"Aku terluka, dengan harapan ku sendiri."
.
.
.
.
🦋🦋Sore yang begitu cerah. Senja menjadi warna penutup hari yang melelahkan ini. Namun banyak yang menikmati. Segala hal tentang rasa bersyukur.
"Lo pindah ke asrama kapan?"
"Hari ini." Jawaban lirih dari sosok berkacamata.
Senyum lebar terukir dibibir pemuda blasteran Jerman itu. "Fiks, teman kita." Ia merangkul bahu Luka dengan semangat.
Sore ini keduanya belum pulang dari sekolah. Karena mereka tadi berpisah dengan rombongan, pilihan terakhir adalah menjelajahi sekolah sehabis pulang. Seperti tipe Luka yang suka hal sepi. Ia menikmati saja.
"Lo ambil kamar apa?" Tanya Kevin kembali. Keduanya melangkah bersama menuju gerbang asrama.
"Tipe B."
Ayolah, mengapa keberuntungan selalu berpihak pada Kevin hari ini. Mimpi apa semalam dirinya.
Asrama dibagi dengan banyak tipe kamar. Tipe A dipakai untuk tamu sekolah. Kamarnya besar dengan banyak ranjang, cocok untuk seperti pertukaran pelajar.
Tipe B bisa dikatakan seperti Apartemen. Disewakan bagi murid dengan ekonomi lebih yang ingin tinggal di asrama. Tempat yang privasi, dengan fasilitas lengkap.
Tipe C untuk anak beasiswa dan berprestasi. Mereka mendapatkan gratis bersama tiga kali makan sehari. Fasilitas juga tak kalah lengkap. Satu kamar berdiri dua tempat tidur.
Tipe D adalah untuk anak-anak yang mendapat perlindungan sekolah. Contoh seperti anak korban kekerasan keluarga. Disini mereka dilindungi, mendapatkan kenyamanan. Fasilitas tidak perlu ditanya. Semuanya yang ada didalam gedung memiliki hal yang lengkap.
Tidak ada hal iri dengki yang terjadi. Sekolah itu adil. Bahkan untuk makan dari semua Tipe kamar adalah satu bagian. Yang berbeda adalah lantai kamar dan jenisnya saja.
Saat mereka sampai dilobi gedung. Mereka harus mengisi beberapa formulir kembali. Lalu mendapatkan kunci kamar berupa kartu. Semua kamar dengan jenis kunci yang sama.
Pria muda dibalik meja besar itu juga menjelaskan banyak hal. Dari peraturan yang ada hingga fasilitas tambahan.
Keduanya jelas cukup puas. Mereka tidak merasa berada di asrama yang akan monoton. Tidak terlalu ketat. Murid boleh keluar kapan pun hingga waktu tengah malam.
Keduanya lalu diantar ke kamar mereka. Ada 20 kamar dilantai ini. Semua jenis tipe yang sama.
"Yah, kamar kita gak sebelahan ya?" Ujar Kevin lesu. Menatap nomor kamar dikartunya. Ia berada dikamar dengan nomor 117 sedangkan Luka 119. Berbeda satu kamar saja. Namun bagi Kevin itu jauh.
Barang-barang keduanya sudah dikirim oleh orang lain tadi pagi. Mendaftar diri ke asrama itu cukup ribet. Mereka sudah melakukan jauh-jauh hari bersama saat pendaftaran sekolah. Jika dinyatakan lulus mereka bisa masuk pastinya.
"Bye-bye, ketemu besok lagi." Ujar Kevin berdiri didepan kamarnya. Luka hanya mengangguk singkat. Melangkah menuju kamarnya yang berjarak satu kamar.
Setelah Luka masuk barulah Kevin masuk. Pemuda itu enggan jauh-jauh dari teman barunya. Sungguh.
🦋🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENTIUM || End✓
Teen FictionSosok yang begitu mencintai kesendirian. Tempat dimana ia bisa meredakan segala kacau dalam dirinya. Mencegah untuk menjadi liar. Luka, seperti namanya. Begitu banyak luka dalam dirinya. Tanpa ada orang yang tau. Seberapa dalam laranya. "Mereka yang...