"Sayap kecil yang ia kepakkan dengan lembut. Membawanya terbang ke langit bebas."
.
.
.
.
🦋🦋Mata bulat gelap yang memandang indahnya langit senja. Bibir merah tipisnya dibungkam dengan benda putih kecil yang ia isap lembut.
"Adek.."
Benda itu ditarik dari mulutnya. Membuat netranya menatap sang pelaku dengan tanya. Wanita Dengan mata tegas, rambutnya hitam sebahu. Lalu sosok pria dengan wajah datar yang tenang.
"Dokter bilang apa tadi?" Wanita itu menyembunyikan pacifier nya. Membuat bibirnya mengerucut sedih.
"Mami, I want that."
"Tidak ada, kamu gak mau makan dari tadi kan?"
Ia memalingkan pandangannya. Memilih abai saja. Lebih baik tidak mendapat pacifier dari pada makan.
"Dam, anak Lo lagi nakal ini." Wanita itu menatap sosok yang baru saja datang.
Pria dengan wajah dingin. Matanya menatap tajam. Ia meletakkan jas hitamnya ke sofa tunggu. Lalu mendekat.
"Kenapa?" Tanyanya dengan suara serak.
"Gak mau makan, gak mau minum obat. Mentang-mentang udah mau pulang." Wanita itu bersuara sambil melangkah pergi. Duduk disofa diikuti pria yang sejak tadi bungkam.
"Lukana-"
"No." Pemuda itu berkata cepat. Tak mau ditatap. Setia melihat luar jendela.
"Kamu mau apa?" Pria itu mendekat. Duduk pada kursi dihadapannya. Menatap dengan dalam. Namun tidak dijawab. Luka justru melamun.
"Mau susu?"
"Kana mau terbang."
Para orang dewasa yang mendengar saling memandang. Pemuda itu menatap berbinar burung yang terlihat terbang di langit.
"Mau?"
Ia langsung menatap cepat. Mengangguk, walau dengan pandangan bertanya. Bagaimana?
Tanpa bicara pria itu bangkit. Meraih pinggangnya. Dengan cepat mengangkat tinggi.
"Ayah!!"
Ia berseru lantaran terkejut. Jatuh dalam gendongan pria bertubuh kekar itu. Memeluk lehernya erat, takut terjatuh.
"Damian, jangan aneh-aneh Lo." Wanita itu memperingati. Melihat Luka yang sangat terkejut. Takut jantung pemuda itu sakit kembali.
"Haha.. gimana? Gitu aja kamu takut jatuh. Masa mau terbang."
Luka mendengus kasar. Dadanya bergemuruh, hingga jam tangannya menyala. Namun bibirnya tersenyum tipis.
"Ayah nakal."
"Loh?" Jelas ditatapan dengan bingung. Namun ia memalingkan pandangannya.
Damian, pria yang menggendongnya melangkah. Membawanya pada balkon. Melihat matahari yang mulai terbenam. Hilang diantara gedung kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENTIUM || End✓
Teen FictionLuka, seperti namanya. Begitu banyak luka dalam dirinya. Tanpa ada orang yang tau, seberapa dalam laranya. "Mereka yang mengabaikan ku. Lebih baik aku pergi tanpa harapan." {Sequel IMPERIUM}✓ 🦋🦋 [BELUM REVISI!] #PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!! #Karya...