Hospital

1.5K 46 2
                                    

HALLOO HALOWW👋🏻

Tandain kalau ada typo yaww♡

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA JUGA!!

Happy Reading♡

Sudah hampir 2 jam lamanya Aruna terdiam di samping brankar yang Elgarve tiduri. Aruna semakin terisak dengan tangisnya saat melihat kondisi Elgarve yang terbaring tidak sadarkan diri di atas brankar rumah sakit. Aruna teringat ucapan dokter tentang kondisi Elgarve yang koma, sehingga Elgarve harus dirawat di ruang ICU sampai cowok itu sadar dari komanya.

Dengan tangan yang sedikit bergetar, Aruna menggenggam tangan Elgarve yang terbebas dari infusan. Ia mengecupi tangan kekar yang selalu menjaganya itu dengan tulus.

"Kak El, Aruna minta maaf, hiks-" isak Aruna. "Kalau aja saat itu Aruna mau dengerin penjelasan Kakak dan gak usir Kakak. Sekarang kita pasti lagi seneng-seneng berdua, Kak. Kakak gak akan kecelakaan kayak gini! Maaf, Kak, maafin Aruna..."

Hening. Tidak ada lagi suara di ruangan itu selain suara monitor di samping brankar Elgarve. Cowok itu terbaring lemah di atas kasur dengan banyaknya luka karena kecelakaan. Kepalanya yang dilingkari oleh perban, beberapa di area tangan serta kaki cowok itu juga terdapat luka dari yang kecil sampai yang terlihat parah. Untungnya Elgarve menggunakan helm saat berkendara, jadi luka di kepalanya tidak terlalu parah. Padahal kecelakaan itu terjadi sangat parah sekali.

"Kak El, Aruna tau Kakak semalaman ini gak tidur. Tapi Aruna mohon, Kak. Buka mata Kakak sebentar. Bilang ke Aruna kalau Kakak baik-baik aja. Aruna kangen sama Kakak!" Ucap Aruna diakhiri dengan tangisan paraunya.

"Kak, Bi Inah udah nungguin kita di rumah. Bi Inah udah masakin makanan kesukaan Aruna. T-tapi, Aruna gak mau makan kalau gak bareng sama Kakak. Ayo, Kak, ayo bangun. Kakak pasti laper, 'kan?"

Aruna terdiam. Rasanya sangat sakit jika terus-menerus mengajak Elgarve berbicara disaat kondisi cowok itu tidak sadarkan diri. Aruna merasa tenggorokannya seperti terikat sesuatu. Ia menatap mata terpejam Elgarve yang biasanya selalu menatapnya dengan penuh cinta, kini mata itu terpejam erat tanpa melihatnya sedikitpun.

"Run..."

Aruna mengalihkan pandangannya saat namanya dipanggil. Ia menatap Tiffany yang baru saja memasuki ruangan.

Tiffany menatap sendu temannya itu. Ia memeluk erat pundak Aruna yang masih terduduk. Tiffany menggerakkan tangannya untuk mengelus kepala Aruna.

"Yang sabar, ya? Jangan terus-terusan nangis, kalau Kak Elgarve tau, pasti dia marah sama dirinya sendiri karena udah buat ceweknya nangis. Terus doain Elgarve supaya dia cepet sembuh, Run. Jangan salahin diri Lo sendiri, mungkin ini emang udah takdirnya?" Ucap Tiffany menenangkan temannya.

"Gue sama yang lain mau pamit pulang, ya? Udah mau malem. Lo jangan lupa makan, Run. Jangan lupa sama diri Lo sendiri juga. Jangan sakit, gue gak mau Lo sakit. Kalau ada apa-apa, kabarin kita, ya? Besok kita ke sini lagi habis pulang sekolah." Pamit Tiffany.

Aruna mengangguk. Ia mendongak menatap Tiffany. "Aruna boleh nitip izin? Aruna gak mau sekolah dulu, Fany. Aruna harus tungguin Kak Elgarve di sini."

Tiffany mengangguk. "Iya, nanti gue kasih tau Lo kalau ada tugas atau apapun. Kalau mau nitip keperluan Lo, bilang aja. Biar besok gue bawain ke sini."

ELGARVE ; MY POSSESSIVE BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang