Belum sempat ia menikmati jerih payahku di Bali, lagi dan lagi cerita hidupku diluar ekspektasi.
Tak hanya menjadi seorang pianist yang bekerja dari panggung ke panggung, aku pun mendapatkan tawaran mengajar di sebuah sekolah internasional di Bali.
Mengingat aku pun seorang guru piano sekaligus dosen dibidang seni musik, rasanya menjadi pianist panggung saja tidak cukup.
Hari ke 5 aku mulai bekerja sebagai guru piano di sekolah tersebut, Den Andy tidak bisa menjemput ku pulang...
Dia mulai mengeluh sakit gigi.Berawal dari sakit gigi, berlanjut menjadi sakit di dada.
Hingga dia ku larikan ke rumah sakit.
Dia dirawat dengan diagnosa yang tidak jelas, selalu masih dalam observasi.Pikirku, dia di opname hanya sekedar hitungan hari,
Ternyata lebih dari itu, sakitnya semakin sangat serius.Entah cobaan apalagi yang harus aku hadapi,
Suamiku Den Andy juga awalnya sehat, dan usianya masih terbilang muda untuk mendapati penyakit seserius itu.Keadaan menuntutku untuk mulai mandiri, untuk kali pertama aku mulai berangkat dan pulang bekerja sendiri, aku mulai diizinkan menghubungi rekan kerjaku sendiri, selama ini aku selalu dibawah kendalinya, namun Den Andy kini tidak berdaya.
Aku menutupi hal ini berbulan-bulan dari keluarga, karena aku tidak siap jika mungkin salah satu diantara mereka akan senang melihat Den Andy sakit.
Betapa sulitnya aku menjalani hidup baru ku di pulau Bali,
Aku harus mencari uang, tetapi aku juga merawat suamiku sendirian.Aku belum punya banyak teman, dan Den Andy pun tidak mudah mengizinkanku berteman.
Tubuhnya mulai lumpuh, dadanya memproduksi nanah yang disedot berulang kali dirumah sakit namun tetap berproduksi, ia hanya bisa berbaring terbujur kaku, dirawat di ICU rumah sakit 3 bulan lamanya, lalu dipulangkan karena permasalahan sistem asuransi yang kami miliki sudah tidak bisa lagi menanggungnya.
Rumah sakit menjanjikan operasi untuk observasi lebih lanjut, karena sejauh berbulan-bulan sakit, penyakitnya tidak terdeteksi.
Kanker/TBC/HIV/apapun, melalui test biasa hasilnya NEGATIF.
Maka Den Andy dinyatakan dirumahkan sambil menunggu jadwal operasi.Aku merawat Den Andy sendirian di sebuah unit kost.
Aku harus masak setiap hari untuknya karena menjaga gula darahnya, sehingga tidaklah mudah membeli makanan dari luar sana.Makan, mandi, buang air, semua hanya bisa dilakukannya dikasur, setiap menitnya aku harus selalu ada untuk membantu aktivitas tersebut. Obat, insulin, suntikan ini dan itu, mengganti diaper, hingga memeras nanah yang terus berproduksi di dada, semua ku lakukan sendirian layaknya seorang tenaga kesehatan profesional.
Tidak punya pilihan,
Keluarga dan teman semua membenci Den Andy, tidak ada yang ingin membantunya.Temanku hanya Tuhan.
Walau aku tidak pernah tau apa sebutan untuk agamaku, tapi kala itu tempatku menangis dan mengadu hanyalah Tuhan.
Suatu ketika, ibu Den Andy datang ke Bali menjenguk anaknya,, kusebut mertua ku adalah satu-satunya orang yang sangat menyayangiku dan anaknya sendiri, beliau begitu berterimakasih dengan ketulusan aku merawat anaknya.
Ada sebuah kejadian, suatu pagi, ibu mertua ku berkata padaku "Kamu capek, kamu kalau mau ke salon boleh, biar mama yang jaga Den Andy", izin mertua ku. Namun aku menolak, tapi aku ambil kesempatan itu untuk sekedar ngopi santai di warung kopi.
Tujuan mertuaku sangatlah baik, dia tau betapa aku lelah.
Namun siapa sangka,
Anaknya justru mengamuk mencari ku yang kala itu baru meninggalkannya ke warung kopi sekitar 15 menit, dalam keadaan lumpuh, Den Andy "Kambuh".
Dia masih sanggup mengeluarkan kata-kata kasar, berkata bahwa sejak mamanya datang ke Bali aku memilih santai-santai, sampai semua nama binatang ia lontarkan kearahku.Namun entah mengapa,
Kali ini aku kehilangan kesabaran, tak seperti aku di Jakarta dulu.
Mungkin karena aku terlalu lelah, dan mungkin karena aku tau Den Andy tidak mampu lagi nekat mengejarku karena dia sudah terbujur tak berdaya, maka akibat perkataan kasarnya dan kebetulan sedang ada ibunya di Bali, aku pergi mencari pertolongan teman dan meninggalkan nya hingga 2 hari lamanya.Chat nya yang berkata Babi, Anjing, Bangsat, Bajingan,
Berubah menjadi "Ampun bundaaa... Pulang bunda... Aku butuh kamu bunda... "Entah kenapa, untuk ribuan kali nya aku pun memaafkan dan pulang melanjutkan merawatnya setelah 3 hariku singgahi tempat temanku di Bali.
Teman yang menolong ku memberikan tempat singgah untukku pun konon begitu kecewa melihat keputusan ku yang mau kembali lagi mengurus orang yang sebegitu kasarnya tidak tahu terimakasih.
Tetapi,
Aku berkata...
"Kak, maaf ya kak aku balik lagi dulu.. Biar aku urus dia mungkin sampai akhir bulan saja, setelah itu aku belum tau kedepannya."Pikirku, aku akan meminta solusi keluarga apakah dia sebaiknya dibawa pulang ke Jakarta akhir bulan nanti, atau... entahlah. Tapi aku jatuhkan omongan tersebut pada temanku.
Aku kembali pulang ke kosan,
Setelah aku kembali, Ibunya pun pulang ke Jakarta. Maka aku lanjutkan merawatnya sendirian.
![](https://img.wattpad.com/cover/366686019-288-k563707.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"NINGRAT"
Spiritual• Jembatan Tak Terlihat Antara Jawa dan Bali • Sebuah Kisah Nyata Inspiratif Tentang Perjalanan Hidup Seorang Wanita Bangsawan Yang Tidak Biasa