32 (si bungsu)

728 81 10
                                    

Sudah terhitung satu bulan pasangan paruh baya tinggal bersama kelima cucunya. Kendrik sekarang tengah menatap dalam diam rambutnya. Ia memegang rambutnya. Ada beberapa helai terlepas tanpa ia minta.

"Penyakit ini semakin parah saja," ujar Kendrik.

"Abang gantengnya aku!" panggil Galen.

Seorang remaja tersenyum lebar kearah Kendrik. Ia memeluk badan Kendrik sangat erat. "Abang jalan-jalan yuk!" ajak Galen.

"Kamu tidak capek?" tanya Kendrik.

"Adek cuma mau menghabiskan waktu bersama abang. Kan kata abang sebentar lagi mau menikah," gerutu Galen.

"Kamu tidak rela abang menikah?" tanya Kendrik mengelus rambut Galen.

Galen menikmati elusan tangan sang abang. "Senang sih. Cuma aku tidak sanggup saja rasanya," sedih Galen.

"Masih ada kakak, mas dan aa lho," ujar Kendrik menghibur Galen.

"Mereka sejak dulu tidak terlalu sayang adek tahu!" adu Galen.

"Heh kamu bohong!" pekik Harry yang mendengar ucapan Galen.

"Benar kok. Buktinya aa lebih suka tawuran, dibandingkan anterin adek ke toko buku," sindir Galen.

Harry diam. Langkah Harry untuk tawuran dikarenakan pelampiasan semata. Tanpa sadar ia mengabaikan keinginan kecil sang adik.

"Dek jangan gitu lho. Lihat aa sedih," nasihat Kendrik.

"Biarin!" pekik Galen.

Galen tidak mau berdekatan dengan ketiga kakaknya yang lain. Ia merasa bahwa ketiganya keterlaluan memperlakukan sang abang. Ada jarak antara mereka. Bukan Galen yang memulai jarak, tapi mereka sendiri.

"Dek ayo jalan-jalan bersama mas!" ajak Ivan.

Ivan merapihkan penampilan sedikit. Ia bahkan tersenyum lepas kearah sang abang.

"Tidak mau! Adek nanti dititipin sama teman mas! Mas sendiri sibuk pacaran!" pekik Galen.

"Kapan mas melakukan itu kepadamu dek?" tanya Kendrik.

Galen menatap meledek kearah Ivan. Di sisi Ivan ia nampak berkeringat dingin. Ayolah Galen itu sangat jujur. Jadi kemungkinan besar, dirinya akan dalam masalah besar.

"Sering kok. Makanya adek tidak mau jalan bersama mas," jawab Galen.

"Sumpah bang, itu dulu sekali!" pekik Ivan memberi penjelasan.

"Kucari kalian ternyata disini," ujar Jason.

"Tuh kakak apalagi! Sibuk sama berkas sampai adek kelaperan!" tunjuk Galen kearah Jason.

Terkejut itulah respon dari mimik muka Jason. Dia baru saja datang, tiba-tiba mendapatkan perkataan seperti itu dari sang adik.

"Kalian kurang becus mengurus adek," tegur Kendrik.

"Iya tuh! Kalah sama abangku yang keren nih!" pekik Galen membanggakan sang abang Kendrik.

"Jadi tidak heran, apabila Galen lebih nyaman bersama abang," ujar Kendrik.

"Waktu itu kami terbawa suasana sedih bang," bela Jason.

"Kalian semestinya lebih dewasa sedikit. Ketika ayah dan bunda pergi, ada sosok Galen yang belum mengerti apapun," ujar Kendrik.

"Maaf abang," ujar Ivan.

"Abang pikir, memang lebih baik adek bersama abang saja. Abang akan berbicara dulu, kepada calon istri abang," ujar Kendrik.

"Kami bisa mengurus adek kok bang," ujar Harry.

"Adek maunya sama abang!" pekik Galen semakin memeluk badan Kendrik sangat erat.

Kendrik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang