28. Not me

1.3K 111 6
                                        

"Bukan aku, tapi diri mu. Sebagai pemeran utama dalam hidup ini."
.
.
.
.
👑👑

Arka masih tidak mengerti. Otaknya yang begitu pintar menjadi bodoh dengan semua yang baru saja ia ketahui.

Jadi, apa selama ini dia ditipu oleh Daddynya?

Lalu mengapa Pangeran seolah menuruti keinginannya. Seperti, memberikan pengobatan terbaik. Kehidupan Adiknya yang nyaman. Membiarkan dirinya tinggal bersama.

Satu pertanyaan. Mengapa Mamanya seolah menjauhkan keduanya.

Dia bisa melihat Kana tidak benar bahagia. Dia sekarang sadar akan adiknya yang selalu bertanya siapa keduanya. Itu sebagai arti, mengapa ada tembok besar diantara mereka. Sekuat apapun Arka memeluknya.

Mama, wanita yang sangat dia cintai. Kepergian wanita membawa luka dalam bagi dirinya. Kehilangan cahaya yang sejak dulu menyinari. Namun hadirnya sang adik sebagai cahaya baru. Walau tidak meredupkan cahaya lamanya.

Arka tanpa sadar egois dengan adiknya sendiri.

"Jadi siapa orang yang udah dorong Kana?" Suara yang hadir membuat lamunan pemuda itu buyar.

Arka dengan cepat menatap kedua sahabatnya. Terutama Rafael yang bertanya. "Belom ditemukan, dugaan awal suruhan Logan karena dia sempat ngancam Kana."

Rafael mengangguk, bukan dalam arti dia mengerti. Dia membenarkan itu. Dugaan mereka memang tidak salah.

"Kalau benar Logan?" Raden bertanya tenang. Wajah dinginnya begitu sulit dibaca.

Arka mengepalkan tangannya sesaat. Merasa marah akan pemuda itu. Sungguh, apa tidak ada jalan damai.

"Gua akan hajar dia."

"Logan bukan anak sembarang kalau Lo lupa," timpal Rafael. Menatap Luka yang masih damai dalam mimpi.

Ouh, pemuda itu sudah sadar sejak kemarin. Dia sekarang hanya tengah tidur.

"Dia berani cuma karena ada orang besar dibelakang dia." Balas Arka cepat. Berdecih sinis.

"Logan punya nama sendiri, Ka. Tanpa mereka dia udah kuat."

Benar, Arka akui itu. Dia jauh berbeda dengan Logan. Kekuatan mereka tidak setara. Namun bila Logan membawa orang dibelakangnya, dia juga memiliki. Jadi dia tidak akan takut.

"Lupain, gua lebih penasaran Om Pangeran punya kembaran." Rafael terkejut mendengar hal itu. Dia belum terlalu tau, tapi mungkin Raden sudah tau semuanya.

"Gua nggak pernah tau itu. Alasan dia menjauh dari Kana karena mirip kembarannya."

Tunggu, Rafael langsung memikirkan sesuatu. Alasan itu, bukan alasan sederhana. Ia melirik Raden yang sejak tadi bermain ponsel dengan tenang. Lalu menahan nafasnya sesaat. Akan ia tanyakan lebih jelas nanti.

"Kalau Kana berpakaian seperti kembarannya. Berati ada orang lain yang tau kelemahan om Pangeran kan?"

Arka mengangguk. Dugaan itu sudah menjadi 1 jawaban. Alasan seseorang melukai Kana. Memancing Pangeran agar goyah.

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang