Choi Jung Soo bukan orang yang berhati sempit. Sebaliknya, dia punya hati yang begitu lapang serta tak memandang seseorang sebelah mata. Dia tak menilai Han Yujin yang berpenampilan sedikit lusuh sebagai anak yang tak pantas bekerja di tempatnya. Dia menilai seseorang murni objektif.
Kekecewaannya datang akibat Kim Roksu adalah salah satu pekerja terbaiknya dan peran yang diembannya terlalu besar. Jika pun Choi Jung Soo membuka lowongan pekerjaan untuk mencari pengganti Kim Roksu, dia yakin pasti akan sangat sulit menemukan satu yang bisa setara dengannya.
Itu sebabnya, ketika Kim Roksu menghubunginya, Choi Jung Soo pikir temannya yang pintar itu tak mungkin menyerahkan beban yang berat ke orang yang tidak mampu memenuhi kriteria Choi Jung Soo. Teman dekatnya pasti mengirimkannya seseorang yang paling tidak, bisa Choi Jung Soo andalkan.
Sayangnya, Choi Jung Soo terlalu berekspektasi.
Kim Roksu benar-benar tidak peduli sama sekali pada standar milik Choi Jung Soo atau harapan pemuda itu. Dia justru menggunakan standar paling umum yang berpendapat Han Yujin paling tidak masih dapat bertahan di tempat itu.
Inilah yang memukul telak hati Choi Jung Soo. Rasanya seperti Kim Roksu baru saja menukar emas dengan tembaga padanya.
Untungnya, sikap rendah hati dan ketulusan Han Yujin berhasil menenangkan kekecewaannya.
Meskipun begitu, Choi Jung Soo masih dibuat sedikit tak berdaya. "Kau butuh em ... banyak perbaikan."
Dia sudah setuju memasukkan pemuda ini jadi sekarang Choi Jung Soo cuma bisa menggertakkan gigi dan melakukan semua yang dia mampu untuk setidaknya memoles pemuda di hadapannya agar sedikit memenuhi standar miliknya.
"... Maaf?" Han Yujin menatap tak mengerti.
"Satu minggu adalah masa pelatihanmu, selama waktu itu kau akan diajari semua yang perlu kau ketahui. Setelah itu, tiga minggu selanjutnya merupakan masa percobaanmu. Tentu saja, selama satu bulan tersebut aku akan memberimu gaji sesuai kontrak pekerja magang." Choi Jung Soo berbalik, dia mengacak-acak mejanya sendiri mencari kontrak pemagang lalu menyerahkannya pada Han Yujin. "Setelah itu, jika tidak ada masalah dalam masa percobaanmu, kau akan bekerja dua bulan lagi sebagai pekerja magang. Jika pekerjaanmu memuaskanku dan kau betah di sini, aku bisa mempromosikanmu menjadi pekerja tetapku. Silakan baca isi kontraknya dan katakan padaku jika ada yang kurang atau tidak kau pahami."
Han Yujin membaca kontrak itu tenang, terutama dia fokus pada gaji yang akan didapatkannya. Pemuda itu memicing, mendekatkan kontrak ke matanya demi menghitung gaji yang ditetapkan.
"Tuan Manajer, ini tidak salah?"
"Apa?"
"Gaji yang Anda taruh di sini benar untuk hitungan seminggu?"
Choi Jung Soo mengangguk. "Di tempat ini, gaji karyawan diberikan tiap minggu. Jika ada halangan, biasanya dikirim dua minggu sekali tapi itu kasus yang jarang."
Han Yujin memegang erat kontrak itu. Dia adalah seorang siswa biasa, dia tahu berapa gaji standar paruh waktu bekerja per jam di luar sana. Nyatanya, gaji yang Choi Jung Soo tawarkan sudah termasuk tinggi untuk pekerjaan paruh waktu.
Dan premisnya, ini adalah gaji pemagang. Kalau dia berhasil menjadi pekerja tetap, gajinya juga ikut mengalami kenaikan.
"Besar kemungkinan gaji sebagai karyawan tetap sudah di atas standar UMR," batin Han Yujin menahan senang.
Ini bukan angka yang lumayan lagi seperti yang dituturkan Kim Roksu, sebaliknya ini justru angka yang besar!
"Saya akan menandatanganinya sekarang." Han Yujin amat gembira terlebih membayangkan jika setiap minggu dia akan punya cukup uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Choi Jung Soo ingin mengatakan untuk tidak terburu sebab dia belum menyampaikan jika ada biaya potongan pajak dari perawatan pekerja, tetapi dia menahannya kembali setelah mendapati sepatu yang dikenakan pemuda itu bahkan sudah mulai menguning dan kusam.
"Aku akan menghitung kebaikanku ini sebagai hutang lain yang harus Roksu bayar padaku," pikir Choi Jung Soo tak menyatakan jumlah pemotongan pada Han Yujin. Dia berencana menanggungnya lewat dana pribadinya.
"Karena kau mendapat shift malam jadi makan malammu akan ikut ditanggung."
"Terima kasih, Manajer."
"Nah, sekarang waktunya memolesmu," tukas Choi Jung Soo setelah menerima kontrak dari Han Yujin.
"Memoles?"
Choi Jung Soo tidak menjawab, alih-alih dia memimpin jalan. "Ikut aku."
Langkah Choi Jung Soo menuju seorang barista. "Apa World sudah datang?"
"Iya, Manajer. Dia sedang berganti pakaian."
"Katakan padanya untuk segera menemuiku di Ruang Putih, ada anak yang perlu dia benahi. Ah, minta Rose datang juga, suruh dia mendapatkan satu set—tidak, tiga set pakaian baru seukuran ...." Choi Jung Soo menoleh kembali pada Han Yujin, menerka tinggi dan perawakan tubuhnya sebelum melanjutkan ke arah baristanya, "seukuran Death, lengkap dengan jam tangan serta aksesoris tambahan."
"Baik, Manajer."
Choi Jung Soo lalu berjalan menuju Ruang Putih diikuti Han Yujin yang terus menatap bingung.
~
Ketika Han Yujin terlibat dengan pembenahan diri, Kim Roksu duduk di dalam sebuah kafe sembari menyesap secangkir kopi latte.
Di hadapannya hadir seorang wanita cantik berpakaian modis yang keberadaannya saja sudah berhasil membuat banyak tamu kafe kadang kala melirik ke arah meja mereka.
Min Jiwon mengumbar senyum anggun. Dia melepaskan kacamata hitamnya, meletakkan benda itu ke atas meja. Sepasang mata coklatnya yang indah mengukur sosok pemuda di hadapannya.
Tubuh pemuda itu termasuk tinggi untuk ukuran seorang siswa sekolah. Punggungnya pun tampak tegap, sikapnya tidak terlihat dibuat-buat melainkan sangat alami seolah dia sudah terbiasa menjalani pelatihan postur tubuh. Min Jiwon yang punya mata jeli bisa tahu jika pemuda itu bukan orang biasa.
Setidaknya, tidak mungkin ada orang biasa yang akan diklaim sebagai teman dekat seorang Choi Jung Soo yang notabenenya merupakan putra generasi kedua, salah satu anak konglomerat di negeri ini.
Min Jiwon paling memahami karakter unik Choi Jung Soo yang meski tampak rendah hati di luar tapi nyatanya dia selalu enggan mengakui orang lain yang tak punya status sesuai standarnya sebagai temannya.
"Tak salah aku mempercayai standar tinggi Choi Jung Soo," batin Min Jiwon tampak puas.
Kim Roksu malas mempertimbangkan apa yang sedang dipikirkan pihak lain tentang dirinya. Dia membiarkan Min Jiwon menatap dirinya sepuasnya.
"Baiklah, Kim Roksu, bukan? Mari jadikan ini obrolan yang santai. Kau boleh memanggilku Noona." Min Jiwon akhirnya memulai.
Kim Roksu tidak suka meladeni sikap sok akrab begini tapi dia sudah terbiasa menanggapi berbagai obrolan tak penting semacam ini, jadi dengan mudah dia ikut bermain peran. "Tentu, aku akan mengikuti arahan Noona," balasnya tersenyum tipis.
.
.
.
Bersambung.
Death itu Kim Namwoon, funfact tingginya setara dengan Han Yujin.
Justice yang nyambut Han Yujin di pintu kafe itu Jang Hayoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)
FanfictionKim Roksu selalu mempertahankan dirinya dalam batas yang bisa diterima oleh siapa pun, membangun kehidupan yang dianggapnya ideal bagi semua pihak. Akan tetapi, kepulangan Alver Crossman justru menggoyahkan seluruh tatanan sempurna yang sudah dibang...