10 (penyesalan itu di akhir)

1.9K 184 5
                                    

Kendrik menepati janji dia pergi dini hari saat Galen tertidur pulas. Dia tidak mau kepergian dia kali ini ditahan oleh Galen.

Dia akan memberikan kabar kepada Galen ketika tiba di negara dia tuju. Berbeda dengan Kendrik yang nampak santai di dalam pesawat bahkan tengah mendengarkan musik di hpnya.

Di rumah sakit Galen nampak menangis akibat Kendrik meninggalkan dia sendiri. Sang abang benar tidak mau lagi tinggal di kota dimana dia sakiti.

Tak lama Galen menghapus air mata berusaha agar menerima keputusan sang abang. "Abang aku akan kesana saat urusanku disini selesai," ujar Galen.

Disebabkan sebentar lagi akan ujian sekolah jadi Kendrik memilih meninggalkan Galen disini. Dia tahu bahwa Galen mampu menjaga dirinya sendiri.

Dia membersihkan diri dulu sebelum berangkat sekolah. Mengenai seragam dia akan kembali ke apartemen milik Kendrik. Jujur dia sedikit kecewa mengenai keputusan Kendrik untuk tetap pergi ke luar negeri.

Beberapa jam kemudian sekarang Galen tengah duduk sendirian di kantin. Seseorang duduk di sebelah Galen. Dia memperhatikan saja dan diam sambil memegang hp dia.

"Abang udah pulang dari rumah sakit?" tanya Harry.

Yah itu Harry wajah dia tampak sangat senang melihat kehadiran sang adik kembali bersekolah. Berarti abangnya telah pulih dari sakit.

"Begitulah," jawab Galen.

"Aa ke apartemen ya. Mau minta maaf lagi," ujar Harry.

"Anggap saja abang udah mati ya," ujar Galen.

"Dek jangan berkata begitu," ujar Harry.

"Setiap manusia memiliki hati. Begitu juga dengan abang. Dia sangat sakit hati karena ucapan kalian bertiga," ujar Galen.

"Aa sudah berubah tidak seperti dulu lagi dek," ujar Harry.

"Rasa penyesalan aa sekarang terlambat," ujar Galen.

"Dek aku benar-benar bersungguh-sungguh menyesal akan segalanya," ujar Harry.

Galen menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Harry. "Abang sudah tidak ada di negara ini. Dia memilih pergi untuk menyembuhkan mental. Terimakasih ya a atas luka yang pernah aa berikan kepada abangku. Adek juga akan pergi kemanapun abang berada," ujar Galen.

Pemuda itu beranjak pergi meninggalkan Harry dia lebih memilih tidak jadi makan siang. Nafsu makan Galen menguap begitu saja saat Harry datang menghampiri dirinya.

Langkah kaki Galen membawa dia menuju kearah atap sekolah. Sebuah sofa cukup tua membuat Galen tertarik untuk duduk disana. Awan menghitam pertanda bahwa bumi akan basah sebentar lagi.

Senyum Galen terbit melihat awan hitam. "Abang aku tahu dirimu mulai muak dengan keadaan maka dari itu memilih pergi. Adek tidak masalah asalkan abang bahagia saja," ujar Galen.

Di tempat Kendrik dia tengah memperhatikan awan. Sejak menginjakkan kaki ke bandara dia memang sedikit cukup kampungan. Wajar jiwa Kendrik merupakan remaja yang hidup dalam garis kemiskinan.

Pertama kali duduk di kursi sebuah pesawat merupakan kesenangan yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya. Sejak tadi pria di sebelah Kendrik sedikit heran akan tingkah sang bos.

"Lu kenapa sih?" bingung Lucian.

"Kepikiran tentang Galen saja," sahut Kendrik.

"Keputusan lu di dasari oleh rasa kesal atau mental?" tanya Lucian.

"Keduanya," jawab Kendrik.

"Kematian om dan tante memang pukulan sangat berat bagi lu," ujar Lucian.

"Bagaimana penyelidikan lu mengenai kecelakaan ayah dan bunda?" tanya Kendrik.

"Ituisi lu benar bahwa mobil mereka sengaja dipotong kabel rem nya," jawab Lucian.

"Gua pikir ini ada hubungan mengenai waktu itu," ujar Kendrik.

"Maksud lu?" tanya Lucian.

"Nanti gua ceritain," jawab Kendrik.

"Bulan depan gua menikah," ujar Lucian.

"Sama cewek lu?" tanya Kendrik.

"Iya lha. Mana mau gua sama cowok!" pekik Lucian.

"Mental seseorang yang sudah rusak bagaimana memperbaikinya?" tanya Kendrik.

"Kurasa menjauh pilihan tepat," jawab Lucian.

"Amanat terakhir ayah dan bunda yang memberatkan gua sejujurnya," ujar Kendrik.

"Seorang anak sulung memang sangat berat pundaknya," ujar Lucian.

"Aku lebih baik kehilangan ingatan dibandingkan bermimpi perlakuan mereka setiap aku tidur," ujar Kendrik.

"Gua kalau punya adik kayak mereka bertiga mending disumbangin aja ke panti asuhan," ujar Lucian kesal.

"Kenapa lu jadi salah satu orang yang percaya bahwa gua bukan seorang pembunuh?" tanya Kendrik.

"Ayolah kecelakaan itu takdir. Ketiga adikmu saja yang bodoh," ujar Lucian.

"Mengenai mereka mulai mendekat membuat suatu hal dalam diri gua tidak mau," ujar Kendrik.

"Alam bawah sadar lu yang berkata demikian. Sebab dia tidak mau lu kembali tersakiti tentang apapun lagi," ujar Lucian.

"Terimakasih juga udah bantu gua jaga Galen selama ini," ujar Kendrik.

"Santai aja. Gua udah anggap Galen kayak adek sendiri," ujar Lucian.

"Setiap malam gua berpikir mengenai masa depan yang dibicarakan oleh Galen," ujar Kendrik.

"Lu mau masa depan kayak gimana?" tanya Lucian.

"Gua bakalan tinggal di negara yang gua tuju untuk membesarkan dia. Seorang anak sepertinya cukup dan istri baik hati," ujar Kendrik.

"Target lu kapan?" tanya Lucian.

"Tidak dalam waktu dekat," jawab Kendrik.

Kedua pria dewasa terhanyut dalam obrolan bahkan mereka membicarakan mengenai kenangan masa sekolah.

Suara pesawat akan segera mendarat membangunkan Kendrik. Dia melirik kearah samping ternyata langit sudah berganti menjadi malam hari.

Dia berangkat dari Jakarta pukul lima pagi dan tiba di negara ini sekitar 35 jam kemudian. Lenguhan orang di samping tidak dipedulikan oleh Kendrik sama sekali.

Dia mengambil koper kecil yang dia bawa. Saat menghidupkan ponsel ada ratusan bahkan ribuan telepon dari sang adik Galen. Dia juga sedikit heran ada panggilan dari kedua adiknya yang lain.

Tidak peduli mengenai itu Kendrik langsung menelpon sang adik untuk mengabarkan bahwa dia telah tiba. Benar saja telepon dia langsung diangkat. Tapi tak lama Galen meminta untuk video call dengan senang hati dituruti oleh Kendrik.

Mereka berdua membicarakan banyak hal dari seberang telepon suara rengekan Galen membuat Kendrik tertawa lebar.

Alasan Kendrik untuk tetap hidup memang untuk Galen. Jadi sesulit apapun rintangan hidup asal bisa melihat wajah Galen membuat semangat Kendrik meningkat pesat.

Sosok Kendrik kehilangan kedua orangtua saat remaja. Maka dia tidak mau sosok sang bungsu kehilangan figur seorang orangtua dari abangnya sendiri.

Jadi sebisa mungkin Kendrik akan mengusahakan apapun untuk sang adik. Untuk kali ini Kendrik perlu egois untungnya sang adik mengerti. Malahan Galen akan segera menyusul apabila ulangan telah selesai.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan agar penulis semakin bersemangat menulis

Sampai jumpa

Minggu 26 Mei 2024

Sesuai janji malam ini update lagi

Kendrik (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang