39. Logan menggila

514 32 7
                                    

"Mencintai paling hebat adalah merelakannya bahagia dengan pilihannya. Namun, kamu mengorbankan hati mu sendiri."
.
.
.
.
👑👑

Mimpinya mampu menaklukkan segala hal yang takdir berikan. Walau segalanya begitu mustahil, se lara apapun itu. Dia akan berjuang.

Bersama?

Sosok yang sangat dia rindukan. Malaikat tanpa sayap yang membawanya terus bangkit. Mengulurkan tangan saat semua enggan menatap dirinya. Memeluknya bagai kaca rapuh dengan lembut.

Lucas Althara, anak lelaki tampan yang begitu dewasa sikapnya. Dia peduli akan semua orang, tapi lupa akan dirinya sendiri.

Senyuman'nya bagai semangat baru dikala letih. Dia bagai matahari yang menerangi bumi. Sosok yang meringkuk dalam kegelapan.

Namun mengapa, sosoknya harus pergi begitu cepat. Apa Tuhan begitu mencintai nya? Atau menunjukkan cara agar dirinya bisa bangkit dengan kakinya sendiri.

Dia rindu detak yang ada dalam tubuhnya. Walau ada penolakan, dia mendekapnya begitu erat.

Dia rindu pelukan yang diberikan.

Senyuman yang penuh akan kedamaian.

Mimpi yang sama.

"Gege.. maaf.."

.
.
.

'Trang... Trangg..

"Dimana kucing kecil bersembunyi?"

.
.
.

👑👑

"Saya berhasil meretas Cctv-nya Tuan."

Semua orang menegang, juga begitu senang.

Sean menyambungkan apa yang ia dapat ke televisi besar diruang keluarga. Membuat semuanya dapat melihat dengan jelas.

Derlan meremas kedua tangannya. Firasatnya tak enak, tapi ia tak bisa pergi. Seperti datang menyerahkan nyawanya pada Logan.

Layar semula buram. Perlahan berubah, memunculkan satu persatu cctv yang berhasil Sean retas.

"A-apa!?"

Semua orang mematung. Gambaran yang begitu kacau akan rumah besar tersebut.

"Kita jemput Kana! Disana berbahaya."

"Jangan!"

Rajen yang akan bangkit tertahan. Adiknya menatap dalam. Sedangkan Derlan yang bersuara menarik nafasnya gusar.

"Semakin bahaya, Om lihat sendiri."

Keadaan di dalam rumah yang kacau. Beberapa mayat penjaga dan maid tergeletak dilantai. Banyak sekali pecahan benda. Namun, diluar nampak penjaga berjaga dengan siaga.

"Logan enggak main-main om."

"Dia bisa aja makin liar."

"Tapi Kana disana!" Seru Arka begitu emosi. Namun ia begitu khawatir.

Rumah Logan bagai tempat pembantaian.

Derlan menggeleng. "Iya, tapi Logan enggak akan mungkin ngelukai Kana. Kecuali Kana memberontak."

"Kana cuma takut." Raden ikut bersuara.

Rafael pun mengangguk. "Dulu ini pernah terjadi. Kita udah wanti-wanti ke Kana."

"Iya, Kana juga pintar. Dia enggak akan berani ngelawan dulu. Sekarang mungkin dia sembunyi."

"Pernah terjadi?" Bero Raja tak habis pikir.

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang