16. Pulang

668 42 1
                                    

"Kamu pikir, rumah ku seperti apa?"
.
.
.
.
👑👑

Dirinya seolah bukan manusia. Tidak ada tau apa rasa takut dilukai. Hanya satu hal yang entah apa. Mengapa ia begitu banyak dibenci.

'Plakk

"Bisa diam nggak Lo!?"

Pergelangan tangannya yang dipukul kasar memerah. Matanya berubah sayu. Menunduk tidak lagi menatap sosok yang kini nampak marah padanya.

Ia tidak bermaksud menyentuh sosok itu. Hanya mencoba mengatakan sesuatu, tapi sosok itu tidak mau menatapnya. Bibirnya ia kunci rapat. Menyembunyikan tangannya didepan dada. Lalu menekuk kedua kakinya. Berubah tidur meringkuk.

Logan menatap tajam bocah yang menganggu ketenangan menontonnya. Ia sudah katakan bila ingin sesuatu bilang. Namun Luka malah terus menganggu dirinya. Tau maksud bila anak itu ingin bicara saat ditatap. Tapi ia sedang sibuk pada filmnya.

Hari menjelang sore. Tidak ada tiga orang pemuda lain yang biasa datang. Mereka sibuk entah apa. Logan masih mendapat tugas menjaga Luka. Padahal sudah beberapa hari setelah kejadian terluka saat itu. Namun memang belum sembuh.

"Ck, mau apa?" Tanyanya tak santai. Namun Luka diam saja. "Gua mau keluar, Lo mau apa Bocah?"

Saat itu Luka mendongak. Menatap dengan dalam. "Ikut." Katanya.

Logan memutar bola matanya malas. "Awas ngerepotin."

Setelah bersiap keduanya keluar dari rumah. Diikuti oleh bodyguard milik Logan. Mobil melaju dengan cepat menuju tempat yang Logan inginkan.

Swalayan besar. Pemuda itu ternyata ingin berbelanja kebutuhan rumah. Siapa yang tau memang. Dengan sifatnya yang kasar dan pemarah. Ia ternyata sangat teliti dalam kebutuhannya sendiri. Tidak ingin maid yang menggantikan.

Memang segala dapur dan keperluan lain Logan sendiri yang memilih. Habis pun, maid akan melapor. Tidak berani membeli sendiri. Karena Logan sangat seleksi. Entah makanan, atau kebutuhan rumah yang lain. Tapi untuk kebutuhan bodyguard dan maid mereka berbelanja sendiri.

"Mau naik troli apa gua gendong?"

Keduanya berada didepan jajaran troli. Luka dalam gendongannya melirik beberapa pengunjung lain. Padahal ia mengenakan topi dan masker. Namun merasa malu.

"Troli." Katanya lirih.

Logan mengambil satu troli barang. Lalu menurunkan pemuda itu disana. Dua bodyguard mengambil masing-masing troli belanja. Lalu dua yang lain berjaga.

Pemuda itu memimpin. Mulai mencari kebutuhan rumah yang habis dan ia hafal diluar kepala. Bodyguard yang tidak membawa troli bertugas menerima barang yang ingin ia beli. Lalu memasukkan ketroli. Sedangkan ia hanya mendorong Luka saja.

"Mau buah?" Tanya Logan menunjuk beragam buah segar.

"Strawberry, and what is it?" Tunjuknya pada buah yang tidak pernah ia lihat. Buah dengan bulu merah.

"Rambutan." Jawab Logan mengambil satu wadah. Tanpa bicara memasukkan saja.

"Mau salat juga."

"Buah?"

"Iya."

Kembali mereka berjalan. Menuju area lain. Luka menunjuk rak dengan beragam jenis minuman susu.

"Mau ibu sapi juga."

"Gua tanya." Logan menunduk. Menatap pemuda itu dengan pekat. "Emang bisa sapi melahirkan anak manusia?"

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang