17. Sejujurnya apa?

560 34 0
                                    

"Masa lalu seperti apa hingga jiwanya penuh lara."
.
.
.
.
👑👑


Ruangan dengan nuansa klasik yang elegan. Paduan antara warna hitam dan abu-abu. Membawa kesan tenang. Terdapat satu meja besar dan beberapa rak buku yang mengelilingi.

Sosok pemuda 18 taun yang kini duduk di depan meja. Menatap tenang sosok lelaki yang tak lain Ayah angkatnya. Tenang menunggu hal yang akan disampaikan.

"Adnan tidak menemukan semuanya. Pangeran itu jelas bukan orang sembarang, kamu ngerti kan?" Dion membuka laptopnya. Menatap sejenak putranya itu.

"Kita dapat sedikit masa lalu mereka. Kisar saat SMA." Ia lalu memutar laptopnya. Menghadap ke arah Logan.

Pemuda itu mendekat, melihat gambar yang Dion tunjukan. Kumpulan anak muda yang berfoto bersama. Anak perempuan yang berdiri di mobil Jeep. Lalu beberapa anak laki-laki berjongkok di depan. Tambahan motor ATV di kiri kanan.

Logan melihat lamat foto itu. "Damian? Viza? Regal?" Lirihnya. Namun ia menangkap satu sosok yang sangat tidak asing.

Cepat menatap Dion dengan mata tajam. Ayahnya hanya mengangguk kecil. Ia mengepalkan tangannya sesaat. Rautnya mengeras.

"Ayah jadi ikut curiga. Tapi kita tidak bisa mencari tau lagi. Mungkin salah satu dari mereka bisa." Tunjuknya pada tiga orang yang sempat Logan sebutkan.

"Ada dua orang lagi. Tapi mereka tidak ada di negara ini." Ia menunjuk dua orang berbeda. Menatap lamat ekspresi Logan.

"Aku kenal dia." Kata Logan menunjuk satu orang yang berfoto dengan motor ATV.

Dion mengangguk, karena dia tau. "Manfaatkan hubungan bisnis mu."

"Kalau kamu belum puas. Datang temui Jovan, dia mudah mendapatkan informasi itu. Untuk melindungi diri dari kecurigaan. Minta Leon mengamankan posisi mu." Dion berani mengatakan, karena ia tau apa yang Logan lakukan itu tidak mudah.

Pemuda itu memang sangat gila otaknya. Bahkan dengan umurnya sekarang sudah bisa mengembangkan bisnis orang tua kandungnya. Tak perlu ditanya mengapa ia begitu bebas dan Dion santai saja. Bahkan anak itu memilih tinggal dirumah peninggalan orang tuanya sendiri yang sangat besar.

"Di mana Om Jovan?" Tanya Logan akan mencari tau lebih tentang kecurigaannya.

"Di.. sebentar." Dion langsung mencari ponselnya. Menghubungi sosok yang kini Logan cari.

Beberapa saat berdering, hingga tersambung. Dengan cepat Dion segera bertanya dimana lokasinya.

"Ouh, gua ada di.. biasalah Lo tau dimana." Jawab sosok diseberang sana. Dion sengaja mengeraskan spiker agar Logan mendengar.

"Ini Logan mau minta bantuan." Kata Dion segera.

"Logan? Kenapa?"

"Ada orang yang mau dia cari. Tapi cukup kuat."

"Siapa?" Bukan suara Jovan. Namun terdengar berat dan dingin.

"Adek Lo, diam kerjain itu!" Sosoknya nampak berbicara dengan seseorang. Keduanya menebak siapa itu.

"Ouh ya, siapa orangnya? Mumpung gua disini."

"Xigen." Logan yang menjawab kali ini.

Namun hening, tidak ada sahutan. Beberapa saat, lalu terdengar hembusan nafas Jovan. "Yang sekarang diambil alih sama Pangeran itu?" Tanyanya memastikan.

"Iya, kenal Lo?" Tanya Dion penasaran. Ya Jovan pasti tau.

"Pangeran ya, kenal aja kalau dia ambil alih Xigen. Kan kuasa dia di Jerman juga."

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang