Ida Ayu Dian & Pemangku

20 2 0
                                    

Suatu saat aku dikejutkan dengan sebuah pernyataan yang lagi dan lagi rasanya sayapku yang baru terobati harus dipatahkan untuk yang kesekian kali,
Ajik Arya memberikanku kenyataan pahit bahwa kita tidak akan lebih dari ini, dia melarang ku menggunakan perasaan didalam hubungan ini karena keluarganya mengharapkan ia dapat menikah lagi dengan yang se-kasta.

Dia berkata, "Walau kamu bergelar Raden Ajeng, tapi kamu tetap bukanlah siapa-siapa di Bali. Jangan sampai ada satu orang pun di lingkungan kerja kita (hotel) yang tau tentang hubungan kita ya, apa kata orang aku Ida Bagus pacaran sama bukan orang Bali apalagi bukan Brahmana. "

Baiklah,
Aku mencoba menerima kenyataan.
Rejection sudah menjadi hal biasa yang terjadi dihidupku.
Sejak masih dalam kandungan toh? :)

Aku bisa berbohong dihadapannya, menurutinya,  tapi aku tidak bohongi diri sendiri bahwa aku kecewa.

Dia yang selama ini banyak menghabiskan waktu menemaniku dan menceritakan banyak hal tentang agama Hindu, dan bahkan membuatku tertarik belajar, kini justru dia berubah menjadi sosok yang mulai menyebalkan. Dia mulai menghindar, akupun mulai merasa kehilangan teman.
Ibarat habis manis, sepah dibuang.

Setelah pembicaraan ku dengan Tuhan, aku ingat Bu Dayu Dian memiliki paman seorang pemangku yang juga spiritualis dan mengerti keleluhuran, rasanya aku ingin bertanya kenapa aku terluka bertubi-tubi.

Maka aku putuskan untuk mencari waktu dapat bertemu dengan beliau.
Ibu Dayu Dian pun merasa sangat ingin membantu, beliau yakin ini seperti ada yang perlu kita cari tahu.

Saat pertama bertemu, belum banyak aku bercerita tiba-tiba pemangku tersebut menangis sesunggukan, dia bilang kehadiran ku kerumahnya bersama leluhurku.

Pemangku sambil menangis berkata,
"Kamu ini beruntung, kamu di Bali ini diundang, kamu bukan orang sembarangan, kamu memang harus mengalami semua ini demi mencapai kesadaran tertinggi, apa agamamu?"

Aku menjelaskan,
Aku tidak layak disebut beragama, tetapi aku menganut ajaran kejawen sebagai seorang trah dalem, sebagai serang putri keturunan Keraton Solo, maka aku tetap menjalankan bhakti kejawen.

Lalu pemangku berkata lagi,
"Jelas sudah kepercayaanmu dapat membangkitkan leluhurmu yang ingin menjadikanmu keturunannya yang terpilih. Kamu ini terpilih, kamu memiliki spiritual yang tinggi bahkan supranatural, kamu mampu.
Leluhurmu memeluk agama budhi, penghayat Siwa Buddha. Kembalilah nak, para leluhur menunggumu. Kalau kamu belum mengerti sekarang, suatu hari kamu mengerti. "

Jelas,
Aku bingung.

Aku belum mengerti kala itu,
Yang ku tahu, aku hanya seorang putri bergelar Raden Ajeng keturunan keraton Solo, dan keluargaku mayoritas muslim.

Aku bingung, apa yang dimaksud dengan keturunan terpilih?
Apa yang dimaksud dengan aku bukan orang sembarangan?

Aku pun pulang dengan perasaan "Ah sudahlah, Let It Flow."

"NINGRAT"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang