Untuk Ajik Di Balik Layar

10 2 0
                                    

Setelah menghabiskan malam Siwaratri, yang tidak kusengaja itu, keesokan harinya aku dibantu untuk pindah ke tempat tinggal baru, sebuah kost yang tidak begitu jauh dari rumah tersebut.

Aku lebih nyaman dengan tempat baruku yang cukup tenang, untuk aku yang hobby belajar dan bertapa tempat itu lumayan senyap.. Dan akses ku sepertinya cukup mudah kemana-mana.

Tetapi, aku sudah tidak terlalu diikutsertakan dalam urusan Ajik secara langsung, aku tetap membantunya di balik layar, seperti urusan surat menyurat, editing, membuat konten, dan lainnya yang bisa kulakukan di dalam kamar.

Aku senang bisa tetap membantu, walau situasi perlu tetap dijaga dari keributan sepertinya. Walau aku masih bingung dimana salahku, aku tidak terlalu ambil pusing.
Aku berusaha melakukan yang terbaik yang aku bisa.

Bekerja dibalik layar untuk Ajik, membuatku punya banyak waktu untuk lebih fokus menguatkan spiritual dan ilmu ku sendiri.

Aku bersyukur, aku tidak mencari pekerjaan, justru pekerjaan yang mencariku.
Kok bisa?
Aku minta sama Tuhan :)

Aku bisa tidak keluar sama sekali dari kamar ku berhari-hari. Karena semua bisa kulakukan dikamar, bekerja, makan pesan online sampai pintu kamar, membuat konten, aku nyaman dengan kesendirianku.

Sesekali, aku membuat edukasi pendek tentang hal-hal spiritual di instagram ku yang berisi pengikut berkasta Jawa dan Bali. Ternyata aku tidak menyangka sebagian dari followers ku menjadikan ku seperti guru spiritual.
Padahal ilmuku belum sejauh itu, tetapi banyak yang bertanya dan ingin berkonsultasi.

Dari mulai yang berprofesi pedagang menceritakan masalah ekonomi, sampai Balian/ Dukun yang menceritakan fenomena mistis, hingga bahkan ada yang terbawa situasi menceritakan rahasia besar didalam keluarga nya.
Entah berapa orang yang sudah mencariku hanya untuk berkonsultasi.

Aku terkadang bingung aku ini siapa... Kenapa mereka mempercayai seorang anak rantau, anak kosan sepertiku?
Bahkan aku tidak satu keyakinan dengan mereka..

Hingga ada suatu kejadian aneh, seseorang kenalanku setahun yang lalu mencariku, sebut saja Heri. Awalnya Heri mau meminjam uang dengan nominal besar, tetapi aku malah adu nasib menceritakan situasi ku. Hahaha..

Tiba-tiba saja, aku terdiam ditengah obrolan, tersirat satu nama diotakku, lalu aku utarakan padanya.
Ternyata nama tersebut lah yang keesokan harinya membantu Heri dengan meminjamkan nominal sebesar yang ia butuhkan.

Kemudian, karena Heri merasa takjub dengan tebakanku, dia ceritakanlah tentangku yang dianggapnya sakti pada ibunya di Sragen, Jawa Tengah.
Diceritakan lah bahwa aku adalah penganut kejawen dan bergelar keraton.

Tiba-tiba saja ibunya tersebut berkata,
"Ibu minta alamatnya, tolong ibu mau kirim sesuatu untuknya. (Untuk aku) "

Heri pun bingung,,
Ternyata yang dikirimkan adalah Kitab Ilmu Jawa Kuno.
Kitab tersebut adalah peninggalan kakeknya, yang tidak diizinkan siapapun mempelajarinya, si ibu yang ketitipan peninggalan itu, berkata pada Heri,

"Kakekmu berpesan, entah ibu atau keturunan ibu akan mengenal seorang wanita ningrat penganut ajaran kejawen, kakek bilang cirinya wanita itu masih terbilang muda, tetapi dia berasal dari keturunan yang cukup kuat untuk menghayati Kitab ini."

Entah mengapa, ibu dari Heri tersebut meyakini akulah yang dimaksud oleh kakeknya. Dikirimkanlah buku itu ke Bali.

Entah apalagi ini...?
Aku ini siapa...?



"NINGRAT"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang