32. Kehidupan?

906 62 5
                                    

"Harapan mu kadang menghancurkan mimpi orang lain."
.
.
.
.
👑👑

Kehidupan yang begitu pelik. Segala hal telah dia bangun belasan tahun, runtuh.

Istana, tempat dirinya pulang. Bukan sebuah rumah kembali. Sosok yang memiliki kuasa begitu besar. Segala hal karenanya, menghilang.

Semua yang telah dia permainkan hancur dengan begitu mudahnya. Raganya bagai tanpa Tuan.

Hidupnya akan seperti apa? Dia kehilangan pijakan.

"Semua atas permainan mu sendiri, Rajendra."

"Segalanya pasti ada pada satu titik. Kehidupan bagai roda."

Manik gelap di balik kegelapan yang begitu kosong. Sangkar yang dia buat sendiri untuk menghukum dirinya. Menikmati segala ke kosongan yang merenggut jiwanya.

Sosok sang Kaisar, namun bukan sebuah pemilik istana itu sendiri. Dirinya hanya hadir sebagai penengah antara sang Raja dan Pangeran nya.

Segala hal, puncak tertinggi tahta mereka. Ada pada sosok sang Raja. Namun sekarang, segalanya runtuh.

Bukan hanya Pangeran tanpa Raja akan hancur. Namun, Kaisar tanpa seorang Raja tidaklah hidup.

"Dek," panggilnya lirih.

Ia melangkah mendekat pada sosok dalam kegelapan itu. Terduduk di sudut yang begitu pekat. Menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan.

Manik gelap Kaisar menyendu. Sakit sekali melihat adiknya seperti ini. Keduanya memang sudah dewasa. Namun, umur bukan penentu sebagaimana mereka di sebut dewasa.

Bagi Kaisar, adiknya tetaplah remaja labil. Jalannya masih sangat berliku, dia tidak akan mampu sendiri. Sejauh apapun dia begitu beku dalam sendirinya.

Dalam cahaya remang dia melihat cukup jelas. Surai legam yang mulai panjang dan tidak terawatnya, dia belai lembut. Membuat sosok itu mengangkat wajahnya.

Pandangan kosong bagai tanpa kehidupan. Wajah tampan yang begitu dingin itu kini sangatlah menyedihkan. Pucat, bagai mayat hidup.

"Apa kamu membenci Lukana?" Satu pertanyaan Kaisar ajukan. Menunggu reaksi hening dari sosok itu.

"Iya." Balasan lirih pun terdengar.

Kaisar menahan nafas sesaat. Menatap manik gelap hampa adiknya dengan dalam. "Kenapa?"

"Kenapa?" Tanya sosok itu balik masih tanpa menatap. "Kenapa dia mirip dengannya? Dan kenapa harus jantung Raja?"

"Kamu tau jelas alasannya."

Hening, untuk sesaat. Hingga Kaisar kembali membuka suara. "Apa kamu lupa pesan Raja?"

.
.

"Dimasa depan kalau Lo jadi orang tua, jangan seperti Mama dan Papa ya? Cukup kita aja."

.
.

"Sebelum operasi, Raja sempat bilang ke Kakak. Dia takut, disaat kamu berharap dia sembuh. Tapi Tuhan berkata lain, dia takut kamu kecewa dengan harapan mu sendiri."

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang