"Langkahnya ia bawa menuju abadi. Harapan hidup yang lebih lama diantara jutaan lara."
.
.
.
.
🦋🦋Suasana pagi yang cerah. Langit biru dengan setitik awan putih menghiasi. Mentari yang bersinar hangat. Menemani langkah kakinya.
Gerbang hitam tinggi yang terbuka lebar. Menyambut kedatangan dirinya. Bersama banyak anak seusianya.
Matanya menatap jauh kedepan. Melihat gerombolan murid yang diarahkan berbaris dilapangan. Wajah putih bersih dengan bibir pink alami. Semakin bersinar dibawah sinar mentari. Bersama hembusan angin lembut membelai surai coklat gelapnya.
"Hey! Kenapa masih disana!? Cepat baris!"
Manik hitam dibalik kaca mata dengan bingkai hitam berbentuk kotak itu nengerjab. Kaki berbalutan sepatu putihnya mulai melangkah. Ikut bergabung diantara anak seusianya.
Hari ini adalah masa orientasi sekolah. Tempat dimana ia menyambung ilmunya. Berusaha semakin baik dimasa depan.
"Loh, Lo anak Sapta?" Seseorang menepuk bahunya. Menatap dengan terkejut dan heran.
Dengan manik gelap, ia menatap dalam. Lalu mengangguk. Pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya. Mengenakan seragam SMP yang sama dengannya. Namun ia tidak mengenal siapa.
Dari ratusan murid baru. Hanya seragam keduanya yang berbeda. Ada sedikit kisah tentang sekolahnya dulu. Banyak beredar kabar kurang baik.
"Gua pikir, gua doang yang masuk sini." Kata pemuda itu dengan senyum lebar. "Btw, nama Lo siapa? Gua Kevin." Ia mengulurkan tangannya sebagai pengenalan.
Ia lalu membalas dengan pelan. Tanpa ada reaksi dari raut wajahnya. Nampak datar dan tenang. "Luka."
Pemuda yang lebih tinggi itu terdiam sesaat. Paras tampan karena berdarah campuran, menatap bingung. Ia tersadar setelah Luka menarik tangannya.
"Salam kenal." Katanya sebagai akhir. Karena para anak OSIS mulai memberi perintah lain.
Keduanya diam menghadap ke depan. Berada dibarisan terakhir. Membuat mereka hanya melihat sedikit siapa saja didepan sana. Hanya terdengar suara.
Upacara pembukaan dibuka dengan damai. Tidak ada hambatan. Hanya sedikit ceramah dan kata selamat datang dari guru pemimpin. Setelahnya kegiatan diambil alih oleh anak OSIS.
Semua anak diminta duduk bersila ditempat mereka berbaris. Agar mudah terlihat. Mentari yang mulai naik banyak yang mengeluh, tetapi diam karena takut bicara.
"Itu Ketosnya kan? Rumornya dia galak." Kata Kevin melihat sosok yang baru saja muncul. Menuju mic yang disediakan.
"Selamat pagi! Saya Arkane Barata, selaku ketua OSIS SMA Taruna Bangsa tahun ajaran 20**/20**. Mengucapkan, selamat datang! untuk adik-adik semuanya disekolah kita tercinta ini." Ia memperkenalkan dirinya. Mengatakan beberapa patah kata sebagai sambutan. Wajah tampan dengan mata tajam. Banyak anak gadis tertarik dengan dirinya.
Luka mengangguk kecil sebagai respon. Tak membuka suara. Mendengar rangkaian kegiatan mereka dengan cermat.
Kevin tak bersuara lagi. Ia mulai mengerti bila sosok Luka orang yang pendiam. Jadi ia tak ingin salah langkah berteman. Karena jelas hanya Luka yang menurutnya ia kenal. Semua orang akan enggan dengan dirinya, karena asal sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENTIUM || End✓
Teen FictionLuka, seperti namanya. Begitu banyak luka dalam dirinya. Tanpa ada orang yang tau, seberapa dalam laranya. "Mereka yang mengabaikan ku. Lebih baik aku pergi tanpa harapan." {Sequel IMPERIUM}✓ 🦋🦋 [BELUM REVISI!] #PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!! #Karya...