10. Ada Hati

832 54 0
                                    

"Ada hati yang terluka diatas bahagia dan tawa."
.
.
.
.
🦋🦋

Mata bulat gelap dengan ribuan kisah yang tersimpan. Sorot mata pekat dengan luka dan kerinduan yang dalam. Bagai sebuah mimpi tanpa bisa bangun untuk akhir.

"Kenapa?"

Gudang tempat mereka masih sangat sunyi. Benar-benar tidak ada yang berani angkat bicara. Bahkan lebih dari tiga jam yang lalu. Satu jam lagi bel pulang akan berbunyi. Mereka setia menunggu sosok dengan tubuh kecil itu terbangun.

Hingga akhirnya ia membuka mata. Namun nampak sayu dan kosong. Logan melirik Derlan sejenak, seolah memastikan apa yang terjadi. Keduanya seolah berfikir hal yang sama.

Tangan besar berotot itu membelai kening Luka lembut. Matanya sedikit tajam kembali. Namun tenang.

"Ngomong, jangan sampai gua nyuruh Derlan mukul Lo lagi." Katanya rendah.

Anak buahnya hanya bergidik. Bos mereka memang mengerikan. Tindakannya penuh perhatian pada sosok Luka. Namun juga kejam.

Logan memang anak yang sulit dibantah. Dia juga sangat kasar. Apalagi kejam, tidak ada yang berani bermain padanya. Termasuk Luka sendiri. Karena sosoknya memang semengerikan itu.

Masa lalu keduanya cukup buruk. Lebih tepatnya Luka. Tak mudah Logan bisa membuatnya harus sepatuh ini. Dulu Luka masih cukup berani melawan. Namun pada akhirnya ia sendiri harus menelan pait. Ketakutannya jauh lebih besar.

"Gege." Ucap Luka lirih. Masih ada pacifier didalam mulutnya. Tau, bila bukan Logan yang melepas ia tak boleh. Sangat hafal.

"Kangen Gege hm?" Balas Logan rendah. Matanya berubah tajam. Auranya saat itu sangat pekat. Derlan menghela nafas panjang.

Luka menggeleng pelan. Matanya bergulir menatap mata tajam Logan. "Mimpi Gege."

Saat itu juga ia terpejam takut. Gerakan Logan cepat merampas pacifier nya. Bahkan membuat gigitannya terasa linu sesaat. Logan semakin menatap tajam. Wajahnya mengeras.

"Mau apa dia?" Tanyanya dengan suara tertahan. Menahan emosinya yang mulai meluap. Membuat keadaan yang semua damai cukup tegang.

Luka menggeleng cepat. Sungguh, ia sangat tertekan dan takut dengan Logan. Pemuda itu sangat mudah terpancing. Ia katakan, lebih baik menghadapi amukan Arka atau Raden saja.

Terdengar kekehan rendah. Luka membuka matanya sedikit. Melihat takut wajah menyeramkan Logan. Apalagi tangan itu membelai rambutnya lembut. Namun sesaat, langsung berubah tarikan kuat. Memaksa dirinya menatap.

"Dia udah mati, gak ada lagi Gege sialan itu." Kata Logan pelan dan rendah. Membuat nafas Luka tercekat.

Sungguh rasanya sakit. Sosok yang selalu dirinya ingat hingga saat ini. Namun seolah hanya dirinya yang tau adanya sosok itu. Bahkan seseorang memaksa melupakannya. Matanya memanas, memancarkan luka dan kerinduan.

"Ak-"

"Siapa?"

Jantungnya berdetak dengan cepat. Nafasnya berubah berat. Kentara ia ketakutan.

"Kana cuma kangen Gege." Katanya pelan, menutup matanya cepat.

'Brakk

Cekalan pada surainya terlepas. Namun rasanya ia terkena serangan jantung karena terkejut. Logan memukul matras disamping tubuhnya sangat keras.

"Dia udah mati!" Seruan penuh amarah. Luka menutup kepalanya dengan kedua tangan. Melindungi bila Logan memukulnya.

Derlan bergerak cepat. Mendekat, menjauhkan Luka dari Logan. Lalu menenangkan temannya itu.

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang