Bukan Calon Santri

34 2 0
                                        

Berminggu-minggu aku dalam situasi itu,
Makan diantar ke kamar...
Hingga rasanya aku sudah akan melewatkan hari-hari ujian perguruan tinggi negeri.
Sedangkan besar keinginan ku kuliah di program pendidikan Seni Musik.

Papa dan Mama mulai mengajakku keluar kamar, diajaklah aku pergi ke beberapa tempat, yang ku kira untuk urusan perkuliahan.

Tapi ternyata pesantren.
Ya,
Mama menginginkan aku masuk ke pesantren, kami sampai keluar kota untuk mencari pesantren yang cocok.

Aku blank.
Aku bahkan tidak perduli lagi dengan masa depanku. Sudahlah aku lepaskan talenta yang ku punya, jika menurut ibuku sepatutnya aku mengasingkan diri menjadi seorang santri.

Di setiap kedatangan kami,
Mama selalu menceritakan hal gaib sampai tragedi besar yang mampu ku lakukan kepada kyai, meminta aku untuk di ruqyah dan dijadikan santri dengan perhatian khusus.
Tetapi papa ku selalu mengakhiri pembicaraan dengan " Yaaa nanti kami masih lihat2 juga pesantren yg lain"

Ternyata,
Papa diam-diam mendaftarkan online aku mengikuti test Perguruan tinggi negeri.
Sampai suatu hari papa bawa aku pergi ikuti ujian, dan lolos.
Aku pun masuk Perguruan Tinggi Negeri dengan jurusan yang aku inginkan.

Tetapi,
Orang pertama yang ku pikirkan saat menghirup udara segar adalah Den Gung Dhana atau R. Tumenggung N. Pradhana. Orang yang selama ini aku cintai yang dipisahkan keluarga ku.

Saat aku berhasil masuk kuliah tanpa kawalan, aku pun meminta dia untuk bertemu.

Bersyukurlah kami bertemu,
Dan Dhana tidak pernah berubah. Dia masih mencintaiku, walau dia bercerita dia harus membayar puluhan juta pasca penganiayaan itu untuk menempuh jalur damai.

Aku mulai sedikit bisa menyenangkan hatiku dengan tidak menjadi santri, tetapi kuliah musik dan juga bisa kembali berpacaran dengan Dhana.

Dan yang terpenting,
Suatu hari ada keluarga lain yang mengungkapkan kejahatan Ferry selama ini,
Perlahan kejahatan Ferry dan mama terhadap ku mulai tercium oleh kakak-kakakku dan papa.

Sampai suatu hari, tiba dimana menjadi hari paling bersejarah, keluargaku akhirnya mengetahui yang sesungguhnya tanpa aku yang memulainya,
Mama terintimidasi, dan Ferry pun terusir.

Bahkan aku mendengar kata maaf dari kakak-kakakku yang bahkan terucap dari kakak laki-laki ku yang berkata "Andai dari dulu aku tau kalau ade yang dihajar bertahun-tahun, lebih baik aku ikut Dhana keroyok Ferry sampai mati kemarin. "

Sedikit lega, Tuhan.
Walau waktu tidak bisa diulang kembali. :)

"NINGRAT"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang