"Berhenti menangis! Aku tidak ingin putrimu bertanya banyak hal saat ibunya menangis," ucap Taehyung. Dia memilih keluar mobil dan bicara dengan mobil di belakangnya. Menutup pintu dengan kasar, hingga Ha Seul yang masih di dalam mobil memejamkan mata untuk mengurangi ketakutannya.
"Kau tidak apa-apa?" Jimin duduk di bangku kemudi menggantikan Taehyung yang pergi bersama mobil yang lain. Dia harus menemani Ha Seul untuk menunggu Taeri. Saat masuk, Jimin melihatnya menangis.
Ha Seul menggeleng pelan menjawab pertanyaan Jimin. "Kau ingin pulang lebib dulu? Biar aku antarkanmu," ujar Jimin dan kembali Ha Seul menggeleng kepala pelan.
"Sikapnya berubah setelah kalian putus, dia kecewa dengan sikapmu yang lebih mendengarkan ucapan Suga Hyung yang hanya ingin memisahkan kalian dengan alasan ayahnya, padahal itu hanya kepuasannya saja untuk membuat Taehyung merasakan hal yang sama. Dia bukan Taehyung yang dulu. Mungkin jika dulu dia masih memiliki hati, tidak dengan sekarang. Apa yang tidak dia suka, pasti dia sudah menghabisinya. Kau harus pahami, jika dia melakukan ini karena luka hatinya. Tapi aku yakin, Taehyung akan berubah setelah kau datang." Jimin coba untuk memberi pengertian Ha Seul tentang kondisi Taehyung. Karena memang begitu adanya, sikap Taehyung berubah setelah hubungan mereka berakhir.
"Apa yang harus aku lakukan?" Ha Seul menuliskan ucapannya di note ponselnya.
"Ikuti saja apa yang dia mau. Buat dia kembali luluh padamu, karena aku yakin hatinya untukmu. Hanya saja dia masih kecewa dengan keputusanmu. Katakan padaku jika dia membuat tubuhmu terluka," jelas Jimin. Bagaimanapun Taehyung memiliki perasaan untuk Ha Seul hanya perasaan itu kalah dengan rasa kecewanya.
Sikapnya yang dulu perhatian, tidak Ha Seul rasakan lagi. Taehyung sering bersikap kasar, bahkan tak memperdulikan Ha Seul meski dia ada dihadapannya. Fokus Taehyung ada pada Taeri, menganggap Ha Seul ada tapi tak memiliki arti.
Dari Jimin mungkin Ha Seul bisa lebih tenang menghadapi Taehyung. Bagaimanapun semua ini dia juga yang menjadi penyebabnya. Mau atau tidak, pilihan Ha Seul tetap tinggal bersama Taehyung. Dia harus menerima semua resiko yang akan terjadi nanti.
***
Setelah dari sekolah, Ha Seul dibuat terkejut dengan Taehyung yang sedang menghajar seseorang yang sedang berlutut di hadapannya. Dia mengangkat bangku kayu itu dan memukulkan pada tubuh pria yang sudah terluka karena ulahnya.
Melihat itu, Ha Seul tidak membiarkan Taeri melihat itu. Dia segera membawa putrinya masuk dan meminta untuk menutup mata agar tidak melihat seseorang bersimbah darah karena Taehyung.
"Ada apa?" tanya Jimin yang memang sejak tadi menemani Ha Seul.
"Tanyakan pada anak buahmu. Apa dia bisa dipercaya," bentak Taehyung. Amarahnya tak bisa terkontrol, terlihat jelas dari raut wajahnya.
"Dia menemui seorang polisi yang menyamar. Dia tidak mengakui itu, jadi Tuan memberinya pelajaran," jelas salah satu anak buah yang lain.
"Tapi kau hanya akan membunuhnya jika seperti ini," ujar Jimin.
"Lantas kenapa? Kau ingin melawanku juga sekarang?" Taehyung mendorong bahu Jimin hingga dia selangkah mundur kareja dorongan itu.
"Tae, jika masalah hatimu kau gelap mata. Kau tidak bisa melakukan apa yang menjadi tugasmu dengan baik. Kau sendiri yang akan membuka kebusukan yang kau simpan rapi. Dia memang memiliki rekan dari kepolisian yang bisa dia percaya. Kau sendiri yang memintanya untuk bertemu. Apa kau lupa itu?" Jimin coba mengingatkan rencana mereka.
"Kau pikir dapat di percaya itu sama dengan memberikan bukti yang kita miliki? Otakku belum terlalu bodoh hanya karena masalag hati." Taehyung memberikan bukti yang dia punya pada Jimin. Dengan tatapan terkejut, Jimin menatap beberapa foto itu.
"Aku hanya memberi pelajaran penghianat, bukan meluapkan kekesalanku dari perasaan." Taehyung memilih pergi. Jimin berpikir Taehyung meluapkan ini semua karena perdebatannya dengan Ha Seul, namun dia memiliki bukti jika orang yang dia hajar adalah penghianat.
Taehyung berjalan masuk, dia berpapasan Ha Seul yang baru keluar kamar untuk membiarkan Taeri istirahat. Dia tak berani untuk mencegatnya, karena raut wajahnya terlihat jelas dirinya sedang menahan amarah. Dia begitu saja jalan ke tangga menuju kamarnya, Ha Seul memilih membiarkan dulu daripada semakin marah.
Namun, saat dia akan kembali ke kamar. Lengannya dipegang dan ditarik untuk mengikuti seseorang. Wajah pucat, dengan beberapa luka di wajahnya terlihat jelas. Dia tanpa rasa malu menarik lengan Ha Seul.
Dia membawa Ha Seul ke ruangan yang tak jauh dari kamar Ha Seul. Dia menutup rapat pintu kamar itu, dan mendorong tubuh Ha Seul pelan.
"Kalau Hyung selalu menganggapku remeh. Bukankah hal seperti ini bisa menantangnya," ucap pria dengan tatto di lehernya. Dia, Jungkook. Walau diminta untuk tidak datang, dia malah pulang. Sekarang malah membawa Ha Seul dan mendorong tubuhnya ke atas tempat tidur.
"Tuan Jungkook, buka pintunya." Salah satu pengawal coba untuk memanggil Jungkook yang ada di kamar bersama Ha Seul. Akan menjadi masalah jika Taehyung tau dia pulang. Apalagi tuanya itu sudah ingatkan untuk tidak membawa Jungkook pulang.
Ha Seul terlihat ketakutan dengan sikap Jungkook. Dia memang tidak tau malu, sikapnya pada Ha Seul sungguh menunjukkan kualitas dirinya.
"Aku mencintaimu. Untuk apa kau bersama Hyung jika dia tidak bersikap baik padamu. Lihatlah bekas merah yang dia buat ini, apa itu membuatmu nyaman. Bisakah aku merasakan tubuhmu juga." Jungkook begitu dekat dengan Ha Seul. Menindih tubuh wanita ringkih itu. Dia tak bisa berteriak ataupun melawan karena Jungkook mengunci kakinya agar tidak bisa menendangnya.
Jungkook coba membuka kancing baju yang Ha Seul kenakan. Dia sungguh menjadi umpan dan terjebak di tempat yang membuat dirinya terlihat buruk. Kepalanya menggeleng pelan agar Jungkook tidak melakukan lebih, dia memang tidak dengan kasar membuka pakaian Ha Seul, namun tetap saja sikapnya kurang ajar.
"Apa yang Hyung miliki harus menjadi milikku. Dia sudah mendapatkan lebih, untukmu aku tidak akan membiarkannya. Kau milikku," bisik Jungkook. Tak hentinya air mata Ha Seul menetes, dia tidak bisa berbuat apapun saat ini.
Saat merasa Jungkook tak memegangnya dengan erat karena coba mencumbu leher Ha Seul, wanita lemah itu menendang tubuh Jungkook dan berlari ke arah balkon dengan pakaian yang terbuka, meski tidak telanjang.
"Buka pintunya," ujar Jungkook saat Ha Seul menutup pintu kaca yang ada di balkan kamar itu. Dengan tenaga yang kalah dari Jungkook, dia yang coba memegangi pintu itu seketika terpental karena Jungkook berhasil membuka pintu itu.
Ha Seul terduduk, kepalanya mendonggak dan melihat Taehyung yang ada di lantai atas. Dia berteriak, namun suaranya tidak keluar. Dia memanggil-manggil nama Taehyung, namun tidak bisa Taehyung lihat sampai pandangan Taehyung beralih ke arah Ha Seul yang sudah dipegang oleh Jungkook. Tangannya seakan menggapai Taehyung yang menatapnya. "Tolong aku." Bibirnya hanya bergerak tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight (MAFIA-KTH)
FanfictionKetua genk Mafia yang jatuh cinta pada wanita tuna wicara. Tanpa memandang kekurangan itu, Ketua Genk Mafia itu dengan sangat tulus mencintanya, sayangnya, semua itu berantakan ketika wanitanya memilih mengakhiri hubungannya karena merasa dibohongi...