2 (perubahan)

4K 369 53
                                    

Pantulan sinar matahari mengenai wajah pria tampan bernama Kendrik Danny Arsenio nyatanya jiwa yang menempati bukan sang pemilik tubuh. Jiwa asli telah menyerah memilih menyerahkan tubuhnya kepada remaja yang lebih muda darinya.

Perlahan Kendrik membuka mata pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah Galen. Remaja yang seusia dirinya di tubuh asli, namun menurut dia wajah Galen seperti lebih muda dari usia aslinya.

Tangan Kendrik terulur mengelus rambut hitam jelaga milik Galen. Mengingat tentang kenangan manis bersama sang pemilik asli memang sangat banyak.

Kendrik berhasil menggantikan tugas kedua orangtuanya untuk menjaga semua adiknya walaupun tiga diantara membencinya. "Memberikan mereka sedikit pelajaran suatu hal yang menyenangkan," batin Kendrik.

"Abang!" panggil Galen.

"Bagaimana tidurmu nyenyak?" tanya Kendrik kepada sang adik.

"Sangat," ujar Galen.

"Bersiap sekolah ya. Abang tidak bisa mengantarmu," ujar Kendrik.

"Kepala abang masih pusing?" tanya Galen khawatir.

"Begitulah. Jadi untuk hari ini adek sama teman abang aja ya," ujar Kendrik.

"Okey bang!" pekik Galen bersemangat.

Kendrik mengacak-acak rambut Galen setelah dirasa cukup dia membiarkan Galen pergi dari kamarnya. Baru saja Kendrik akan menutup mata kembali suara dobrakan pintu menghentikan hal tersebut.

Kendrik berusaha berdiri sendiri walaupun sedikit oleng di pintu kamar ada sosok sang adik pertama Kendrik.

"Apa Jason?" tanya Kendrik datar.

"Kau belum menyiapkan sarapan untuk kami semua. Cepatlah memasak kami kelaparan menunggumu tidak kunjung datang," ketus Jason.

"Ada pembantu disini biarkan dia saja yang mengurus itu semua," sahut Kendrik.

Pria itu mendorong tubuh Jason keluar dari kamar dia malas berdebat dengan sosok menyebalkan Jason. Dari ingatan saja terekam bahwa Jason seenaknya saja dengan abangnya sendiri. Memerintah tanpa ada hormat sama sekali.

Jadi biarkan mereka semua merasakan apa yang disebut dengan pengabaian. Baru saja akan berbaring di kasur ada sebuah tangan menahan pergerakan Kendrik.

"Abang kenapa bangun dari kasur?" tanya Galen khawatir.

Pemuda manis itu sudah rapih dengan seragam sekolah SMA. Kendrik memperhatikan nama sekolah sang adik ternyata dia satu sekolah dengan dirinya dulu.

"Dek boleh abang minta bantuan?" tanya Kendrik ragu.

Dia tidak mungkin berkata untuk mencari identitas nama dia sebelumnya. Bisa dianggap gila nantinya oleh Galen.

"Boleh!" pekik Galen.

"Tolong carikan pemuda bernama Kendrik Saputra," ujar Kendrik.

"Abang kenal?" tanya Galen.

"Dulu abang kenal sama keluarganya jadi hanya ingin bertemu dengan dia saja," ujar Kendrik.

"Oh gitu," sahut Galen.

Galen membantu Kendrik menuju ke kasur setelah selesai dia keluar kamar Kendrik. Sosok Kendrik yang mendengar bunyi perut tidak jadi menutup mata.

Dia menghubungi seorang pelayan agar mengantarkan makanan ke kamar. Dia malas berurusan dengan para adik kurang ajar yang tidak memiliki hormat kepada sang kakak.

Di ruang makan terjadi keheningan bahkan sosok Harry menatap kursi dimana Kendrik duduk. Tidak ada tanda bahwa sang kakak tertua akan turun untuk sarapan bersama.

Galen yang melihat gerak gerik sang kakak ketiga mengerti. "Aa cari abang?" tanya Galen.

Pemuda itu seketika kaget akan pertanyaan sang adik. "Tidak," jawab Harry.

"Cih dia mulai drama," kesal Ivan.

"Mas sekarang abang sakit lho karena mas lempar piring ke belakang kepalanya," ujar Galen.

"Jangan menasihatiku kau masih kecil," ketus Ivan.

Wajah langsung kesal dia yang malas berdebat memilih beranjak dari tempat duduk dia berencana akan berangkat lebih dulu dibandingkan saudara dia yang lain. Ketika akan pergi sebuah tangan menahan dia. "Kakak akan antar kamu ke sekolah," ujar Jason.

"Masih ada abang biarkan dia melakukan tugas dia seperti biasa yaitu mengantarkan kita kemanapun," sahut Ivan santai.

"Mas kau tidak dengar ucapanku bahwa abang sekarang sakit!" kesal Galen.

"Dia berpura-pura sakit!" pekik Ivan tidak percaya.

"Terserah ucapan mas mengenai abang. Apabila abang benar-benar lelah maka mungkin saja dia akan pergi dari kita tanpa kabar apapun," ujar Galen.

Pemuda berseragam putih abu-abu itu memilih berlari menjauh dari ketiga saudaranya. Di sisi Kendrik dia tengah mengawasi pertengkaran antar saudara tersebut.

Bibir Kendrik melengkung membentuk sebuah seringai. "Karena abang kalian memberikan tubuh untukku maka aku akan membalas balas dendam mengenai perlakuan kurang ajar kalian," ujar Kendrik.

Puas melihat rekaman cctv pria itu memilih tidur membiarkan tubuh beristirahat sejenak mengenai rencana balas dendam nanti saja.

Sebagai yang lebih tua diantara mereka Jason memutuskan mengantar kedua adiknya yang lain. Harry menatap kamar sang abang dalam diam.

"Abang sakit hati ya akibat ucapan kami kemarin malam," batin Harry.

Berbeda dengan Harry kedua kakaknya nampak biasa saja. Mereka pergi dari rumah untuk memulai aktivitas seperti biasa. Di dalam mobil dimana ada sosok Galen pemuda itu tengah menatap pemandangan kota.

"Ken tumben tidak kelihatan," ujar pria seumuran Kendrik.

Pria itu merupakan tangan kanan Kendrik sekaligus sahabat Kendrik. Pria berkulit eksotis dengan dua lesung pipi di pipinya, rambut berwarna grey, warna mata sebiru lautan. Pria bernama Lucian Abraham cowok keturunan Australia namun memiliki darah manado dari sang ayah.

"Abang sepertinya tidak mau berdekatan dengan semuanya kecuali aku," ujar Galen sedih.

"Ketiga kakakmu memulai pertengkaran kembali?" tanya Lucian.

"Mas berkata bahwa abang lebih baik mati," cicit Galen.

"Ucapan Ivan cukup menyakitkan. Padahal abangmu bertahan demi kalian tapi balasannya begini," ujar Lucian.

"Aku takut kehilangan abang," sedih Galen.

Lucian melirik kearah Galen yang nampak menahan tangis. Dia menepuk pundak Galen agar tenang.

"Kupikir abangmu menyerah mendapatkan maaf jadi dia mulai menjauh," ujar Lucian.

"Yah benar. Bahkan abang tidak mau menatap wajah kakak, mas dan aa," ujar Galen.

"Kalian memiliki kakak yang sangat sabar. Anehnya kalian sia-siakan begitu saja," ujar Lucian.

"Apakah keluargaku akan kembali utuh?" tanya Galen.

"Tergantung Kendrik. Dia kepala keluarga kalian sekarang untuk menggantikan peran kedua orangtua," ujar Lucian.

"Entahlah bang. Sifat abang telah berubah sejak semalam jadi kupikir membuat keluargaku utuh sedikit sulit," ujar Galen.

"Lebih baik ketiga kakakmu meminta maaf agar semuanya selesai dengan cepat," ujar Lucian.

"Kuharap itu terjadi walaupun mustahil," ujar Galen.

Galen tahu semua ketiga kakaknya tipikal orang yang gengsi meminta maaf. Setiap pertengkaran abang tertua yang meminta maaf bukan mereka.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan agar penulis semakin bersemangat menulis

Sampai jumpa

Minggu 21 April 2024

Kendrik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang