22. Serangan

587 38 0
                                    

"Jika kamu tidak memulai, kamu tidak akan sampai."
.
.
.
.
👑👑

Kita tidak akan pernah tau seperti apa batu ditengah jalan. Hambatan apa yang akan datang. Luka apa yang akan menerjang.

Namun ia seolah begitu tenang. Menyimpan yang begitu berat dia rasakan. Segalanya sudah ia ketahui. Tapi rasanya masih sangat menyakitkan.

Kelas begitu sepi di jam istirahat. Luka duduk di bangkunya dengan tenang. Menatap keluar jendela hampa. Ada Kevin juga tetapi sibuk dengan ponselnya.

Hingga pemuda itu memutuskan melihat temannya. Melirik sekitarnya, hanya ada tiga anak cewek yang begitu asik sendiri.

"Luk," panggilnya. Membuat sosok itu menoleh perlahan.

Manik gelap dibalik bingkai yang menatap kelabu. Kevin tau, Luka menahan dirinya. Setelah kejadian beberapa hari lalu anak itu semakin diam. Bahkan jarang keluar kelas. Arka yang biasa selalu datang juga tidak. Mereka seolah perang dingin.

"Lo pernah denger gak rumor kutukan keluarga Lo?"

Luka diam sejenak, lalu menggeleng. Membuat Kevin antusias untuk membicarakan ini. Bukan apa ia hanya saja ingin Luka tau.

Kevin duduk menghadap Luka. Mendekatkan diri, agar pembicaraan tidak didengar orang lain. "Lo tau kan kalau Ayah Lo, Pangeran cucu Dewandra dan Burendra?"

"Iya, kenapa?" Luka jelas tau. Sangat tau, tapi tidak mengerti mengapa bisa sampai pada Xigen yang jelas jauh hubungan.

"Gua denger, Dewandra punya kutukan." Katanya lirih, melirik ke arah tiga cewek yang ternyata tidak mendengarkan. "Nggak akan ada perempuan yang bertahan disana. Bener gak?"

Luka diam, mencoba memikirkan. "Iya." Ia setuju itu. Karena memang tidak ada perempuan di keluarganya.

Kevin hampir berseru. "Sorry, gua emang beneran tertarik sama keluarga besar kayak keluarga Lo. Rumor apapun gua seneng dengernya. Kayak, hidup itu memang gak bisa sempurna."

Luka setuju, malah ia akan mengatakan hidup sederhana akan jauh lebih baik. Tapi nanti malah dia dibilang kurang bersyukur saja.

"Om gua pernah bilang," lanjut Kevin masih ingin bergibah ria. "Memang dia yang bilang rumor kutukan itu sama gua. Bahkan dia bilang yang gua pikir agak aneh."

Luka jelas menatap bertanya. Ia bahkan tidak terlalu tau. "Apa?"

"Dewandra tanpa Dewi tetap menjadi Dewa."

"Kaisar mereka tidak butuh Permaisuri."

"Pangeran tanpa Putri tetap berdiri."

"Raja tanpa Ratu tetap menjadi Raja."

Luka diam mencerna apa yang Kevin katakan.

"Tapi, Pangeran tanpa Raja bukan apa-apa." Lanjut Kevin dengan manik menatap lurus dan serius. "Itu yang Om gua bilang."

Luka terdiam, ia seolah menyadari sesuatu. Menatap Kevin dengan rumit. "Siapa Om kamu?"

"Galant Marc Alexandre." Jawab Kevin dengan senyuman. Membayangkan sosok pria yang selalu menceritakan hal seru padanya.

Luka mengepalkan tangannya diatas paha. Menatap Kevin dengan dalam. Ia sudah tau siapa pria itu. Cukup tau.

"Lo ngerti?" Tanya Kevin penasaran.

Luka menggeleng. "Enggak, aku juga bingung. Apa maksudnya?"

Kevin menggeleng, "entah. Om gua sih emang aneh orangnya. Tapi seru."

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang