4 (harry mendekat)

3.4K 293 61
                                    

Seperti ucapan Kendrik sebelumnya dia menjauh dari ketiga adiknya. Bahkan sekarang sudah terhitung sebulan dia hanya tinggal berdua dengan sosok Galen. Pemuda itu sekarang tengah bermain video game bersama sang abang Kendrik.

Kendrik mengelus rambut Galen. "Adek lapar tidak?" tanya Kendrik.

"Laper!" pekik Galen.

"Pesan makanan sana. Abang mager masak," ujar Kendrik.

"Istri abang beruntung punya suami jago masak seperti abang," ujar Galen.

"Sudahlah kamu ini. Lebih baik pesan makanan saja," ujar Kendrik malas.

"Hehehe iya," tawa Galen.

Galen memesan makan malam untuk mereka berdua. Kegiatan Galen berfokus kepada sekolah sementara Kendrik mengurus perusahaan peninggalan kedua orangtuanya.

Di kediaman keluarga Arsenio nampak hanya kesunyian saja sejak sebulan lalu. Tidak ada suara lembut dari sang sulung mengingatkan mereka bahkan suara cempreng sang bungsu membuat mereka merindukan hal tersebut.

"Kita seharusnya meminta maaf kepada abang," ujar Harry.

"Kau lupa dia pembunuh!" pekik Ivan tidak setuju.

"Ucapan Ivan benar. Walaupun abang lebih tua dibandingkan kita semua dia penyebab atas kecelakaan ayah dan bunda," ujar Jason setuju akan ucapan Ivan.

"Terserah kalian. Aku memang sering bermulut pedas kepada abang, tapi setidaknya sekarang aku sadar bahwa kematian ayah dan bunda itu takdir!" kesal Harry.

Pemuda berusia tujuh belas tahun itu memilih pergi dari meja makan mengabaikan teriakan marah dari Ivan. Langkah kaki Harry membawa dia menuju ke arah kamar sang abang tertua. Dia membuka pintu tersebut pemandangan yang dia lihat hanyalah kamar sangat rapih untuk seorang pria dewasa.

Harry yang iseng memperhatikan setiap sudut kamar mata dia terhenti ke sebuah buku di meja kecil dekat kasur. Dia mengambil buku tersebut lantas duduk di atas kasur untuk membaca buku tersebut.

Lembar pertama ternyata ditulis tepat sepuluh tahun silam. Disana tertulis bahwa Kendrik sangat tertekan mengenai kebencian ketiga adiknya. Lembar demi lembar buku diary milik Kendrik dibaca oleh Harry. Akhirnya saat lembar terakhir yang ditulis membuat nafas Harry tercekat seketika. Disana Kendrik berkata akan menyerah mendapatkan maaf dari ketiga adiknya, dan berniat akan pergi menjauh selamanya apabila mereka tidak mau melihat wajahnya.

"Abang," lirih Harry.

Harry mencekram buku diary milik Kendrik. "Aku akan memperbaiki hubunganku dengan abang bahkan walaupun aku perlu bersujud sekalipun," tekad Harry.

Kebencian Harry memang telah menguap sejak perubahan Kendrik waktu itu. Dia mengerti bahwa rasa benci yang dia miliki akibat hasutan dari salah satu pihak. Maka dari itu dia akan berusaha mendapatkan kembali kasih sayang sang abang.

Di tempat dimana Kendrik dan Galen berada mereka tengah menikmati makan malam sangat tenang. Selesai makan mereka duduk santai di ruang tamu. Tipe kamar apartemen yang dibeli Kendrik memang memiliki dua kamar dan sebuah ruang tamu. Seperti layaknya sebuah rumah pada umumnya. Namun terdapat beberapa alat canggih memudahkan membersihkan rumah. Jadi disini Kendrik tidak perlu membersihkan rumah dengan usaha yang menguras keringat.

"Disini lebih tenang," ujar Galen.

"Yah benar," jawab Kendrik.

"Kakak, mas dan aa sering menelponku agar segera pulang ke rumah," ujar Galen.

"Lantas kenapa tidak pulang saja tidak?" tanya Kendrik.

"Malas. Lebih suka sama abang sering beli makan apapun tanpa dilarang terpenting dihabiskan saja," ujar Galen.

"Memang mereka melarangmu banyak hal?" tanya Kendrik.

"Iya menyebalkan tahu," keluh Galen.

Bibir Galen bahkan maju beberapa senti ketika mengatakan hal tersebut. Kendrik yang tidak tahan mencium pipi kanan Galen. "Argh abang!" pekik Galen tidak suka tindakan Galen.

Kendrik tidak peduli bahkan dia terus saja mengulang hal tersebut membuat tawa Galen pecah. "Hahaha udah abang! Adek mau pipis nih jadinya!" pekik Galen.

Kendrik menghentikan aksinya benar saja Galen langsung berlari kearah kamar mandi. Suara bel berbunyi membuat Kendrik sedikit heran akan hal tersebut.

"Bukannya hari ini tidak ada jadwal meeting malam?" heran Kendrik.

Jadwal meeting Kendrik memang ada makan malam bersama klien walaupun tidak sering. Dia sengaja menerima ajakan tersebut demi terhindar dari tatapan benci ketiga adiknya.

Saat dibuka Kendrik menatap datar orang di depan. "Untuk apa kau kesini Harry Reuben Arsenio?" tanya Kendrik datar.

Yah itu Harry setelah membaca buku diary Kendrik dengan kesadaran penuh dia menuju ke apartemen milik Kendrik. Mereka memang telah tahu alamat Kendrik tapi tidak ada niatan untuk kesana. Bahkan saat dulu Kendrik memberitahu bahwa dia memiliki apartemen hanya respon dingin yang dia dapatkan dari ketiga adiknya.

"Aa sangat menyesal telah mengabaikan abang bahkan membentak abang selama sepuluh tahun terakhir," lirih Harry.

"Lebih baik kau pergi saja," usir Kendrik.

"Abang aku mohon," lirih Harry.

Wajah Kendrik nampak tidak menunjukkan ekspresi apapun disana. Membuat sudut hati Harry tersentil akan respon dingin sang abang.

"Terserah aku tidak peduli," ujar Kendrik.

Pintu apartemen tertutup begitu saja bahkan Kendrik melarang Harry untuk masuk ke dalam. Di depan pintu Harry meremat dadanya mendapatkan penolakan dari sang abang.

Harry menangis layaknya seorang anak kecil. Dengan langkah lunglai dia pergi dari sana dengan harapan kosong. Di ruang tamu Kendrik memperhatikan rekaman cctv di lobby apartemen menampakan sosok Harry pergi dari tempatnya.

Tidak ada raut kasihan dari wajah Kendrik sama sekali. "Bukan salahku apabila sikapku berubah sangat drastis. Aku bukan abang kalian maka dari itu jangan harap mendapatkan maaf secara mudah dariku," batin Kendrik.

Sesuai rencana yang telah dia susun bahwa ketiga adik Kendrik perlu merasakan apa itu pengabaian. Dia tidak suka akan tindakan mereka yang seenaknya terhadap abang sendiri.

"Abang!" pekik Galen.

"Ada apa dek?" tanya Kendrik.

Galen duduk di sebelah Kendrik yang memang sengaja menghack cctv keamanan. "Itu kayak aa," ujar Galen menunjuk sosok pemuda yang mirip seperti Harry.

"Memang dia," jawab Kendrik.

"Tumben banget kesini?" heran Galen.

"Dia minta maaf sama abang. Abang tidak peduli, dan menutup pintu apartemen begitu saja," ujar Kendrik acuh.

"Aku suka sikap abang satu bulan ini. Mereka sudah keterlaluan sama abang maka dari itu hal ini merupakan sebuah pelajaran bagi mereka," ujar Galen setuju akan tindakan sang abang.

"Apabila mereka memaksa adek tinggal biarkan saja. Abang juga telah menyiapkan seorang bodyguard untukmu selama di sekolah," ujar Kendrik.

"Untuk apa?" tanya Galen.

"Menurut Lucian kau sering menjadi sasaran bully," jawab Kendrik datar.

"Mereka itu penggemar aa," ujar Galen.

"Yah selain durhaka kepadaku ternyata dia tidak berguna sebagai seorang kakak," ujar Kendrik sarkas.

Galen hanya mengganggukkan kepala mendengar perkataan Kendrik. Apa yang dikatakan Kendrik sangat benar adanya mengenai Harry.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan agar penulis semakin bersemangat menulis

Sampai jumpa

Minggu 05 Mei 2024

Kendrik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang