00 ☠ Prolog

86 14 6
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dear Diary ...

Aku tidak tahu akan menuliskan kata apalagi di atas selembar kertas putihmu ini. Terlalu banyak hal yang terjadi, dan terlalu banyak rasa sakit yang telah kulalui.

Kini aku sendiri, dengan rasa sakit yang terus menggerogoti hati. Bahkan sempat terpikir untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

"Rei, tapi lo nggak beneran mau bunuh diri, 'kan?"

Suara Reynand yang terasa begitu dekat, spontan membuat Kirei terperanjat. Gadis manis pemilik lesung pipi itu memberikan lirikan tajamnya pada anak tunggal dari Om Sean tersebut.

"Bisa nggak? Sehariiii aja. Lo nggak bikin gue jantungan?"

"Enggak." Reynand menjawab dengan wajah tanpa dosanya. "Lagian lo ngapain sih nulis-nulis diary segala? Kayak bukan lo aja."

Kirei menghela napas. Gadis yang semula tengah duduk di sofa ruang tamu markas itu berdiri dan berjalan ke arah jendela. Menatap pemandangan malam di luar markas dengan pikiran dan hati yang terus gelisah.

"Terus gue harus gimana, Bang? Apa gue harus koar-koar ke semua orang tentang apa yang gue rasain sekarang? Gitu maksud lo?"

"Rei ... lo tau sendiri kalo bukan itu maksud gue." Reynand mendekat dan berdiri tepat di samping gadis yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri itu. Ikut menatap langit penuh bintang di balik kaca jendela markas Psycho Elite yang sudah hampir satu tahun terakhir menjadi rumah kedua bagi para anggotanya. "Gue cuma nggak mau lo nyimpen rasa sakit lo sendiri. Lo punya gue, lo juga punya Jeselyn. Banyak para anak PE yang sayang sama lo, dan banyak dari mereka yang mau dengerin keluh-kesah lo."

"Tapi gue-"

"Kirei! Stop berpikir kalo lo cuma sendirian di dunia ini. Lo masih punya kita. Paham?"

Ya. Kirei sangat paham siapa kita yang dimaksud oleh Reynand. Terkadang, kata-kata seperti itulah yang selalu membuatnya bertahan sampai sekarang. Kata-kata penenang dan motivasi kuat dari orang-orang di sekitarnya untuk terus menjalani hidup. Mungkin tanpa adanya mereka, ia akan benar-benar merasa sebatang kara hidup di dunia penuh sandiwara ini.

Mereka, para anggota.

"Kak! Maaf ganggu waktunya."

Kirei dan Reynand segera memasang masker keduanya, lalu menoleh ke sumber suara. Tepat diambang pintu, Hazell berdiri di sana dengan raut panik yang sangat kentara di wajah imutnya.

"Ada apa, Hazell?" tanya Kirei sambil melirik sekilas ke arah jam dinding di atas pintu yang mengarah tepat pada pukul delapan malam.

"Sistem keuangan kita dibobol sama seseorang! Kita mengalami kerugian yang cukup besar!"

"APA?!"

Kirei dan Reynand benar-benar sudah tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut mereka. Bahkan netra kecoklatan Kirei sudah melotot sempurna. Gadis itu langsung berlari menuju ruang khusus komputer. Tempat di mana seluruh hal yang melibatkan keamanan internet dan cyber milik Psycho Elite ada di sana.

Diikuti oleh Reynand dan Hazell, Kirei merangsek masuk ke dalam ruangan dan mendapati Nathan yang tampak fokus dengan laptop miliknya. Terlihat beberapa tetes keringat dingin meluncur bebas dari kening laki-laki itu. Geovan dan Byza yang baru saja datang bersama Zen pun juga demikian.

Malam itu, markas Psycho Elite dibuat gempar karena satu sistem tidak dikenal yang berhasil membobol sistem keuangan mereka.



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NEXT PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang