58: Tawaran

121 35 3
                                    

Han Yujin meregangkan kedua tangannya ke udara. Hari ini kafe sesibuk biasanya. Dia baru saja berniat naik ke lantai tiga untuk makan malam sekaligus mengambil jatah istirahatnya saat panggilan Justice dari lantai dua menyela langkahnya.

"Sun, sinii."

Pemuda itu turun lagi. "Ada apa?"

"Bisakah aku minta tolong panggilkan Sirius?"

"Hah? Kenapa kau tidak melakukannya sendiri?" Biasanya Justice senang mondar-mandir. Gadis hiperaktif itu di mata Han Yujin seolah tak punya rasa lelah.

Belum lagi, baru Han Yujin ketahui jika Justice bekerja penuh waktu di kafe. Kecuali hari Sabtu dan Minggu di mana dia bisa memilih mau datang atau tidak, Justice selalu hadir di kafe sepanjang waktu.

"... Sirius lagi mode gelap. Aku tidak berani."

"Mode gelap?" Alis Han Yujin terangkat bingung.

"Suasana hatinya terlihat buruk sejak dia datang ke kafe, aku takut mengusiknya. Belakangan dia senang berbincang denganmu, kan? Kau juga tak canggung lagi bersamanya. Bantu aku sekali ini saja."

Han Yujin berpikir sejenak dan akhirnya mengangguk. "Oke, akan kupanggilkan."

Dia bukannya sok berani tapi Han Yujin jadi penasaran memangnya seburuk apa sikap Sung Hyunjae?

"Minta dia datang ke Ruang K. Aku mengandalkanmu!" Justice mengurai senyum riang.

Sebagai Host yang paling dicari, Sirius tidak banyak bekerja kecuali dia mendapat panggilan dari tamu di ruang pribadi. Itu pun sulit untuk meraih jadwalnya dan kebanyakan harus reservasi dulu untuk bertemu dengannya. Kata Choi Jung Soo, barang istimewa tidak akan jadi limited edition lagi kalau dia ada di mana-mana. Dengan demikian, Sirius dilarang terlalu menampilkan kehadirannya. Sesekali dia akan ke lantai bawah tapi kemungkinan hal itu terjadi bisa sekali dalam seminggu, kadang dua kali jika suasana hatinya bagus.

Nyatanya, metode itu terhitung berhasil menarik atensi pengunjung terlebih siapa yang tidak penasaran seperti apa sosok Host terbaik di Comfort Zone? Karena kehadiran Sung Hyunjae yang tidak menentu jadi beberapa pengunjung akan datang lagi secara rutin demi mencari kesempatan melihatnya.

Persis seperti yang Han Yujin duga, Sung Hyunjae sedang duduk di salah satu sudut sofa yang sunyi. Segelas alkohol lagi-lagi berada dalam genggamannya.

"Manajer akan menegur Sunbae kalau menemukanmu minum di tengah jam kerja."

Sung Hyunjae tersenyum tipis. "Selama dia tidak menemukanku maka semestinya tidak jadi masalah kecuali seseorang melaporkanku."

Han Yujin memiringkan kepala ke satu sisi. "Aneh, dia tidak terlihat banyak berubah."

Sisi gelap yang dikatakan Justice tampak begitu samar.

"Sirius-sunbae."

Mendengar panggilan itu, Sung Hyunjae akhirnya paham alasan remaja ini menghampirinya. Satu embusan napas lirih meluncur dari celah bibirnya. "Ada apa? Ruang mana yang membutuhkan kehadiranku?"

"Ruang K," jawab Han Yujin jujur.

Sung Hyunjae perlahan bangkit berdiri seusai meletakkan kembali gelas champagne dalam genggamannya ke atas meja. Dia meraih mantel merahnya dari sandaran sofa, alih-alih mengenakannya, Sung Hyunjae menggantungkannya di lengan kirinya. Dia baru melewati Han Yujin saat langkahnya kembali terhenti sebab merasakan jas hitamnya sedang ditarik oleh juniornya.

"Apa masih ada hal yang perlu kuketahui, Sun?"

Menahan Sung Hyunjae separuhnya adalah impulsif sedang separuhnya lagi merupakan kekhawatiran. Han Yujin sejenak tidak tahu mau mengatakan apa. Dia menunduk tapi tidak melepaskan tangannya dari belakang jas pria itu.

Dalam benaknya mendadak terpikir, "Bahkan ketika suasana hatinya buruk, dia harus tetap menghibur orang lain."

Jika demikian, maka siapa yang akan menghiburnya saat dia dalam situasi buruk?

"Hyunjae-sunbae, ini ... aku merasa tidak pantas mengatakan ini tapi aku masih ingin mengatakannya padamu." Han Yujin melepaskan tangannya yang menahan pria itu. Dia perlahan mengangkat kepalanya ketika Sung Hyunjae kini berbalik dan memaku lurus padanya. "Kalau Sunbae merasa harimu kurang baik, kau boleh bersandar padaku."

Han Yujin menggigit bibirnya, dia benar-benar merasa malu dengan apa yang sudah dikatakannya. "Ma ... maksudku itu seperti Sunbae boleh bercerita padaku, mengeluh ataukah mencoba untuk memaki orang lain di depanku. Aku akan mendengarkanmu." Dia mengangguk kecil menegaskan niatnya. "Iya, hal semacam itu. Aku harap Sunbae ... bisa mempertimbangkannya."

Dia kemudian menunduk dalam lalu buru-buru beranjak pergi. Menyatakan sesuatu semacam ini ternyata sangat memalukan.

"Han Yujin."

Sung Hyunjae tidak membiarkannya berlalu begitu saja. Kali ini dia menahan pergelangan tangan pemuda itu tapi Han Yujin enggan berbalik. Dia tetap memunggungi Sung Hyunjae, menunggu apa yang ingin dikatakan senior di tempat kerjanya saat dia terus menahan perasaan ingin mengubur dirinya.

Meski Sung Hyunjae tidak bisa melihat ekspresi pemuda itu tapi ujung telinga Han Yujin yang memerah berhasil meraih senyuman pria itu.

Sung Hyunjae menundukkan dirinya sedikit hingga bibirnya sejajar dengan telinga Han Yujin. Dia berbisik lembut menyuarakan isi hatinya, "Terima kasih, aku akan mengingatnya."

Suara Sung Hyunjae bagi Han Yujin adalah tipikal suara yang dikaguminya, mendengar pria itu langsung berbicara di samping telinga membuat jantung Han Yujin nyaris melompat. Dia bahkan bisa merasakan embusan napas Sung Hyunjae. Refleks, Han Yujin menarik diri ke samping lekas membuka jarak.

"... Kalau begitu, saya pamit dulu. Masih ada yang harus saya kerjakan." Saking canggungnya, Han Yujin mendadak mengubah gaya bicaranya menjadi formal dan sebelum dia ditahan lagi, Han Yujin segera berlari pergi.

Sung Hyunjae tertawa kecil melihat tingkah pemuda itu.

"Kepolosan itu ... aku tidak heran mengapa Fool menjaganya seperti vas porselen."

Jika itu dirinya, dia juga akan mempertahankan pemuda yang manis seperti itu di sisinya dan memanjakannya.

Sayang sekali, Han Yujin sudah melekat dengan Kim Roksu.

Di antara semua jenis entitas yang ada di sekeliling Sung Hyunjae, orang serupa Kim Roksu masuk dalam daftar tertinggi sosok yang harus diwaspadainya. Sung Hyunjae memang tak keberatan mencipta masalah di sana-sini. Namun, persoalan membuat keributan di wilayah damai pemuda itu ... beda lagi ceritanya.

"Fool saja sudah merepotkan, sekarang bocah gila itu ada di sekitarnya."

Salah langkah sedikit, bisa-bisa dia diseret ke jurang terdalam.

.

.

.

Bersambung.

Buat merjuangin ayang memang harus berkorban :)

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang