"Mungkin semua orang tidak tau. Tapi Tuhan selalu tau apapun itu."
.
.
.
.
👑👑Bangkai akan tetap tercium dimana tempatnya. Tidak ada yang selamanya abadi.
"Dad, tau siapa pendonor jantung Kana dulu?"
Tiga orang lelaki dalam satu ruangan yang sama. Salah satu pemuda yang nampak menatap serius. Sosok yang ditanya menatap tidak mengerti.
"Tidak."
"Sean, Lo tau?" Pria yang menjabat sebagai tangan kanan itu terdiam sesaat. Lalu menggeleng.
Pemuda tampan itu menghela nafas. "Masa kalian nggak ada yang tau."
"Maaf Tuan Muda, memang saat itu kondisi sedang mendesak. Tuan kecil harus cepat mendapatkan donor, dan disaat itu ada keberuntungan yang berpihak. Ada anak yang baru saja meninggal, lalu menjadi pendonor." Terang Sean. Ia menjawab tanpa keraguan.
"Iya, tapi siapa orangnya kalian nggak tau?"
"Kenapa?" Rajen bertanya. Ia memang tidak tau, saat itu yang pasti hanya ada pendonor saja. Tidak peduli siapa.
"Alasan Kana nggak mau berobat karena pendonor itu teman dia selama dirumah sakit. Mereka dekat banget." Ia agak iri dengannya. Sebegitu dekat kah mereka dulu.
Dua pria itu mengangguk mengerti. Sekarang tau alasan yang sebenarnya.
"Tapi," Arka menjeda kalimatnya. Menarik nafasnya dalam. "Ternyata dia bukan orang sembarang."
"Siapa?" Pria didepannya mendesak untuk bicara. Tidak ingin berbelit.
"Lucas Althara," jawab Arka lelah. Melihat ekspresi kedua pria itu. Hanya Sean yang nampak terkejut. Rajen begitu tenang.
"Althara? Logan Althara?" Sean memastikan. Arka hanya mengangguk.
"Iya, dan Logan cucu Leonardo kalau kalian lupa."
Sean menatap cepat Rajen. Seolah berfikir yang sama. Mereka menemukan satu jawaban.
"Aku takut kalau mereka dendam atau gimana. Apalagi Logan disekolah liar. Jangan sampai mereka lukai Kana." Lirih Arka resah. Sungguh, ia begitu khawatir.
Melihat kedua pria itu tidak bicara, Arka menghela nafas. Setidaknya ia sudah jujur. "Aku harap Dad punya jalan terbaik. Aku nggak mau Kana kenapa-napa. Dia nggak ada sangkut paut sama dunia gelap keluarga."
Tanpa pamit ia melangkah pergi. Meninggalkan ruangan tersebut. Keduanya masih diam.
"Apa masalah senjata itu peringatan dari mereka?" Tanya Sean agak ragu. Ia belum yakin.
Bila mereka dendam, untuk apa? Dulu donor itu mereka dapat atas persetujuan wali Lucas.
"Sepertinya. Mereka bisa menggunakan donor itu untuk perang." Kalimat Rajen masih begitu tenang. Jauh di dalam hatinya mulai bergemuruh tak nyaman. Otaknya berfikir cepat kemungkinan yang terjadi.
Sean sedikit bernafas lega. Beruntung kemarin Rajen memilih melepaskan senjata itu. Bila ia pertahankan perang bisa pecah.
"Tapi, bukannya Logan itu anak angkat?" Beo Sean baru mengingat. Ia cepat membuka iPad nya. Mencari informasi.
Cepat ia menemukan informasi tersebut. Membaca dengan teliti. Tidak tertulis disana bila Logan memiliki saudara. Namun bila ditahun itu memang bisa saja disembunyikan.
"Althara ya? Dia cukup hebat untuk anak muda." Rajen mengetuk jarinya ke meja. Melihat bagaimana pemuda itu bisa berdiri sendiri dalam posisinya saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/367330497-288-k521605.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENTIUM || End✓
Подростковая литератураLuka, seperti namanya. Ia adalah simbol dari kesakitan yang tak terlihat, menyimpan begitu banyak luka yang tak pernah bisa diungkapkan. Tidak ada yang tahu seberapa dalam lara nya, seberapa berat langkahnya menjalani hidup. "Mereka yang mengabaikan...