30. Runtuh

535 36 4
                                    

"Korbankan apa yang menurut mu berharga. Kamu akan tau rasa sakitnya kecewa."
.
.
.
.
👑👑

Kehilangan memang menyakitkan, tetapi jangan pernah membuat orang lain pergi hanya untuk mempertahankan satu orang. Egois.

Namun nyatanya, manusia adalah ego itu sendiri.

Ruangan ini begitu mencekam. Begitu dingin dengan suasana yang menyesakkan. Kabar yang baru saja mereka terima. Memukul dada mereka dengan puluhan pisau tumpul.

"Kita harus segera menemukan donor jantung secepatnya. Kami akan berusaha semaksimal mungkin."

Pria dengan jas putih itu undur diri. Meninggalkan ruangan yang penuh akan manusia beku. Satu sosok dengan wajah pucat kacau.

Dua Minggu lebih sosok pemuda manis mungil yang tidak sadarkan diri. Jantungnya yang sejak lama begitu bermasalah kini seolah enggan berdetak. Ia menyerah.

"Kakek, aku nggak mau kehilangan Kana..." Mata Arka memerah menahan tangis. Perasaan begitu kacau.

Julian pun menenangkan pemuda itu. Dia juga sangat khawatir. Namun mendapat donor tidak bisa secepat itu.

1 Minggu bukan waktu yang lama. Itu sangat cepat sekali.

"Rajen, apa kamu tidak menyiapkan ini sebelumnya?" Xigen memandang dingin sosok yang sejak tadi bungkam itu. Dia tau Rajen pintar sekali menganalisis. Dari dokter yang menyatakan kemungkinan terburuk, apa Rajen tidak mengambil tindakan.

Namun sosoknya bungkam. Pria bermata biru itu beralih menatap Sean. Selaku tangan kanan Rajen. "Sean?"

Sean menunduk kecil, rasanya dia gagal dalam tugasnya. "Maaf Tuan, kami sempat mencoba mencari donor. Namun karena permintaan Tuan kecil yang tidak ingin jantungnya disentuh kembali, Tuan Pangeran menghentikan pencarian."

'Brakk

"Kamu gila!!?" Kaisar memukul meja kaca itu dengan kuat. Membuat mereka sangat terkejut.

Dua pemuda lain yang duduk tidak jauh saling memandang. Melihat aura yang sangat pekat dari seorang Kaisar. Itu mengerikan.

"Apa yang kamu pikirkan Rajendra!?"

Rajen hanya bungkam. Memandang hampa dinding ruangan rawat ini. Dia tidak mengatakan apapun. Tak peduli reaksi semua orang. Dia percaya, itu bukan salahnya. Dia hanya ingin menjalankan permintaan Luka.

"Dad.." Arka menggeleng pelan. Sangat tidak percaya dengan tindakan Rajen. Dia pikir, Rajen sudah bertindak makanya begitu tenang. Namun nyatanya.

"Shin?" Pria yang berdiri disamping Sean menggeleng pelan. "Saya belum mendapatkan Tuan."

"Setelah selama ini kamu mengabaikannya, sekarang kamu ingin dia mati!?" Kaisar masih sangat tersulut. Bila tidak ditahan Ayahnya dia akan menghajar adiknya itu.

"Aku peduli, terbukti menuruti kemauannya." Balasan yang sangat tenang. Hingga satu pukulan melayang ke wajah tampannya.

Sosok pemuda dengan wajah begitu dingin. Matanya menyorot penuh rasa benci. "Anda tidak pantas disebut orang tua." Raden memandang penuh emosi sosok itu.

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang