26 (brocon)

867 90 3
                                    

Sesuai janji satu jam lalu sekarang kelima bersaudara tengah berada di sebuah pusat perbelanjaan. Mereka tengah berbelanja untuk keperluan sekolah bagi Galen dan Harry.

Harry memutuskan untuk melanjutkan kuliah di negara dengan julukan Romawi Ketiga. Ada sebuah panggilan dari pihak kampus untuk dia segera melunasi biaya pendaftaran ulang. Sebagai adik Harry memberitahu sang abang tentang hal tersebut.

Minggu kemarin mereka berdua berdiskusi, dan keputusan berakhir dengan Harry berkuliah di Moskow. Mengenai Jason atau Ivan mereka juga akan mengikuti sang abang.

Tepukan di bahu Kendrik menghentikan langkah kaki. Ada sosok Lucian tengah menyisap sebatang rokok, bahkan langsung merangkul pundak Kendrik begitu saja. "Gua butuh bantuan lu," ujar Lucian.

Seseorang mendorong tubuh Lucian dari Kendrik. "Jangan dekatin abangku!" protes Galen memeluk erat tubuh Kendrik.

Terlihat jelas mata Galen melotot garang kearah Lucian. "Sejak dulu adik kecilmu ini brocon sekali," komentar Lucian.

"Aku lebih tinggi dari bang Lucian ya! Jangan panggil aku adik kecil!" protes Galen.

"Eh kita beda dua senti saja!" kesal Lucian atas ucapan Galen.

"Tetap saja aku tinggi!" pekik Galen tidak mau kalah.

Baru saja Lucian akan membalas ada tiga sosok menatap dia tajam. "Adek lu ketinggian banget sih?!" kesal Lucian.

"Berasa jadi istri kita semua bang Lucian?" tanya Harry jahil.

"Idih amit-amit!" protes Lucian.

"Benar juga sih. Bang Lucian pendek sekali dibandingkan kita semua," celetuk Jason.

"Tinggi kalian saja seperti orang luar negeri!" pekik Lucian.

"Ayah berdarah campuran Indonesia dan Denmark. Ibu asli Yogyakarta," jawab Ivan.

"Terus mengapa Kendrik melarikan diri kesini sih?" heran Lucian.

"Tidak tahu," jawab Ivan polos.

"Pantas saja Kendrik pintar beberapa bahasa saat kuliah dulu," ujar Lucian.

"Ayah mengajarkan bahasa inggris sejak kami kecil, dan ibu bahasa jawa. Mengenai bahasa indonesia diajarkan juga oleh mereka berdua," ujar Jason.

"Tidak heran kalian semua pintar," ujar Lucian.

"Kau juga memiliki darah campuran," ujar Kendrik malas.

"Campuran dari mana sih gua?!" protes Lucian.

"Darah kotor!" ledek Ivan dan Harry bersamaan.

Baru saja akan dikejar Lucian dengan pintar berlindung di belakang tubuh sang abang. "Lu juga tinggi mau mengalahkan tiang listrik!" kesal Lucian.

"Tinggi bang Lucian kategori tinggi lho di Indonesia," hibur Jason.

"Tidak apabila bersama kalian," ujar Lucian.

"Lebih baik kita beli sesuatu yang kalian inginkan," ujar Kendrik memisahkan perdebatan panjang mereka.

Sejak awal berteman dengan Lucian setiap bertemu dengan keempat adiknya pasti ada saja pertengkaran. Entah Lucian duluan atau salah satu adiknya memulai.

Langkah kaki mereka cukup menarik perhatian semua orang. Lucian sengaja datang dikarenakan dia cukup gabut. Sang istri tengah arisan bersama para sahabatnya. Dia tidak melarang asalkan tidak terlalu malam pulangnya. Berakhir dengan dia menerima ajakan Kendrik untuk hangout bersama.

Seperti seorang hewan liar tingkah mereka langsung tidak terkendali. Beda lagi dengan Galen yang memegang erat ujung belakang kemeja sang abang.

"Adek tidak suka berbelanja," ujar Galen.

Kendrik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang