Karena cahaya bulan, kamar Taehyung sedikit lebih terang. Di saat Taehyung sudah lelap karena lelah, Ha Seul menatap kosong dengan air mata yang begitu saja jatuh tanpa diminta. Sikap Taehyung benar-benar berbeda. Dia memperlakukan Ha Seul dengan kasar, mungkin jika perlakuannya lebih halus, Ha Seul juga akan merasa nyaman dan menikmati setiap permaian bercinta mereka.
Tubuhnya penuh dengan bekas merah, entah itu dari ciuman bahkan dari pukulan yang Taehyung lakukan. Kebodohan untuk Ha Seul saat dia memilih datang pada Taehyung, pasalnya Taehyung bukan lagi pria yang dulu dia cintai. Luka yang membuatnya berubah, dan luka itu dari Ha Seul.
"Berhenti menangis, jika kau ingin hidup bersamaku. Keputusan yang kau ambil tetap di sini, itu artinya kau juga milikku. Ketika kau menerima diriku yang kasar, bukankah harusnya kau paham jika ini semua karen dirimu. Berhenti menyalahkan diri, nikmati apa yang menjadi pilihanmu," tutur Taehyung dengan mata terpejam.
Ha Seul pikir pria yang sudah bercinta dengannya itu terlelap karen merasa lelah, nyatanya dia masih bisa fokus dengan Ha Seul yang menangis karena dirinya. Bukannya memeluk tubuh Ha Seul, dia malah memunggungi Ha Seul dengan bagian bawah tertutup selimut miliknya dengan kondisi sama-sama telanjang bulat.
Taehyung sulit untuk di gapai sekarang, walau dekat, rasanya jauh. Ha Seul tidak hentinya mengutuk kebodohan yang dibuat.
***
Jam menunjukan pukul 7 pagi saat Ha Seul mulai membuka mata. Tubuhnya masih terbaring di tempat tidur king size milik Taehyung, tanpa mengenakan sehelai pakaian. Hanya selimut yang menutupi sebagaian tubuhnya.
Sejenak Ha Seul teringat akan sikap Taehyung, dia coba untuk bangun dan melihat tubuhnya yang memerah dan juga memerar. Bahkan area kewanitaannya terasa perih saat Ha Seul coba turun dari tempat tidur. Dia seorang diri di kamar Taehyung, dia tidak melihat pria yang membuatnya seperti ini. Tapi itu tak mengurungkan niatnya keluar kamar Taehyung.
Dia hanya melihat kemeja Taehyung untuk dia gunakan saat pakaiannya Taehyung sobek semalam. Entah apa yang terjadi nanti saat bertemu dengan yang lain saat dia keluar dari kamar Taehyung.
"Nona sudah bangun? Tuan menyuruh Anda segera bersiap. Beliau sekarang sedang mengajak Nona Kecil, Anda di minta segera bersiap sebelum beliau kembali," jelas salah satu pelayan.
Seperti sudah biasa, mereka tidak merasa terganggu dengan Ha Seul dan bekas merah di lehernya. Padahal Ha Seul merasa malu dengan kondisinya.
Seperti keinginan Taehyung, dia harus segera bersiap agar tidak terkena marah oleh Taehyung. Dia segera turun dan masuk kamarnya. Membersihkan tubuhnya dan menutupi bekas merah yang Taehyung tinggalkan.
"Ibu!!" teriak Taeri saat baru masuk. Dia segera menghampiri ibunya yang menatap canggung Taehyung yang datang dengan putrinya.
"Mandikan dia, aku akan bersiap. Setelahnya kita pergi," jelas Taehyung.
Ha Seul menarik lengan Taehyung untuk bicara. "Mau ke mana?" tanyanya dengan bahasa isyarat.
"Ke sekolah Taeri. Memangnya kau pikir mau ke mana?" tanya Taehyung dan langsung mendapat gelengan darinya.
Taehyung bersikap seperti tidak terjadi apapun. Dia juga tidak bertanya apa yang semalam membuatnya puas atau tidak. Dia hanya berlalu pergi setelah mengatakannya.
Selesai bersiap, mereka pergi bertiga saja kali ini dalam satu mobil. Namun, bukan berarti Jimin ataupun J-Hope tidak mengikutinya. Kejadian Taehyung tertembak membuat mereka lebih berhati-hati.
"Tugasmu hanya menjaganya. Tidak perlu melakukan apapun selain bersama putrimu," jelas Taehyung sambil fokus dengan kemudinya.
Ha Seul tak berkeingian untuk menjawab, bukankah apa yang Taehyung katakan sudah dia lakukan sejak dulu. Tanpa diminta Ha Seul pasti merawat putrinya dengan baik.
"Ayah, bolehkah nanti saat besar aku menjadi seorang Dokter?" Taeri memecahkan keheningan di dalam mobil.
"Tentu, Sayang. Oh ya, jika Ayah menikahi Ibu Taeri apa boleh?" Ha Seul kembali dibuat terkejut dengan pernyataan Taehyung. Dia selalu saja membuatnya heran dengan rencana apa yang sedang Taehyung mainkan.
"Apa itu menikah, Ayah?" Taeri tampak tidak paham dengan yang dikatakan Taehyung.
"Bisa hidup bersama dan memiliki seorang adik," jelas Taehyung.
"Adik? Apa bisa adik perempuan, Ayah?" Matanya berbinar walau dia tidak mengerti dengan pembahasan yang mereka bicarakan.
"Tentu bisa. Apa boleh Ayah menikah dengan Ibu?" Taehyung kembali menanyakan itu.
"Boleh, tapi tidak dengan Paman tidak tau malu itu kan, Ayah?" Taeri memastikan apa ibunya akan bersama Jungkook atau tidak.
"Tentu tidak. Kita bertiga bisa hidup bersama. Ayah, Ibu dan Taeri," jelas Taehyung.
"Baiklah, kalau begitu besok Taeri akan mendapatkan adik, apa begitu Ibu?" Kali ini dia bertanya pada sang ibu yang hanya diam.
Taehyung tersenyum gemas mendenger jawaban Taeri. Berbeda dengan Ha Seul yang masih menatapnya penuh pertanyaan. Apa gunanya dia ada saat Taehyung melakukan seperti kemauannya sendiri.
Dengan setelan jas hitam, satu kancing atas dibuka, gaya rambut mullet panjang, dia masuk ke sekolah di mana Taeri akan mulai sekolah di sana.
Saat masuk dia menjadi bahan tontonan beberapa orang tua murid yang mengatarkan dan juga para guru. Bukan karena tatapan dingin, melainkan tentang wajah tampan Taehyung. Dia juga tak malu menggendong putrinya masuk ke ruang kepala sekolah, tak peduli dengan tatapan orang lain.
Setelah membicarakan tentang pendaftaran Taeri, mereka sekarang melihat putri kecil mereka sedang mengenalkan diri di hadapan para temannya. Anak usia 5 tahun seperti Taeri sangat pintar bicara. Dia juga pandai berbaur. Walau awalnya takut, tapi dia tetap mau untuk bersekolah. Alasannya sederhana, dia mau masuk asal dia mendapatkan adik bayi nanti. Taehyung hanya tersenyum mendengar itu.
"Apa yang kau katakan serius?" Ha Seul membuat Taehyung menatapnya sebelum dia bicara dengan bahasa isyarat. Mereka menunggu di dalam mobil.
Taehyung tidak langsung menjawab, dia menatap Ha Seul lekat, memegang pipi wanita pujaannya itu dan menarik rambut ke belakang dengan kasar.
"Perlukah aku mendapatkan persetujuanmu atas apa yang aku mau? Bukankah aku sudah katakan, pergi saja jika kau mau. Aku tidak akan mencegahmu. Saat kau memilih tetap tinggal, itu artinya kau mau melakukan apa yang menjadi kemauanku," tutur Taehyung dengan tangan yang masih menggenggam erat rambut Ha Seul yang sudah menangis.
"Kau bukan anak kecil yang harus dijelaskan dengan detail. Cukup lakukan apa yang aku mau." Taehyung menghempaskan Ha Seul begitu saja. Dia bersikap kejam pada Ha Seul.
"Kenapa kau tidak menyingkirkanku saja. Kau berubah," jelas Ha Seul.
"Kau anggap aku berubah? Itu terserah dirimu, karena menghapus luka yang begitu dalam itu sangatlah menyakitkan. Apalagi kau lebih mempercayai orang lain." Dengan kasar Taehyung mencengkram dagu Ha Seul mengatakannya.
"Ma-af," tutur Ha Seul. Selalu menjadi hal mengejutkan saat Ha Seul bicara, walau hanya satu kata saja. Karena itu perkembangan yang bagus.
Taehyung menatap wanita pujaannya itu dengan lekat, berharap apa yang dia dengar salah, namun itu hal bagus juga untuk Ha Seul.
"Sebenarnya kau ini apa benar tidak bisa bicara? Atau kau hanya ingin membohongiku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight (MAFIA-KTH)
FanfictionKetua genk Mafia yang jatuh cinta pada wanita tuna wicara. Tanpa memandang kekurangan itu, Ketua Genk Mafia itu dengan sangat tulus mencintanya, sayangnya, semua itu berantakan ketika wanitanya memilih mengakhiri hubungannya karena merasa dibohongi...