38. Sisi Lain

486 32 8
                                    

"Ajak dia terbang menembus langit, lalu jatuhkan bagai air hujan."
.
.
.
.
👑👑

Saat dimana dirimu ada pada titik tertinggi. Bersiaplah akan patahnya sayap. Karena tidak selamanya kamu terbang.

Malam ini, bulan enggan bersinar. Langit mendung dengan gemuruh. Rumah besar ini masih cukup ramai. Beberapa nampak berkumpul diruang keluarga. Melepas rindu mereka.

"Keadaan Kana gimana?" Raja membuka suara. Ia menatap Kaisar yang tidak jauh darinya.

Rajen yang duduk sebagai sandaran nya mengerutkan alis. Lalu menunduk, menatap pekat.

"Kenapa?" Tanya Raja mendongak. Melihat kembarannya itu bingung.

"Kenapa enggak tanya aku?"

"Hah?"

Apalah Rajen ini. Sensi sekali dia tidak mendapat perhatian. Kaisar pun terkekeh kecil.

"Kakak belum lihat tadi, mungkin Rajen sudah." Balasnya.

"Gimana?" Tanya Raja pada Rajen.

Pria itu tersenyum kecil. Lalu membelai surai legam Raja yang panjang. "Demam belum turun. Shin bilang kalau besok pagi belum mendingan kita bawa ke rumah sakit."

"Separah itu ya?" Lirih Raja sendu. Bukan karena apa, dia sedih.

Kana baru saja keluar dari rumah sakit. Namun apa harus kembali kesana secepatnya. Besar sekali pengaruh Logan.

"Enggak parah, Dek. Sebagai antisipasi, Kana kan baru aja selesai operasi. Kondisinya masih dipantau ketat walaupun dirumah." Papar Rajen lembut.

"Aku tadi tanya Rafael, dia kadang rewel tengah malam. Nanti kamu gantiin Logan ya? Kasian dia mana habis sparing gitu pasti capek."

Rajen mengangguk saja. Tanpa diminta pun dia akan melakukan. Bukankah itu tanggung jawabnya?

Sejujurnya Raja ingin sekali menemani. Atau bahkan mengambil alih. Bisa menimang putranya itu. Namun, kondisinya begitu buruk. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya.

Operasi terakhirnya berhasil. Namun memberikan efek besar. Dia lumpuh.

Masih dalam proses akan pengobatan lebih tentang kelumpuhan nya. Entah permanen atau tidak. Namun jelas cukup sulit.

👑👑

Sosok pemuda mungil itu nampak tak tenang dalam tidurnya. Maniknya begitu berat untuk terbuka. Wajahnya begitu pucat dengan bibir tersumpal pacifier.

Sosok pemuda yang berjaga dalam kamarnya menatap datar. Dia sudah lelah sekali. Bahkan ini lewat tengah malam. Anak itu merintih tak nyaman.

Hingga pintu kamar terbuka. Sosok Rajendra masuk ke dalam kamar. Melihat adanya Logan yang duduk ditepi ranjang. Lalu Kana yang terbaring tak nyaman.

"Kenapa?" Tanya.

"Rewel," balas Logan datar. Badahnya sudah sakit semua. Tapi bocah menyusahkan itu malah berulah.

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang