54: Posisi

143 48 5
                                    

Cho Youngran mengangguk, berpendapat argumen siswanya masuk akal. "Baiklah, Yoo Joonghyuk akan menjadi Ketua Kelas."

Yoo Joonghyuk menatap tidak percaya pada gurunya tapi Cho Youngran mengabaikan pandangan protes tersebut. Dia melanjutkan, "Nah, siapa yang mau jadi wakilnya?"

Mengetahui Yoo Joonghyuk adalah ketuanya, tentu semakin tidak ada yang mau mengajukan diri. Seluruh kelas dirajai keheningan.

Han Yujin menoleh pada Yoo Joonghyuk kemudian memandang ke depan pada punggung Kim Dokja. Dia melakukannya beberapa kali dengan sampai sadar kalau Yoo Joonghyuk mengunci ke arah Kim Dokja.

"Ssaem, Kim Dokja saja jadi wakilnya!" cetusnya kemudian memecah hening.

Kim Dokja segera berbalik ke belakang memberi tatapan melotot. "Kau mau mati?" desisnya menahan geram. "Kau saja yang lakukan! Jangan menunjukku seenaknya."

"Kau lupa, ya? Aku sekretaris di kelas satu." Han Yujin menyengir, dia berani menunjuk karena punya tameng. "Sekali-kali kau harus coba rasanya jadi pengurus kelas, lagian kalian sudah kenal sejak lama mestinya tak akan canggung."

Suara Han Yujin tidak pelan dan suasana kelas yang senyap menjadikan obrolan mereka mampu didengar seisi kelas.

"Tutup mulutmu, Bodoh!" Kim Dokja mengulurkan tinju ingin memukul kepala temannya itu tapi Han Yujin lekas menarik diri.

Cho Youngran memutuskan, "Kim Dokja, kau wakilnya."

"Ssaem!" seru Kim Dokja tidak menerima.

Namun, Cho Youngran mengabaikan pertentangan tersebut. "Untuk sekretaris, siapa yang mau mengajukan diri? Perlukah ditunjuk lagi?"

Kali ini Han Sooyoung mengangkat tangannya. "Saya mau."

"Kalian harus mencontoh keberanian Han Sooyoung. Soal pengurus kelas kuanggap tidak ada masalah lagi." Cho Youngran beralih merogoh tasnya kemudian mengeluarkan dua kotak. "Sekarang, satu per satu dari kalian maju dan ambil satu gulungan kertas. Laki-laki sebelah kanan, perempuan yang kiri."

Kang Soyeong yang duduk paling depan mendekat lebih dulu. "Boleh dibuka sekarang?" tanyanya seusai menarik salah satu gulungan kertas.

"Terserah padamu."

Mendengar itu, Kang Suyeong membukanya dan melihat isi lipatan kertas yang diambilnya. "Dua? Angka untuk apa ini, Ssaem?"

"Siswa Kang Suyeong, kembali duduk ke tempatmu dan tunggu instruksi selanjutnya."

Kang Suyeong mengerucutkan bibirnya. Seperti dirinya, semua orang penasaran tapi tetap maju mengambil satu per satu gulungan kertas.

"Aku dapat 22, berapa milikmu?" Han Yujin melongokkan kepalanya mencuri lihat kertas di tangan Kim Roksu. "17? Dokja-ah, bagaimana denganmu?"

Kim Dokja tidak menjawab, dia memandang angka bertuliskan 30 di tangannya.

Cho Youngran menepuk meja keras agar atensi seluruh siswanya kembali memaku padanya. Suara wanita itu mengalir tegas dan tenang. "Biar kutegaskan kembali, sekarang adalah tahun ketiga kalian. Kurang setahun lagi, kalian akan meninggalkan sekolah ini. Sebelum itu terjadi, kuharap semua siswa di kelas ini membangun relasi yang baik satu sama lain tanpa terkecuali."

Tangan Cho Youngran meraih spidol. Di bawah kebingungan setiap siswanya dia mulai menggambar sebuah denah kelas dan memberi angka 1-30 di setiap kursi. Angka 1 mulai dari kursi yang paling dekat dengan pintu depan dan angka 30 terletak di kursi yang Kim Roksu duduki saat ini.

"Aku perhatikan tiap tahun ajaran baru, kalian semua selalu berkumpul hanya dengan kelompok tertentu jadi mari kita atur ulang tempat duduk kalian."

"Ah, Ssaemmm!" Seruan protes bergema.

Cho Youngran menepuk keras papan tulis memaksa setiap siswanya untuk diam. "Apa yang kalian tunggu? Cepat pindah!"

Han Yujin memeluk mejanya sendiri tidak rela pindah posisi. "Roksuuu, jangan tinggalkan aku!"

Kim Roksu malas meladeninya, dia mengambil tasnya sendiri kemudian bergeser ke barisan tengah, duduk di depan Yoo Joonghyuk yang belum pindah karena masih sibuk mengeluarkan buku cetaknya dari laci.

"Aish, kenapa harus di depan?" ratap Han Yujin melihat posisi kursinya berasa terdepan dan berseberangan langsung dengan meja guru.

Kim Dokja sendiri melempar tasnya ke belakang, dia mengisi bangku yang dahulu diduduki oleh Kim Roksu. Dalam hati, pemuda itu sangat bersyukur dirinya tidak dilempar di barisan depan seperti halnya Han Yujin.

Rasa syukur itu tidak bertahan lama saat setumpuk buku bergema diletakkan di meja sampingnya.

Yoo Joonghyuk melempar kertas bertuliskan angka 29.

"Sial, aku tarik kembali rasa syukurku. Lebih baik aku tidak punya teman semeja sama sekali!"

Kim Roksu menoleh sedikit ke belakang, dia menyeringai kecil. "Oh, lihat ini. Ketua dan wakil ketua kita berdampingan."

Kang Suyeong yang duduk di barisan dekat dinding sebelah kanan tapi masih sederet Kim Roksu ikut menoleh. Dia tertawa sepenuh hati. "Kalian memang sudah ditakdirkan bersama!"

Kim Dokja menarik ponselnya lalu mengetikkan pesan dengan amarah yang terpendam. Kim Roksu merasakan getar di pahanya. Saat dia menarik ponselnya dan membuka pesan Kim Dokja, tawanya hampir lolos.

Satu stiker beruang putih terlihat mengacungkan jari tengah. Disusul satu balon obrolan yang menyatakan: Aku akan membuat perhitungan denganmu nanti.

Kim Roksu tidak memberi balasan. Dia mendorong ponselnya ke laci meja, kini atensinya bergeser pada teman semeja baru yang menghampirinya.

Yoo Myeongwoo meletakkan tasnya di atas meja sambil mengulas senyum ringan pada Kim Roksu. Mereka tidak punya masalah satu sama lain jadi dengan cepat dapat membiasakan diri.

Di satu sisi, suara lain terdengar memprotes, "Kenapa jadi aku yang tidak punya teman semeja?"

Suara itu datang dari Han Yujin yang duduk sendiri di depan.

"Itu karma instan dariku!" seru Kim Dokja dari belakang, masih dendam Han Yujin tidak mau bertukar bangku dengannya sebelum ini.

Melihat ratapan temannya, suasana hati Kim Dokja yang semula dirundungi mendung perlahan berangsur cerah. Dia bersandar dengan nyaman di bangkunya sendiri sedang Han Yujin mengetukkan keningnya lemas ke meja. Jarak duduk mereka yang sebelumnya dekat kini menjurang jauh.

Cho Youngran mengangguk puas dengan aturan posisi baru ini.

"Gunakanlah sisa waktu ini untuk menjalin kenangan terbaik. Bertemanlah dengan siapa saja dan aku harap ke depannya kalian semua dapat akur. Aku ingin melihat kelas 3-4 tetap menjadi kelas yang kompak. Mengerti?"

Seisi kelas menjawab, "Baik, Ssaem."

Cho Youngran tersenyum tipis. "Bagus, sekarang aku akan membagikan jadwal pelajaran untuk satu semester ke depan."

.

.

.

Bersambung.

Orgill yang di sampingku mau nekan publish lagi soalnya banner selamat telah mempublikasikannya gak muncul :")

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang