Fakta Silsilah

18 2 0
                                    

Ketika aku sedang pulang ke Jakarta, aku mulai penasaran tentang silsilah keluarga ku..
Karena terakhir membuka silsilah tersebut tahun 2006-2007 berarti saat itu usiaku baru sekitar 12 tahun.

Mungkin dulu aku belum mengerti, tapi aku yakin sekarang aku sudah cukup umur untuk mempelajari silsilah trah dalem.

Awalnya mama bilang entah dimana, papa pun berkata yang sama.
Berhari-hari aku mencari tapi tidak pernah ketemu, hingga dimalam hari setelah mama masuk kamar, papa tiba-tiba datang ke kamarku dan membawakan buku silsilah itu.

Sepertinya dari kemarin papa dan mama memang mereka sembunyikan.
Tapi akhirnya aku diberikan juga.

Ternyata,
Mama papa sangat takut sekali.
Karena konon papa adalah yang ke 3 terakhir membuat buku silsilah itu, dan 2 eyangku meninggal saat menyusunnya.
Terakhir papaku, syukur papa masih hidup sampai saat ini walau ketika menelusuri silsilah papa pun kena stroke.
Mereka takut, hal buruk menimpaku.

Tetapi entah pada akhirnya papa dan mama mengizinkan aku melanjutkannya.
Konon,
Silsilah tersebut dimulai dari Tjitrosomo, adipati Jepara.
Hanya sampai sana silsilah berhasil ditelusuri.
Sedangkan ke atasnya?
Semua belum ada yang berhasil.

Kenapa aku cari silsilah?
Aku cuma ingin tau apakah pertemuanku dengan para brahmana ini ada kaitannya dengan cerita lampau yang mungkin ada di sejarah leluhurku?

Awalnya aku hanya menemukan eyang ku,
R. Tumenggung Amin Singgih,,
yang mana beliau adalah ahli bahasa pada jamannya, penyempurna ejaan bahasa Indonesia. Eyang Den Gung Amin Singgih juga pernah berjasa dibidang pendidikan wilayah Buleleng, Bali.
Mungkin, itu salah satu yang membawa cucunya kesana untuk urusan Ajik.
Hehehe cocokologi.

Tapi,
Ada fakta yang mengejutkan.
Selama ini silsilah yang ku tahu berjudul Tjitrosomo,
Maka yang aku ingat adalah buku tersebut berisi silsilah keturunan Tjitrosomo adipati Jepara tersebut hingga keturunan di garisku.

Tetapi fakta mengejutkan yang ku temui, malah diatas Tjitrosomo bukanlah Raja dari kekeratonan Jawa, tapi..

Raja Bali!!!

Betapa kagetnya aku baru menyadari bahwa diatas Eyang Tjitrosomo itu tertulis Dewa Agung, Raja Bali.

Tapi kenapa selama ini turun temurun aku dan keluargaku mengakui kami asal Keraton Solo?
Yap, memang salah satu eyang dari silsilah Tjitrosomo (Raja Bali, Dewa Agung) ada yang menikah dengan sentono dalem Keraton Solo.

Berarti turunan Keraton Solo tersebut bukanlah yang mendarah daging, karena persilangan dengan Keraton Solo itu berkisar 4-5 generasi diatasku saja, sedangkan yang mendarah daging atau pusat utama silsilah kami adalah Dewa Agung, Raja Bali.

Bagaimana mungkin aku tidak shock???
Niat hati mengira teman di Bali mungkin bersinggungan dengan leluhur ku yang di Jawa,
Malah ternyata aku yang Bali.

Setelah serah terima buku silsilah tersebut, aku pelukan sama papa sambil ku lihat papa menangis, ya karena sebetulnya papa seorang pemerhati budaya dan keleluhuran utamanya didalam keluarga kami.

Papaku petualang,
Papa sering berziarah ke makam leluhur dan mendatangi berbagai tempat ibadah bersejarah saat dulu beliau sehat. Tetapi papa belum pernah langsung menelusuri ke Bali, kebetulan aku lah yang sedang menetap di Bali makanya silsilah tersebut belum sampai tuntas menuju Raja.

Setelah serah terima buku silsilah tersebut, dari papa turun ke aku, aku pun melakukan konfirmasi kepada keluargaku yang mengerti, dan mereka semua mengiyakan, kita berasal dari keturunan Raja Bali. Tapi belum ada yang tuntas menelusuri jejak beliau.
Maka dari itu dibuku silsilah hanya dimulai dari Tjitrosomo (Eyang kami yang menjadi adipati Jepara).

Aku akan bawa silsilah ini ke Bali, dan ku emban tanggungjawab menyelesaikan ini.

"Dear papaaa,,
Fix, aku anakmu,
I'll try my best!" ❤

"NINGRAT"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang