36. Jangan naif

467 37 8
                                    

"Hanya karena satu orang yang kamu cintai, bukan berati kamu harus menghancurkan orang yang sudah menemani mu sepanjang susah."
.
.
.
.
👑👑

Terkadang kita memang buta akan sesuatu. Bahkan, tak peduli akan rasa sakit orang lain yang ternyata kita sendiri pelakunya. Selagi apa yang kita inginkan tercapai.

Ego mu, lara orang lain.

"Kamu selalu mengatakan aku yang egois. Nyatanya, kamu sendiri yang egois."

Semua orang terbungkam. Memandang pemuda yang masih dalam gendongan itu.

"Tich.. kalau Lo masih mau sama dia. Gua dengan senang hati bantu Lo kesana." Logan menatap sinis Arka.

Bodoh sekali pemuda itu. Apa dia begitu buta dengan segala hal yang telah di lakukan Mamanya? Apa yang dia harapkan? Wanita itu tidak akan bangkit dalam kuburnya.

Luka memandang dengan kelam. Lalu bergerak turun dan duduk disamping Logan. Ia lalu menatap Raja yang ternyata juga menatapnya.

"Anda lihat sendiri bukan? Jadi jangan bertanya kenapa saya selalu meminta pergi dari rumah ini."

Raja memandang dalam. Melihat bagaimana rupa yang begitu mirip dengannya. Manik gelap yang menyimpan segala luka.

Putranya, jauh dari pelukannya sekarang. Dia benar-benar sudah membentengi dirinya. Rasanya, dia melihat dirinya dulu.

.
.
.

"Saya hanya ingin hidup damai. Walau itu mustahil, setidaknya saya tidak ingin disana."

"Saga muak dengan dirinya."

"Sebaik itu kah seorang ibu?"

.
.
.

"Arka, kamu boleh menyayangi ibu mu. Kamu boleh membenci ku. Tapi ingatlah," ujar Raja menatap Arka tenang. Dia tak ingin keadaan kedua putranya semakin jauh.

"Hadirnya kalian, itu karena tidak kesengajaan. Aku mencintai ibu kalian, tapi dia mencintai orang lain. Itu semua bukan kehendak ku."

"Semuanya takdir, entah bagaimana semua ini berjalan. Siapa yang salah dan siapa yang benar. Namun ketahuilah, manusia memiliki dua sisi berbeda."

"Seperti aku berbuat baik pada semua orang. Tapi tidak dengan diri ku sendiri."

"Semuanya sudah terbukti, Arka. Kamu tidak bisa mengelak kenyataan tersebut."

Dia mengerti, Arka belum menerima kenyataan bila sang ibu lah kesakitan adiknya sendiri. Bahkan, dia melemparkan pada Raja yang juga korban.

Bila wanita itu ingin, dia bisa menggugurkan kandungannya. Namun dia datang kepada Raja, meminta pertanggungjawaban. Memanfaatkan keadaanya.

Bahkan Rajen, tanpa sadar masuk akan perangkapnya.

"Aku senang kalian hadir. Namun saat itu kondisi ku tidaklah baik. Aku sudah mengatur semuanya agar kalian bisa hidup dengan baik. Namun, dia bertindak diluar kesepakatan kita saat itu."

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang