"Apa yang kamu impikan, terkadang adalah luka orang lain."
.
.
.
.
🦋🦋
Manusia bahkan tidak mengerti isi hati sendiri. Mengandalkan logika yang membawa pada sebuah ke egoisan. Tak peduli rasa sakit orang lain.
Pria dengan raut wajah dingin. Mata tajamnya menyorot begitu beku. Surainya berwana white blue, sedingin auranya. Duduk di sebelah sosok dengan surai merah. Mata tajam yang menatap santai. Melihat-lihat isi map yang ia bawa.
Pemuda yang duduk dihadapan keduanya, dengan raut datar menatap sosok bersurai merah itu. Menunggu hal yang sejak tadi ia nantikan.
"Katakan hubungan mu dengan Lukana Batara." Sosok bersurai merah itu meletakkan map ke meja. Namun menahan agar pemuda itu tidak mengambilnya.
Logan, yang datang sendiri menemui orang yang cocok mencari informasi. Jovan Baker, pria yang tidak lain sahabat Ayahnya. Sosok misterius bagi semua orang. Namun Logan tau siapa dirinya.
Tuan Zehn, atau sebutan untuk ketua organisasi dari LiZuWa. Kelompok orang yang dibuat bergenerasi. Seperti Voithos untuk memecah kejahatan. Mereka cukup kuat, karena ada satu rahasia yang banyak orang cari di kelompok ini. Yaitu ruangan rahasia, yang Logan tidak mengerti apa isinya.
"Milik ku."
Kata yang lolos membuat sudut bibir Jovan berkedut. Lalu melirik tajam sosok dingin disebelahnya. Leoniel Caster, kembaran Dion. King dari mafia Nekros, yang ditatapan pun membalas dengan satu alis terangkat.
"Lo yang ngajarin ya?" Tanyanya tajam. Leon menggeleng kecil. Jelas saja tidak mungkin.
Singa itu menatap Logan dingin. Menelisik dari pancaran mata Logan. "Psikopat? Obsesi?"
Pertanyaan membuat Logan agak tersentak. Namun cukup tenang, dan mengangguk malas. Padahal dia sudah menyiapkan diri dengan Leon ini. Tidak menduga mudah sekali ditebak.
"Ck," Jovan berdecak. "Emang nggak ada yang normal kalian. Dion juga sama aja."
"Ayah?" Beo Logan bingung. Ini tentang sesuatu yang ia simpan sejujurnya. Membuat Jovan tersenyum miring.
"Kamu pikir Ayah mu yang konyol itu normal? Dia sama dengan mu." Ia terkekeh membayangkan bila nanti Dion mengamuk rahasianya ia ungkap begitu ringan. Biarkan saja, toh Logan juga sama.
Jovan sejujurnya sadar Logan berbeda saat pertama kali bertemu. Saat Dion memperkenalkan anak angkatnya. Lagi pula tidak mungkin dia menarik anak tanpa tertarik dengan sesuatunya.
"Jadi, sejak kapan kamu mengenal Lukana?" Tanya Jovan mengalihkan pembicaraan. Agar tidak panjang.
"Umur enam."
Bibir Jovan bergerak membentuk O. Agak terkejut dan kagum. Dia sudah mendapatkan informasi yang Logan inginkan. Kini tengah menganalisis dengan bertanya pada Logan. Mencocokkan sesuatu.
"Ceritakan."
Logan menarik nafas salam. Bukan apa, ia ditatap bagai musuh oleh Leon karena terus menatap Jovan. Rasanya ia ingin apa saja.
"Setelah Ayah dan Ibu meninggal," ia sedikit terdiam. Berdecak kesal lantaran mengingat sosok bocah itu. "Lucas, kanker otak. Aku bertemu dengannya."
"Siapa Lucas?" Tanya Jovan yang aslinya tau. Tapi malah bertanya.
"Aku tau kamu tau."
Jovan tertawa ringan. Melihat raut wajah Logan yang gelap. Kentara ia enggan dengan sosok itu. "Lalu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
SILENTIUM || End✓
Teen FictionLuka, seperti namanya. Ia adalah simbol dari kesakitan yang tak terlihat, menyimpan begitu banyak luka yang tak pernah bisa diungkapkan. Tidak ada yang tahu seberapa dalam lara nya, seberapa berat langkahnya menjalani hidup. "Mereka yang mengabaikan...