Min Gyeong, Ibu Jungkook menatap marah dengan sikap Taehyung padanya. Namun, dia juga yang memulainya. "Kau!!" Gyeong menunjuk tepat di wajah Taehyung yang diam.
"Bagaimanapun kau ini ibuku, jadi lakukan apa yang kau mau. Tapi, jangan sentuh apa yang sudah menjadi milikku. Dengan sikapmu seperti ini, aku jadi tau, sikap siapa yang putramu tiru." Taehyung tak ingin lagi berdebat dengan ibu sambungnya itu. Dia memilih ke ruang kerjanya, untuk bicara dengan J-Hope.
Membiarkan Gyeong yang belum puas memaki Taehyung. Akan percuma saja untuk berdebat dengan orang yang merasa berkuasa saat apa-apa masih saja Taehyung yang mencukupi kebutuhannya.
"Apa kau akan tinggal di apartemen bersama anak dan istrimu?" tanya J-Hope pads tuannya yang puas dicaci oleh ibu Jungkook.
"Ya, untuk apa aku di sini saat dia berkuasa di sini. Jangan biarkan dia bertemu dengan Ha Seul dan juga Taeri. Dia hanya akan menghasut Ha Seul lagi. Buat Jimin menjadi pengawal pribadi mereka. Kau bisa membantuku. Atau kau ingin memihak ke kubu lawan? Aku akan membiarkanmu sekarang, jika nanti aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri," tegas Taehyung. Dia tau siapa wanita yang Ha Suel maksud kemarin. Yang mengancam Ha Seul agar menjauhi putra tirinya.
"Apa kau tidak percaya padaku? Jika aku mau bersikap curang padamu, sudah saja aku membunuhmu sejak lama sebelum menjadi seperti sekarang, ayahmu menitipkan dirimu padaku. Itu menjadi tanggung jawab terbesarku," sahut J-Hope.
"Baiklah Paman. Semakin tua, kau semakin cerewet sekali. Oh ya, aku ingin menikah dengan Ha Seul lusa. Bisa siapkan pesta kecil untuknya di apartemen? Entah ini pilihan yang tepat atau bukan, tapi setidaknya di sisa hidupku, aku bertanggung jawab atas wanita yang kucintai. Aku melukai hatinya karena keluargaku, aku yang harus membuatnya bahagia di atas bahaya yang ada di keluarga ini." Taehyung menyakinkan diri untuk menikahi Ha Seul secepatnya. Dia tidak mau berlama-lama lagi, kebahagian yang Taeri mau dengan menikahi ibunya. Itu yang akan Taehyung berikan.
"Sebaiknya kau istirahat, bukankah Dokter sudah bilang untuk tetap tinggal, kenapa kau pulang?" tanya J-Hope.
"Putriku akan khawatir jika aku diam di sana. Aku baik-baik saja, hanya ... uhuckk." Taehyung terbatuk dan memuntahkan sedikit darah di sudut bibirnya.
"Aku sudah katakan. Istirahatlah. Kita ke apertemen sekarang," sahut J-Hope.
Mereka kemudian memilih ke apartemen, membiarkan rumah mewah itu ditempati Gyeong. Beberapa barang Taehyung ambil, hanya sebagian saja sebelum pengawalnya memindahkan barang miliknya ke apartemen.
"Apa Ayah sedang sakit?" Taeri menghampiri ayahnya yang duduk di sofa sesampainya apartemen. Dia menyadarkan kepalanya karena terasa sakit. Seakan rasa sakit itu akan membuat kepalanya pecah.
"Tidak," jawab Taehyung sambil tersenyum. Dia membawa putrinya dalam pangkuan, dan langsung mendapat pelukan dari Taeri yang begitu nyaman berada di pangkuan ayahnya.
"Ayah, apa kita akan tinggal di sini?" tanya Taeri dengan posisi yang sama.
"Iya, kita akan tinggal di sini. Apa Taeri tidak suka?" tanya Taehyung.
"Bukan tidak suka, tapi di sini tidak bisa bermain sepeda. Tidak boleh bermain di dalam rumah, di sini juga besar hanya saja ... 2 Paman yang kemarin tidak ikut." Jujur dia merasa bosan, apalagi dia akan tinggal di apartemen yang tak sama suasananya seperti di rumah mewah Taehyung. Walau tak kalah mewahnya, tapi dia merasa nyaman di rumah besar Taehyung. Mungkin saja masih baru datang dan terburu-buru, itu yang membuat Taeri masih harua beradaptasi lagi di rumah baru.
Bukan berarti aprtemennya tidak mewah. Hanya saja Taeri merasa berbeda. Mungkin juga karena tempat baru. Ini bukan baru untuk Ha Seul karena sebelumnya mereka memang pernah tinggal di apertemen itu 5 tahun yang lalu. Isi apartemennya masih sama, ada beberapa foto mereka berdua yang terpajang.
"Biarkan dia istirahat. Dia begitu lelah," jelas J-Hope pada Ha Seul yang menyodorkan secangkir kopi untuknya.
Ha Seul langsung membujuk Taeri dan berhasil membuat Taehyung berbaring di kamar. Di ruang tengah, Taeri sedang bercanda dengan J-Hope dan beberapa pengawal Taehyung. Mereka memang terlihat sanggar, tapi di hadapan Taeri, mereka harus membuat putri tuanya itu nyaman.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" J-Hope bertanya pada Ha Seul yang banyak diam.
"Tidak. Hanya saja aku rasa Tae Oppa sedang memiliki masalah diluar pekerjaannya. Apa benar?" Ha Seul menuliskan pada note di ponselnya jawaban dari pertanyaan J-Hope. Mereka harus biasa dengan kekurangan Ha Seul mulai sekarang.
"Tidak juga. Apa dia mengatakan sesuatu sebelumnya?" Ha Seul menggeleng pelan menjawab pertanyaan J-Hope.
"Bisakah aku belajar apa yang sebenaranya Tae Oppa lakukan. Setidaknya aku bisa paham apa yang harus aku lakukan saat ada yang mengancamku ataupun putriku," ucap Ha Seul.
"Lain kali, sepertinya kau harus belajar bela diri. Bukankah dulu Taehyung pernah mengajarimu. Apa kau lupa?" J-Hope tau segalanya tentang Taehyung seperti Jimin, sedekat itu mereka. Namun, mereka menganggap Taehyung adalah tuan mereka.
"Aku bisa, hanya saja aku ragu. Oh ya, Oppa. Bagaimana kondisi Jungkook." Setelah kejadian itu, Ha Seul tidak tau kabar Jungkook. Dia hanya takut Taehyung membunuhnya.
"Kenapa? Apa kau mencintainya? Kenapa kau menanyakannya? Taehyung pasti akan menghabisinya saat dia mendekatimu lagi. Anak gila itu tidak sungkan pada istri hyungnya. Memang tidak tau malu," ucap J-Hope.
Benar juga, jika Jungkook kembali mendekati Ha Seul. Itu hanya akan memancing Taehyung untuk menghabisi adiknya. Sikap Jungkook sebelumnya sudah keterlaluan dan itu tidak bisa dibiarkan lagi.
"Ibu, Taeri ingin tidur bersama Ayah," ujar Taeri sambil membuyarkan lamunan ibunya.
Ha Seul mengangguk dan mengulurkan tangan untuk menggandengnya. Kemudian mengajak Taeri ke kamar ayahnya yang ada di lantai atas. Apartemen mewah itu terlihat semakin indah saat terpajang pemandangan kota yang terlihat saat mereka menaiki tangga melalui jendela kaca besar yang mengarah langsung pada pemandangan. Jika sudah malam akan semakin cantik, pemandangan diluar apartemen.
"Apa tidak bisa kau buat dia tenang. Aku sedang di apartemen. Ibunya sudah membuatku terkejut dengan kedatangannya. Kenapa sekarang dia membuat ulah lagi, dia tidak membiarkanku hidup dengan tenang sampai aku mati. Aku mau kau urus dia, jangan sampai pihak berwajib tau." Taehyung sedang bicara dengan seseorang dari sambungan telepon. Taeri dan juga Ha Seul yang ada di ambang pintu tak ingin mengganggunya. Dia takut jika Taehyung akan marah, mereka pikir Taehyung sudah lelap, namun dia malah bicara melalui sambungan telepon.
"Shitt!!" teriak Taehyung dengan kesal. Dia bahkan melempar ponselnya ke lantai. Tidak tau jika Taeri sedang menatapnya takut.
Ha Seul menarik lengan Taeri agar tidak melihat ayahnya marah. Dan saat akan kembali turun, Taehyung menatap mereka berdua. Dia semakin frustasi saat melihat Taeri menatapnya takut. Segera dia turun dan menghampiri putrinya. Waktu tidurnya terganggu karena seseorang, belum lagi berita yang dia dapat bukan berita baik.
"Nak ..." panggil Taehyung.
Taeri yang takut bersembunyi di balik badan ibunya dengan mengenggam erat pakaian sang ibu. "Maaf, Ayah tidak sedang marah. Hanya saja ponsel Ayah mati," elak Taehyung. Entah alasan macam apa itu, tapi dia tak ingin membuat putrinya ketakutan.
"Maafkan Ayah, Nak," ujar Taehyung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight (MAFIA-KTH)
FanficKetua genk Mafia yang jatuh cinta pada wanita tuna wicara. Tanpa memandang kekurangan itu, Ketua Genk Mafia itu dengan sangat tulus mencintanya, sayangnya, semua itu berantakan ketika wanitanya memilih mengakhiri hubungannya karena merasa dibohongi...