4: Realitas

559 146 13
                                    

"Apa ada makanan yang Tuan Muda inginkan untuk malam ini?"

"Tidak ada, buatkan saja lebih banyak dari biasanya karena temanku akan ikut bergabung," ujar Kim Roksu sambil lalu melewati seorang pelayan di kediamannya.

Han Yujin dan Kim Dokja menunduk sedikit pada wanita paruh baya tersebut sebagai salam sopan, mereka dengan canggung mengikuti langkah Kim Roksu. Saling dorong-mendorong siapa duluan yang berjalan maju.

"Roksu bedebah itu, dia sekaya ini tapi masih bekerja keras seolah hidupnya bergantung dengan itu?" lirih Kim Dokja menyimpan dengki. Kalau itu dirinya, dia tak mau repot bekerja paruh waktu di sana-sini tanpa punya waktu bermain. Dia pasti akan menghabiskan seluruh hidupnya duduk bersantai dan memborong semua seri komik favoritnya.

Kim Roksu membawa dua tamunya naik ke lantai dua di mana kamarnya berada. Mereka memijak tiap anak tangga pualam berbentuk melingkar yang dilapisi karpet hitam. Arsitektur kediaman yang dibungkus kontemporer ini mayoritas dihiasi kilauan warna putih, emas dan hitam—sebuah penyatuan warna yang menciptakan kemewahan dan kesan glamor yang kuat di mata para tamu.

Han Yujin sejenak mengagumi kandelir yang menggantung di langit-langit tangga. Matanya tak henti menyisir sekitar. Meski begitu, kakinya tetap patuh mengekori Tuan Rumah.

"Hei, jangan berkeliaran sembarangan di rumah orang," tegur Han Yujin menarik lengan Kim Dokja yang malah berbelok ke lorong lain ketika Kim Roksu jelas beranjak maju.

Kim Dokja berdecak, menepis tangan Han Yujin. Diarahkannya dagu ke arah lorong yang hendak ditujunya membuat Han Yujin akhirnya memahami apa yang hendak Kim Dokja lakukan.

Di ujung lorong tersebut, sebuah pigura foto keluarga terpajang memenuhi dinding.

Dengan begitu, dua tamu yang diselimuti rasa penasaran akhirnya kalah di bawah besarnya keingintahuan mereka. Keduanya meninggalkan jejak Kim Roksu dan justru menuju foto keluarga.

"Ternyata dia punya banyak saudara," gumam Han Yujin tak menyangka ketika melihat keluarga itu.

Keluarga tersebut mengenakan pakaian bernuansa hitam dan putih. Kim Roksu dalam balutan jasnya berdiri tegap berdampingan seorang pemuda berambut merah. Di depan mereka duduk sepasang suami istri berambut coklat. Di samping sang suami, seorang anak laki-laki yang tampak berusia dua belas atau tiga belas tahun dengan rambut coklat gelap menampilkan wajah tenang. Sedangkan berdiri di sisi sang istri, seorang gadis kecil berambut sebahu tersenyum manis. Si gadis kecil tampak seperti duplikat ibunya, sama-sama memiliki rambut coklat dan warna mata biru yang cerah.

Kim Dokja mengernyit. "Bukankah foto ini aneh?"

"Apa?"

"Roksu tidak mirip ayah ataupun ibunya."

Setelah diperhatikan seksama, Han Yujin mengakui kebenaran itu. Dia menunjuk ke depan. "Tapi pemuda berambut merah yang berdiri di sampingnya juga tak mirip dengan siapa pun."

"Coba perhatikan lagi. kalau dipandang seksama, biar pun si rambut merah kurang mirip tapi dia masih punya karakteristik wajah yang sekilas tampak serupa dengan ayahnya. Setidaknya, mereka semua terlihat seperti keturunan Barat, hanya Roksu yang punya paras khas Asia."

"... Itu benar." Han Yujin akhirnya menemukan poin yang penting. Satu argumen mendadak terpetik dalam benaknya, "Apa mungkin dia anak angkat?"

"Kau akhirnya menggunakan otakmu dengan benar."

Pujian itu tidak akan gagal memenangkan kepuasan di hati Han Yujin andai saja itu dilontarkan oleh Kim Dokja.

Kedua tamu yang berkeliaran seenaknya sempurna membeku. Mereka perlahan menoleh ke belakang sambil berbagi tawa hambar.

"Maaf," ujar Kim Dokja dan Han Yujin serempak mengakui kesalahan mereka.

"Sudah puas melihat-lihat?"

Han Yujin menyikut Kim Dokja, menyalahkan situasi tak menyenangkan ini pada temannya.

"Jangan menyalahkanku, kau yang lebih semangat tadi," desis Kim Dokja tak terima.

Kim Roksu mengembuskan napas lelah. Dua anak ini benar-benar selalu tahu cara mengusiknya. Pandangan Kim Roksu menyapu sekilas foto keluarganya. Dia akhirnya menjelaskan, "Pasangan itu mengadopsiku sepuluh tahun yang lalu, dulu mereka membutuhkan seorang untuk dijadikan teman bermain putra sulung mereka."

Sebenarnya relasi keluarganya cukup rumit, bukan tidak mau menjelaskan, Kim Roksu hanya malas menceritakannya. Alangkah baiknya jika teman-temannya bisa mengerti itu tapi anak-anak ini pasti tak akan puas kalau tidak diberi penjelasan.

"Intinya, istri pertama pria itu meninggal dan akhirnya dia menikah lagi dengan wanita di foto. Anak berambut merah itu putra bawaan si pria."

Han Yujin mengangguk paham, sekarang dia tahu kenapa si rambut merah tidak terlalu mirip dengan pasangan itu.

"Anak laki-laki itu juga putra bawaan si wanita dari mantan suaminya." Cale menunjuk pada anak laki-laki yang berdiri di samping kepala keluarga. "Sewaktu pasangan itu menikah, usia kedua putra bawaan mereka terpisah lima tahun. Kedua putra itu tidak bisa akur karena si sulung hobi mengerjai adik tirinya dan membuat bocah itu menangis, jadi pasangan itu pun memutuskan mengadopsiku."

Dengan begitu, Kim Roksu menjadi putra keluarga ini.

"Jadi kau seumuran dengan si rambut merah?" Han Yujin memastikan.

"Iya, kurang lebih begitu."

Kim Dokja mengernyit ragu. "Jadi hubungan kalian itu seperti saudara atau teman?"

Pertanyaan tersebut tidak dijawab Kim Roksu. "Dia lebih merepotkan dari itu," lirihnya samar.

Pemuda itu pun berbalik lantas melangkah kembali menuju kamarnya. Han Yujin dan Kim Dokja diam-diam berbagi tatap sebelum mengikuti langkah Kim Roksu tanpa melihat sana-sini lagi.

Mereka pikir Kim Roksu lahir dengan sendok perak di mulutnya, ternyata mereka keliru. Faktanya, Kim Roksu adalah anak adopsi keluarga ini, anggota tambahan yang ditarik dari kehidupan sebatang karanya.

.

.

.

Bersambung.

Sekarang sudah jelas kenapa aku meletakkan nama Kim Roksu sejak awal. Iyap, karena Cale Henituse yang asli punya kehidupannya sendiri.

Kalian tidak akan menemukan Cale pemalas di cerita ini, yang ada hanya Cale arogan bermulut tajam.

Kemudian soal pertimbangan tinggi Kim Roksu, tentunya dia lebih tinggi dari Kim Dokja ataupun Han Yujin, tipikal yang sekali pandang sosoknya bakal dinilai dominan.

Begini kira-kira:

— Han Yujin: 175 cm
— Kim Dokja: 176 cm
— Kim Roksu: 182 cm

— Sung Hyunjae: 197 cm
— Yoo Joonghyuk: 184 cm
— Alver Crossman: 183 cm (aslinya 179 karena Cale itu 177) tapi kusesusaikan kembali karena di fanfiksi ini pasangan Alver itu Roksu bukan Cale.

Kalau dibayangin lucu juga, ya.

Yujin yang mungil malah ketemu Hyunjae yang mirip gapura kabupaten, sedangkan Alver yang  paling pendek di antara seme malah ketemu pasangan yang tinggi. JoongDok berdiri di antara mereka sebagai pasangan yang jaraknya terlihat pas.

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang