33 (kelulusan)

683 89 4
                                    

Tak terasa, Galen sudah menempuh pendidikan masa SMA selama tiga tahun. Sekarang, ia tengah merapihkan dasi yang dia kenakan.

Keempat saudaranya juga memakai pakaian formal. Beda lagi dengan sang abang yang masih saja sibuk dengan laptop.

"Abang!" panggil Galen.

"Ya," jawab Kendrik.

"Abang tidak ganti baju?" tanya Galen.

Kendel menutup laptop. Ia memperhatikan sekitar. Sedikit menghela nafas kasar menatap sang adik.

"Pagi ini, abang ada rapat bersama klien. Kemungkinan besar, tidak bisa datang," ujar Kendrik.

Tatapan Galen sedikit mendung. Pemuda itu beranjak pergi dari meja makan begitu saja. Bahkan Galen belum menyentuh sarapan sama sekali.

"Luangkan sedikit waktumu untuk Galen," nasihat Marvel.

"Adikmu mengharapkan kehadiranmu," ujar Maria.

"Akan kuusahakan eyang, uti," ujar Kendrik.

"Kami akan ke sekolah adek. Abang bekerja saja dengan giat," ujar Jason.

Selesai sarapan, mereka semua pergi kecuali Kendrik. Ada cairan kental mengalir di hidungnya. Mengambil tisu diatas nakas. Sedikit mengelap kasar darahnya sedikit.

Kendrik bersandar ke kursi. Sejujurnya, ia tidak suka akan keramaian. Makanya, dirinya malas untuk pergi ke acara seperti kelulusan.

Suara sepatu mendekat, membuat Kendrik sedikit melirik kearah pintu depan. Ternyata sosok Lucian, ia membawa beberapa dokumen.

"Kapan ini semua selesai?" tanya Kendrik.

"Kurasa mengenai pertemuan kali ini. Biar aku saja yang handle," ujar Lucian.

"Aku bukan sekarat. Diriku hanya sedikit gila saja," sarkas Kendrik.

"Bagaimana hasil check tubuhmu, kemarin?" tanya Lucian.

"Lumayan membaik. Entahlah, hanya saja tubuhku lemas saja untuk berpergian hari ini," ujar Kendrik.

"Kau istirahat. Tenang saja, mengenai perusahaan barumu," ujar Lucian.

"Aku akan menghadiri acara kelulusan adikku," ujar Kendrik.

"Katamu kau lemas?" heran Lucian.

"Ambil kursi roda yang berada di kamarku," ujar Kendrik.

"Kau tidak kuat berdiri sama sekali?" tanya Lucian memastikan.

"Hanya kuat beberapa menit saja. Untuk waktu lama tidak bisa. Acara perpisahan pasti lama sekali waktunya," ujar Kendrik.

"Jompo sekali dirimu," sindir Lucian.

"Diamlah!" kesal Kendrik.

Lucian berlari kearah kamar Kendrik. Benar saja, dipojok dekat meja belajar. Ada sebuah kursi roda yang tersedia.

Lucian mendorong kursi roda keluar kamar. Tak lupa Lucian mengambil jas kantor untuk Kendrik. Yah, Kendrik hanya menggunakan sweater saja tanpa jas.

Lucian melemparkannya kearah Kendrik. Ditangkap sangat mudah oleh Kendrik. Ia memakainya setelah selesai. Berdiri dan duduk diatas kursi roda.

Lucian membereskan laptop milik Kendrik. Ia menyimpan laptop itu di kamar Kendrik. Tak lupa membereskan semua peralatan kotor bekas sarapan.

Dirasa sudah semua. Mereka berdua pergi dari apartemen tak lupa menguncinya. Tidak ada orang sepanjang lorong. Itulah hal yang sangat disukai oleh Kendrik.

Dia tidak perlu mengeluarkan banyak energi. Di lift Kendrik menelepon salah satu adiknya. Ia ingin tahu sampai mana acara berlangsung.

Di sekolah Galen diam saja. Kedua sahabatnya bahkan heran sendiri. Biasanya, Galen itu tipikal orang yang tidak sedingin ini.

Kendrik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang