Cc

39 5 2
                                    

sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam, rumah sudah terasa sepi. semua lampu di rumah pun sudah dimatikan, hanya ada di ruang tengah dan depan rumah saja yang masih menyala dengan redup.

seluruh kamar milik para elemental ini sudah dimatikan, tetapi ada satu kamar yang masih menyala dengan redup.

itu adalah kamar milik Solar yang isinya ada 2 anak, yaitu Thorn yang numpang dari seminggu yang lalu dan sekarang anak itu sudah tertidur pulas di ranjangnya.

sedangkan sang pemilik kamar masih sibuk dengan laptopnya. ini pekerjaan yang penting, ini menyangkut dengan kehidupan nyawanya. sungguh dia menyesal menerima pekerjaan ini.

"sialan!" ucapnya sambil mengacak rambutnya prustasi. sungguh lebih baik dia menerima pekerjaan dari para mafia bersenjata atau dari seseorang CEO yang meminta bantuan agar membobol perusahaan musuh ketimbang menerima kontrak kerja dari ibu-ibu sosialita yang meminta dia untuk mendapatkan segala info mengenai suami dan selingkuhan nya.

malam tadi ibu-ibu itu menelpon dirinya yang katanya suaminya tidak segera pulang kerumah, padahal jam kerjanya sudah habis pukul 5 tadi. dan Solar harus menemukan kebenaran sang suami dan bagaimana keadaan nya sekarang. membuatnya pusing karena dia harus selalu membuntuti sang suami itu kemana pun dia pergi sampai sang ibu-ibu itu puas.

sungguh itu membuat nya jengkel, bahkan ibu-ibu itu meminta agar dia membagikan gambar bukti juga. sialan.

jika bayarannya tidak besar, ia tidak akan mau mengambil pekerjaan ini. untung saja kontrak kerja nya hanya sampai hari ini saja.

"sialan banget tuh ibu-ibu. untung bayarannya gede" ucap Solar sambil menatap ke arah layar monitor nya yang memperlihatkan beberapa video dari cctv kota

pas dia mau minum kopi nya, ternyata sudah habis.

"sialan!" lagi-lagi Solar berkata sial

dia ingin minum, tapi stok dikamar nya telah habis, dia sangat ingat bahwa botol terakhir nya sudah digunakan sang kakak untuk menyirami sunflower tadi.

"ck terpaksa gue harus ambil sendiri" monolognya setelah melirik Thorn yang sudah tertidur pulas.

dengan langkah pelan agar tak membangunkan Thorn, Solar membuka pintu kamar nya yang memang belum terkunci.

pas pintu terbuka, tercium lah semerbak aroma tanah basah membuat bulu kuduk nya berdiri.

"abis hujan kah?" monolognya mencoba untuk berpositif thinking. sebenarnya dalam pikirannya dia sudah sangat takut dan pikiran nya melayang kemana-mana.

"hekhem oke ayo ke dapur ambil minum lalu kembali ke kamar" monolog nya sambil berjalan di lorong lantai 2.

suasana yang sepi, senyap, gelap hanya ada cahaya remang-remang dari bawah dan lampu LED 5 watt bersinar redup di sepanjang lorong.

"kok jauh banget sih?" ucapnya setelah benar-benar seperti ia telah berjalan lama di lorong itu. kamarnya memang berada di paling pojok.

depannya ada kamar milik Thorn yang kosong, samping kamarnya milik Ice, sampingnya lagi punya Blaze, dan yang paling pojok dekat tangga itu milik Boboiboy yang kosong, lalu di sebelah kamarnya sendiri ada kamar milik Taufan, lalu Halilintar, baru punya si Gempa

tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari lantai 3. hal ini membuat jantung Solar seperti berhenti sejenak. lalu dia tetap ber positif thinking.

pas jalan lagi, dia mendengar lagi suara langkah kaki yang semakin keras, itu seperti sedang berlari an di tangga.

dengan keringat sebesar biji jagung di pelipisnya, Solar menatap lamat sosok di atas tangga yang sekarang berhenti di tengah tangga, menatap lurus kedepan. tetapi dengan pelan makhluk itu menatap tepat kearah Solar yang juga sedang menatapnya.

Our Story! (Boboiboy Elemental)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang