1. Teman Laknat dan Usulannya

46.4K 646 2
                                    

"Jadi kenapa kali ini Lo tiba-tiba aja mau kawin? Ngebet banget lagi!" Griya bertanya sambil sibuk dengan makanan di hadapannya, menunggu jawaban Caddie yang sedari tadi hanya diam saja.

"Lo udah gila nanya begitu? Si Caddie kemakan omongannya sendiri!" sambung Ruby cepat dan tertawa lepas lagi setelahnya.

Caddie hanya mendengus kesal dan menghela nafas kasar menatap kedua sahabatnya itu.

"Ga usah ngeledek, bisa nggak?" tukas Caddie cepat lalu memutar kedua bola matanya dengan malas dan bersandar di kursinya.

Caddie tahu, seharusnya dulu dia tidak begitu keras kepala menolak mantan terakhirnya yang berniat melamar beberapa tahun lalu. Ralat, mantan pertama dan terakhirnya.

Ruby hanya tertawa meremehkan dan melirik Griya yang masih sibuk makan.

Sahabatnya yang satu itu juga jadi makin meningkat nafsu makan sejak mengetahui bahwa dirinya tengah hamil. Pun Ruby juga tahu kalau Caddie sebenarnya belum benar-benar move on.

"Terus Gue harus gimana? Gak mungkin kan gue tiba-tiba dateng ke mantan gue terus ngerusak rumah tangga orang..."

Benar juga kan. Caddie tidak segila itu. Dia hanya gila bekerja. Bahkan itu hanya mantan pertama dan terakhirnya sejak hidup selama 28 tahun.

Caddie tidak ingin dicap punya banyak mantan, yang berarti kan... terlalu murahan. Menurutnya begitu.

Griya yang tengah asik makan kini menjitak pelan kepala Caddie.

"Jangan stres ya Lo! Cukup Gue aja nih yang stres. Mana Suami Gue belum tahu kalo Gue hamil," cicitnya di akhir.

Cukup terkejut dengan perkataan Griya barusan, Caddie dan Ruby saling pandang sebelum Ruby kembali bersuara.

"Loh kok!?"

"Nanti Gue jelasin," sambung Griya cepat sebelum menenggak habis jus mangga-nya.

Ruby berdecak. "Lagi marahan lagi Lo? Baru aja semalem ngechat Gue, bilang gaya helikopter ternyata seenak itu," ucapnya datar.

Caddie mencubit lengan Ruby kesal. "Lo gila ya? Filter dulu kek omongan Lo," kemudian menatap Griya yang hanya cengengesan.

"Lo nggak akan tau rasanya kalau lo belum nyoba, Cad. Lagi pula, udah lah, buruan married, biar Gue bisa rekomendasiin gaya-gaya ehem sama Lo. Pokoknya-" Belum selesai Ruby bicara, Caddie sudah mencubit lagi lengan Ruby, kali ini lebih kencang.

"Aw! Sakit gila!" serunya dan menatap lengannya yang baru saja dicubit itu.

"Ssttt... Cad, udah deh ah, berantem terus. Tapi emang bener yang Ruby bilang, Gue aja semalem sampe ketagihan," sambung Griya sambil tersenyum mesum.

"Tau ah Lo berdua nyebelin!" Caddie menghela nafas dan menenggelamkan wajahnya di atas meja resto itu.

Ketiganya kini memang tengah berjanji untuk bertemu di sebuah restoran mewah di tengah kota setelah vakum 7 bulan tidak bertemu.

Ruby yang selalu sibuk dengan usaha toko rotinya, Griya yang juga sibuk dibawa suaminya pergi-pergian ke luar kota, dan Caddie yang memang selalu menyibukkan diri.

Ralat, dia memang sibuk bekerja.

Ruby yang sedang memainkan ponselnya itu tersentak pelan dan berseru ria, membuat Griya mendengus kaget dan Caddie yang sedang tidak mood itu, mendongak.

"Eh iya Gue baru inget!" Ruby berseru ria dan menatap Caddie yang sedang malas-malasan itu.

Seperti sedang tidak ada gairah untuk hidup. Pikir Ruby.

Caddie menatap datar manusia random di hadapannya itu. Dengan malas dia menjawab "Apa?"

Yang ditanya pun hanya tersenyum cengengesan penuh arti.

"Minggu lalu, suami Gue bilang kalo rekan kerja-nya lagi butuh istri dadakan. Dan Lo tahu? Suami Gue bilang dia kaya plus tampan! Pokoknya Cad, Lo tenang aja, nanti Gue yang atur."

Griya mengusap pelan perutnya yang masih datar. "Lo kok se-random itu ya? Lo pikir segampang itu? Gimana kalo dia bukan orang baik? Emangnya Lo mau sahabat Lo ini kenapa-napa?"

Griya merangkul Caddie, mencoba menghibur Caddie yang sedari tadi hanya diam saja. Bahkan dia tidak berekspresi apapun ketika Ruby menawarkan hal random itu.

"Seinget Gue umur-nya 34 deh, eh apa 32 ya? Lupa Gue. Ya pesona pria matang lah, Lo tahu. Wah itu bukan matang lagi kayaknya, udah siap tempur si harusnya."

Lagi-lagi Ruby berceloteh dengan candaan mesumnya. Griya hanya tertawa pelan dan menoleh pada Caddie yang tengah berfikir.

Caddie menegakkan tubuhnya, menatap dua manusia itu bergantian dan menghela nafas lagi.

Entah untuk keberapa kalinya.

"Boleh lah, coba aturin pertemuan Gue sama dia," jawabnya asal nan datar.

Griya melotot dan memukul lengan Caddie pelan. "Lo juga ikutan gila?"

Ruby berdecak kesal. "Ck, ya kan kenalan dulu lah, itu juga nanti Gue yang atur tempatnya, pokoknya nanti Gue kabarin deh," tukasnya cepat. Dia tidak ingin Caddie berubah pikiran. Siapa tahu ini memang jalan-nya.

Ruby benar-benar ingin membantu sahabatnya itu. Karena di antara mereka bertiga, hanya Caddie yang masih jomblo.

Padahal dulu, salah satu temannya juga ada yang menaksir Caddie. Tapi perempuan itu dengan gampangnya bilang kalau menikah urusan belakangan.

Dan sekarang, setelah Caddie pulang dari Pakistan, dia tiba-tiba kebelet kawin.

Dia bilang kayaknya enak punya suami, jadi ada teman ngopi. Entah Caddie kerasukan apa saat disana.

"Hmm... kabarin aja nanti," sambung Caddie malas.

Ruby pun tersenyum penuh arti, seolah dia memang sedang merencanakan sesuatu.



***

Ciao, ini cerita pertama-ku. Sebenarnya udah end, tapi karena proses revisi, makanya aku hold dulu dan akan aku up lagi pelan-pelan ya... Biar nanti kalian juga makin nyaman bacanya ;).

Kalo suka jangan lupa tinggalin jejaknya yaa🫶

to be continued...

MY CRAZY HUBBY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang