•
•
•Bandara Soekarno-Hatta, 23.55 PM.
Sudah lima hari, dan Davin baru saja turun dari pesawat yang membawanya pulang di Bandara Soekarno-Hatta seorang diri dengan menyeret koper hitam kecilnya. Laki-laki dengan setelan sederhana berupa kaos LV hitam dan celana jeans dengan warna senada itu menyalakan ponsel dan memasukkan sim card asalnya ke dalam. Ia memang selalu mengganti sim cardnya saat berkunjung ke kediaman sang kakek di Coober Pedy.
Seketika puluhan notif pesan dan panggilan telepon yang sebagian besar berasal dari Kirei itu memenuhi berandanya. Kening Davin mengernyit saat melihat chat terakhir dari gadis itu yang mengatakan kalau Kirei akan pergi ke sirkuit untuk menonton pertandingan skateboard seperti yang biasa gadis itu lakukan setahun terakhir.
Malam sudah sangat larut, dan Kirei masih berkeliaran di luar sana. Seharusnya Davin cemas, tapi kali ini tidak.
"Dia bisa menjaga dirinya sendiri."
Yahh, rasa lelahnya lebih mendominasi sekarang. Kirei juga bukan gadis bodoh yang akan pergi keluar larut malam dengan tangan kosong. Davin yakin, setidaknya ada dua sampai tiga pistol di mobil gadis itu saat ini. Ditambah pisau lipat yang dimasukkan dalam saku hoodie.
Drrtt! Drrtt!
Davin kembali dibuat mengernyit saat
nama Alvino Rickardo muncul di layar ponselnya. Entah apa maksud sang maknae hingga sampai meneleponnya di jam Cinderella seperti ini. Karena tidak ingin dibuat penasaran, ia langsung saja mengangkat telepon dari Vino dengan cepat."Ada apa, Vino? Kau tidak lihat ini jam berapa?" kata Davin dengan nada kesal yang sangat kentara.
"Gue tau, Ketua. Tapi ini penting."
"Katakan." Oke, Davin siap mendengarkan sekarang. Laki-laki dengan potongan rambut undercut itu mencari tempat duduk terdekat di sekitar bandara untuk mendengarkan pesan yang akan disampaikan Vino dengan baik.
"Sebenarnya ini di luar prediksi gue, tapi gue berhasil nemuin sesuatu yang menarik."
"Oke. Jadi apa itu?"
"Coba lo lihat berkas yang baru gue kirim ke email lo barusan, Ketua."
Davin menurut. Laki-laki itu langsung menjauhkan ponsel itu dari telinganya untuk membuka berkas yang Vino maksud, dan isi berkas di dalamnya benar-benar membuat Davin terkejut sekaligus senang. Sudut bibir laki-laki itu terangkat membentuk sebuah seringaian.
Arial Giovandra, si pembunuh tikus berdasi dengan inisial AL.
"Menarik."
"Itulah yang gue maksud, Ketua. Kita bisa gunain info ini buat menjatuhkan target selanjutnya sekaligus ngelindungin identitas kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
NEXT PSYCHO
Mystery / Thriller[𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟎𝟐] Genre : Mystery / Thriller - Drama Tema : Psychopath, Friendship, Competition ⚠ [𝗢𝗡 𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚] ⚠ Follow dulu, dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca♡ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ |...