31. Fakta

429 27 1
                                    

"Segalanya akan sampai, pada satu titik jawabannya."
.
.
.
.
👑👑

Segala sesuatu yang dirimu lakukan, akan berada pada satu titik. Dimana jawaban atas segala hal yang telah kamu langkahi. Baik itu, hal bahagia, atau luka.

"A-apa maksud nya?"

Suasana berubah begitu suram. Berbagai tekanan menghantam. Segala tanya dari sebuah kenyataan yang ada.

Ruangan amarah seorang pria dingin itu mulai reda. Berubah menjadi tangis tanpa kehidupan.

"Pangeran tanpa Raja bukanlah apa-apa, alias hancur." Kalimat yang Logan lontarkan membuat Arka masih begitu linglung.

Bukan itu yang dia butuhkan sebagai jawaban. Kenapa Raja?

"Kamu menyembunyikan'nya selama ini Rajendra?"

"Ayah kecewa dengan mu."

Pria itu hanya menggeleng. Mengusap wajahnya dengan kasar. Pandangannya berubah kosong menatap pintu itu.

"Apa yang kau lakukan Sean?" Suaranya berubah serak. Begitu lirih, walau menekan.

Semua orang menatap sosok yang dipanggil. Pria itu hanya membungkuk kecil. "Saya hanya menjalankan perintah Tuhan Kazeem."

Kaisar memandang pekat, dia tau itu. Namun tidak akan berfikir sejauh ini.

"Kau mengikuti bocah itu?" Rajen melirik kecil. Dibalas gelengan oleh tangan kanannya.

Namun, Sean berjalan mendekati Logan. Berdiri disebelah Derlan. "Saya diberi tugas menjadi tangan kanan anda. Namun harus mematuhi segala perintah Tuan Raja. Perintah terakhir beliau adalah melindunginya, apapun yang terjadi."

Semuanya tau, Sean bersekutu dengan musuh. Di bawah pemainan Logan. Pemuda itu hanya menyeringai. Matanya begitu menatap rendah.

"Aku tidak tau kau sejauh ini," ujar Damian tak habis pikir.

Dia emang ikut dalam permainan. Namun, dia hanya sebatas memberi informasi. Tidak sampai dengan tindakan barusan. Keberanian Logan memang begitu gila.

"Kekeke.. nikmati saja."

"Apa lagi yang kau mau?" Pandangan keduanya bertemu. Rajen menatap begitu hampa. Seolah pasrah dengan keadaan ini.

Logan tersenyum pongah, dia menatap satu sosok yang sejak tadi bungkam. "Apa selanjutnya Shin?"

Jantung Arka berdekat begitu cepat. Menatap tidak percaya tangan kanannya. Rasanya dia baru saja ditikam dari belakang begitu kuat. Penghianatan.

"Shin?"

Pria itu tersenyum simpul. "Saya hanya menjalankan perintah."

Belum sempat bereaksi dua sosok pemuda datang. Raden menatap keadaan semua orang dengan datar. Sedangkan Rafael bungkam, apalagi melihat Rajen yang duduk dilantai tak berdaya. Kemana wajah dingin pria itu.

"Gua tau Lo emang gila. Apa Lo gak mikir gimana kalau Kana tau?" Tanya Raden menatap Logan dingin.

Logan mengangkat bahu acuh. "Emang dia tau apa?"

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang