The First Meeting

4.8K 130 4
                                    

HALLOO HALOWW👋🏻

Tandain kalau ada typo yaww♡

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA JUGA!!

Happy Reading♡

"Uncle? Aunty?" Gumam Aruna begitu melihat keberadaan adik laki-laki Damian dan juga istrinya yang sedang menatap sendu ke arah gundukan tanah yang masih basah.

Kedua orang yang mendengar suara Aruna pun mengalihkan pandangannya.

"Aruna, sini, nak." Panggil Deka, adik kandung Damian.

Lantas Aruna langsung mendekati Deka dengan jalan yang ia percepat.

"Uncle sama Aunty ngapain di sini? Aruna juga gak tau kenapa Aruna dibawa Ibu guru ke sini." Tanya Aruna begitu tiba di hadapan Deka. Ia menatap Deka bingung, tidak sedikit pun Aruna menatap gundukan tanah yang basah itu.

Deka serta istrinya tidak menjawab. Deka menunjuk ke arah gundukan tanah dengan arah matanya, lalu menunduk dalam-dalam.

Aruna menatap gundukan tanah tersebut. Ia terpaku beberapa saat setelah membaca nama di batu nisan. Matanya mulai meneteskan air, wajahnya mulai memerah. Kedua tangan dan kakinya mendadak sangat lemas. Aruna menggeleng cepat menatap Deka.

"Kenapa ada nama Daddy, Uncle? Mereka salah nulis namanya, ya? Suruh mereka cepet-cepet benerin namanya, Uncle! Yang di dalam sana bukan Daddy! Daddy sama Mommy lagi berangkat ke luar negeri, Uncle." Ucap Aruna masih berusaha berfikir positif.

Deka memegangi kedua pundak Aruna yang bergetar. "Maaf, Aruna. Ini semua benar. Nama di batu nisan itu benar. Daddy dan Mommy kamu mengalami kecelakaan pagi tadi saat di perjalanan menuju bandara." Ucap Deka memberitahu Aruna dengan pelan.

Aruna menatap gundukan tanah satu lagi, gundukan tanah yang tempatnya berada di sebelah gundukan tanah dengan batu nisan bertuliskan 'Damian Allaric'. Aruna menggeleng tidak percaya saat membaca batu nisan itu, 'Zoya Adhisty'. Dengan langkah pelan dan terlihat rapuh, Aruna mendekati gundukan tanah Damian.

Orang-orang yang menghadiri pemakaman Damian dan Zoya pun memberikan jalan untuk Aruna agar bisa lebih dekat dengan gundukan tanah kedua orangtuanya. Tidak sedikit diantara mereka ikut menitikkan air mata karena kasihan melihat Aruna.

Aruna mengusap pelan batu nisan Damian dengan tangan yang bergetar. "Daddy," panggil Aruna dengan suara parau.

"Hiks, Daddy pasti lagi mau kasih Aruna kejutan, 'kan? Daddy lagi prank Aruna, 'kan?" Tangis Aruna pecah begitu saja. Masih tidak menyangka hal ini akan terjadi hari ini juga.

Lalu Aruna beralih ke gundukan tanah Zoya yang berada di sebelah kanan Aruna.

"Mommy, marahin Daddy, Mom! Daddy udah jahilin Aruna. Mommy jangan ikut-ikutan prank-nya Daddy!" Aruna mendudukkan dirinya di tanah. Ia duduk di tengah-tengah antara kuburan Damian dan Kuburan Zoya.

Melihat keponakannya yang sangat rapuh, membuat Deka tidak tega. Ia lantas mendekat pada Aruna. "Aruna, bangun, Sayang. Nanti kamu kotor duduk di tanah." Titah Deka pelan, memegang kedua pundak Aruna agar Aruna berdiri.

Aruna menggeleng. Ia tetap diam di tempatnya. "Aruna gak peduli, Uncle! Aruna cuma mau Daddy sama Mommy yang nyuruh Aruna buat berdiri biar baju Aruna gak kotor!" Ucap Aruna semakin terdengar parau. Pipinya benar-benar sudah dibasahi oleh air mata.

ELGARVE ; MY POSSESSIVE BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang