36 (keluarga ayah)

548 75 8
                                    

Entah sial atau beruntung bagi Kendrik. Ia bertemu dengan kedua orangtua pihak ayahnya. Atau bisa dianggap sebagai sosok kakek dan nenek baginya. Mereka berdua menatap sinis Kendrik. Tidak ada senyuman ramah sekali. Respon Kendrik biasa saja. Ia bertemu mereka dengan di sebuah restoran ternama.

Terlalu sering ia diremehkan, jadi ia lebih kebal terhadap itu semua. Tak lama sang kakek menampar pipi kanan Kendrik cukup keras.

"Tidak ada, sopan santun!" kesal sang kakek.

"Putraku, pasti tidak akan mau mengakuimu sebagai anaknya," sambung sang nenek.

"Sikap sombongmu! Tidak menyapaku sama sekali beberapa menit lalu!" kesal sang kakek.

Kendrik mengelus pipi bekas tamparan. "Kakek dan nenek sering berkata bahwa diriku anggap saja kalian orang asing. Aku hanya melaksanakan apa yang kalian perintahkan," sahut Kendrik.

Sekali lagi sebuah tamparan mendarat di pipi Kendrik. Kekehan dari mulut Kendrik semakin memancing emosi sang kakek.

"Baru saja kita bertemu. Tuan Ludwing Arsenio anda sudah menampar saya sebanyak dua kali. Dan Nyonya Liana Arian Arsenio terimakasih sudah melahirkan ayah tercinta saya Levano Arsenio," ujar Kendrik.

"Kenapa dirimu semakin kurang ajar?!" kesal Ludwing.

"Saya tidak kurang ajar. Saya hanya menjaga batasan saja. Padahal kita merupakan sebuah keluarga," ujar Kendrik.

"Seharusnya kau lebih cepat mati saja!" pekik Liana.

"Saya akan mengabulkan permintaan anda nyonya," sahut Kendrik.

"Kau juga membunuh semua adikmu seperti yang kau lakukan kepada kedua orangtuamu," sinis Ludwing kepada Kendrik.

"Dulu kejadian ayah dan bunda kecelakaan tunggal di luar kehendak saya. Saya tidak tahu bahwa rem mobil telah disabotase," ujar Kendrik.

"Kau pasti yang melakukan hal tersebut!" tuduh Liana.

"Atas dasar apa anda mengatakan saya yang melakukannya?" tanya Kendrik kepada Liana.

"Karena kau cemburu terhadap semua adikmu!" tuduh Liana.

"Aku tidak cemburu mengenai itu semua. Ayah dan bunda membagi rata kasih sayangnya," ujar Kendrik.

"Seharusnya kau dibunuh lebih awal," ujar Ludwing.

"Aku tidak keberatan mengenai itu semua. Kedua anakmu yang lain hampir membunuh," ujar Kendrik.

"Atas dasar apa kau membunuh kedua orangtuamu sendiri?" tanya Liana.

"Tanyakan hal yang sama kepada Tuan Light dan Nyonya Lola yaitu kedua saudara kandung ayahku." Kendrik menghela nafas sejenak. "Mengapa mereka menginginkan kematian ayahku?" tanya Kendrik kepada Liana.

"Kau menuduh mereka!" kesal Ludwing.

"Sebelum kecelakaan terjadi. Tepat saat diriku sedang menghadapi ujian nasional tingkat sma. Light dan Lola terlibat adu mulut dengan ayahku."

"Ada perkataan Light yang berkata bahwa akan merebut apapun dari tangan ayahku, walaupun dengan membunuh kakaknya sendiri."

"Awalnya kukira itu tidak mungkin. Nyatanya setelah hari kelulusan kedua orangtuaku terlibat kecelakaan tunggal."

"Padahal kutahu bahwa ayahku tipikal orang yang menjaga kesehatan mobil. Anehnya polisi berkata bahwa rem mobil ayah mengalami kendala saat dikendarai oleh ayahku."

"Setelah kuselidiki ada yang sengaja memotong kabel rem mobil ayah. Aku tidak menuduh Tuan Light namun setiap petunjukku mengarah kepadanya."

"Sebelum anda menuduhku lebih baik lihat dulu fakta," sarkas Kendrik.

Kendrik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang