar Taehyung.
"Tidak! Dia alergi udang. Bagaimana bisa dia makan itu," jelasnya pada Taehyung dengan gerakan tangan.
"Kau alergi udang?" Taehyung menatap Taeri dan mendapatkan anggukan dari gadis kecil itu.
"Kenapa kalian bicara dengan bahas hati. Sebaiknya cepat makan," ucap Jungkook. Dia sejak tadi menatap tak mengerti bahasa yang Ha Seul katakan.
"Belajarlah saat kau ingin mendekatinya," sahut Taehyung.
"Apa Hyung membolehkan aku dekat dengannya?" Jungkook memperjelas apa yang kakaknya katakan dengan senyum memgembang.
"Aku sudah katakan, jika ada yang mengganggunya itu artinya ingin di hukum. Apa kau ingin mengujiku, Jungkook aa?" Taehyung menatap tajam tanpa expresi. Sorot matanya akan membuat mereka yang diajak bicara tertunduk.
"Memangnya siapa dia? Bukankah dia hanya tamu di rumah ini. Apa dia memang istrimu?" tanya Jungkook.
"Apa itu penting untukmu?" Taehyung balik bertanya atas apa yang Jungkook tanyakan.
"Sangat penting, karena aku menyukainya. Bolehkan aku menyukai Nona Ha Seul, Hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight (MAFIA-KTH)
Fiksi PenggemarKetua genk Mafia yang jatuh cinta pada wanita tuna wicara. Tanpa memandang kekurangan itu, Ketua Genk Mafia itu dengan sangat tulus mencintanya, sayangnya, semua itu berantakan ketika wanitanya memilih mengakhiri hubungannya karena merasa dibohongi...