22 (kendrik jatuh sakit)

1.5K 127 16
                                    

Di luar kamar Kendrik ada empat pemuda menatap diam dimana sang sulung tertidur lelap. Galen menarik tangan Harry dan Ivan agar tidak masuk ke kamar Kendrik.

"Abang baru saja istirahat tahu!" pekik Galen.

"Bosan tahu! Mas mau jalan-jalan di Moskow!" pekik Ivan.

"Benar mulai lusa aa harus masuk di universitas di sekitaran sini," ujar Harry.

"Kalian berencana tinggal disini?" tanya Jason.

"Kakak mau pulang silahkan saja," ujar Ivan.

"Kenapa sifat menyebalkanmu masih sama sih?!" kesal Jason.

Ivan tidak peduli dia malah masuk ke kamar Kendrik bersama Harry. Benar saja mereka berdua membangunkan sang abang. Terlihat jelas bahwa Kendrik malas akan tingkah usil mereka.

"Jason urus mereka dulu. Aku sangat mengantuk," ujar Kendrik.

"Oh iya," sahut Jason.

Jason menarik kerah baju Ivan dan Harry agar keluar dari kamar sang abang. Galen tidak menurut dia memilih masuk ke kamar abangnya.

Remaja berusia enam belas tahun itu tiduran di sebelah sang abang. Merasa kurang nyaman Galen masuk ke selimut yang digunakan oleh Kendrik.

Galen menyentuh wajah tegas sang abang yang terlelap tidur kembali. Sosok yang menggantikan tugas ayah dan ibu bagi dia selama sepuluh tahun terakhir. Guratan lelah terlihat jelas dalam wajah tenang Kendrik.

"Obat untuk penyakitku sangat pahit. Rasanya aku ingin menyerah," gumam Kendrik.

Air mata Galen turun dia mengetahui bagaimana sang abang menahan rasa sakit tentang kemoterapi dia selama setahun belakangan ini. Mendengar suara isakan tangis Kendrik membuka mata disana ada sang bungsu menangis sesegukan.

Tangan besar Kendrik menghapus air mata sang adik. "Hey maaf apabila perkataan abang tadi menyakiti hati kecilmu," ujar Kendrik.

Galen tidak menjawab dia semakin menangis bahkan memeluk tubuh Kendrik sangat erat. "Abang," lirih Galen.

Dobrakan pintu membuat Kendrik menoleh kearah depan disana ketiga adiknya yang lain, malah ikutan menangis. Mereka langsung memeluk Kendrik begitu saja. Padahal secara umur usia keempat adik Kendrik cukup dewasa. Ini kenapa mereka seperti anak kecil saja akan ditinggalkan pergi bekerja oleh orangtuanya.

"Astaga kalian kenapa menangis semua sih?" heran Kendrik.

"Abang jangan pergi," lirih Jason.

"Iya. Kami takut kehilangan lagi," lirih Ivan.

"Aku gak mau nasib abang seperti ayah dan bunda," lirih Harry.

"Adek takut abang menyerah," lirih Galen.

Kepala Kendrik mendongkak sejenak menahan air mata untuk turun. Sejujurnya dia sangat ingin memberitahu bahwa dia bukan Kendrik. Dia hanyalah jiwa asing yang menempati tubuh ini secara tidak sengaja.

"Maafkan aku. Aku takut apabila mengatakan fakta sebenarnya bahwa abang kalian sudah pergi akibat ulah kalian sendiri, maka itu semakin menghancurkan kalian," batin Kendrik.

Kedua tangan Kendrik berusaha memeluk keempatnya walaupun sedikit kesulitan. "Ayolah kalian jangan berlebihan. Abang tidak mungkin menyerah dengan mudah," hibur Kendrik.

"Kami temani abang berobat ya," lirih Jason.

"Abang hanya minum obat pahit kok. Bukan masalah bagi abang," ujar Kendrik.

Suara tangisan mereka semakin kencang. Sebenarnya hari ini merupakan jadwal dia untuk kontrol ke dokter.

Alasan dia kesini juga konsultasi mengenai gangguan stress yang dialami olehnya.

"Kalian di rumah saja. Abang tidak akan lama kok," ujar Kendrik.

"Abang kita sarapan dulu bersama," ujar Galen.

"Nafsu makan abang berkurang. Jadi sepertinya nanti saja deh setelah diperiksa dokter saja," ujar Kendrik.

Kendrik menahan sesuatu yang akan keluar dari mulutnya. Dia melepaskan pelukan keempat adiknya dan berlari menuju kearah kamar mandi.

Mereka berempat mengikuti langkah kaki Kendrik. Jason, Ivan dan Harry kaget melihat darah segar keluar dari mulut Kendrik. Galen terbiasa dia memijat tengkuk leher sang abang.

"Kak aku minta tolong bisa ambilkan air hangat untuk abang," ujar Galen menatap kearah Jason.

Jason mengerti dia keluar untuk mengambil yang diperlukan. Di sisi Kendrik dia berusaha mengambil nafas sejenak. "Bang biar kami antar saja," ujar Galen.

"Dek kamu pergi saja bersama mereka. Abang bisa sendiri. Jason, Ivan dan Harry pasti mau menikmati kota ini," jawab Kendrik lemas.

Ivan mendekat dan bersujud di depan sang abang. Tindakan Ivan membuat Kendrik sedikit terkejut. Dia awalnya memang akan menaklukan mereka ternyata, malah dia yang muak tentang permintaan maaf mereka.

"Maafkan atas ucapanku selama ini. Terakhir ucapanku membuat aku sadar, bahwa aku tidak bisa hidup jauh darimu," ujar Ivan.

Posisi Ivan tetap sama yaitu bersujud di depan sang abang. Tangan Kendrik terulur lantas mengangkat kepala sang adik Ivan. "Bangun Ian. Kamu seorang pria tidak seharusnya melakukan tindakan seperti itu," ujar Kendrik.

"Eh?!" kaget Ivan.

"Tidak keberatan abang memanggilmu dengan panggilan kesayangan kamu?" tanya Kendrik memiringkan kepalanya.

Ivan tersenyum lebar kearah sang abang. "Ian gak masalah kok!" pekik Ivan.

Saat Kendrik bangun dibantu oleh Galen dan Ivan. Di kamar Kendrik mendapatkan segelas air dari Jason yang baru saja kembali.

"Penyakit abang cukup fatal?" tanya Jason.

"Begitulah. Apabila abang tidak meminum obat maka akan semakin parah," ujar Kendrik.

Denyutan di ulu hati membuat Kendrik kehilangan konsentrasi bahkan hampir menjatuhkan gelas. Mereka panik melihat sang abang menahan sakit.

"Dek dokter pribadi abang disini siapa?" tanya Jason kepada Galen.

"Bang Lucian yang mengetahui itu," ujar Galen.

"Cepat hubungi dia!" pekik Ivan.

Mereka kembali menangis melihat sosok yang mereka anggap pengganti orangtua menahan rasa sakit. "Argh!" pekik Kendrik.

"Abang!" pekik mereka.

Beberapa kali Galen berusaha menghubungi Lucian tidak diangkat sama sekali. "Kita bawa abang ke rumah sakit saja. Terlalu lama menunggu bang Lucian!" pekik Harry.

Mereka setuju dengan itu mereka saling membantu untuk bisa keluar dari apartemen dengan merangkul sang abang. Walaupun badan mereka lebih berisi dari Kendrik anehnya mereka tidak sanggup untuk menggendong sang abang sendirian.

Di perjalanan nafas Kendrik sedikit memberat bahkan memegang dada dia tepat di area ulu hati. Di depan ada Jason dan disebelahnya Ivan. Jujur ini pengalaman yang membuat mereka sedikit trauma sekali.

Kejadian dimana mereka kehilangan orangtua mereka tepat sebelas tahun yang lalu. Mereka tidak mau kehilangan lagi.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan agar penulis semakin bersemangat menulis

Sampai jumpa

Minggu 30 Juni 2024

Double update karena sesuai jadwal

Kendrik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang