55: Pindahan

164 57 5
                                    

Kim Roksu mengoper ke belakang pada Lee Hyunsung yang duduk di punggungnya selembar jadwal pelajaran yang baru. Sepasang iris coklatnya membaca seksama pembagian jadwal serta nama guru yang mengajar.

Cho Youngran hendak menyampaikan beberapa hal lagi sewaktu ponsel yang dia letakkan di atas meja bergetar. Wanita itu lebih dulu berkata, "Kalian semua, tetap duduk dan jangan membuat keributan. Ibu punya urusan sebentar. Ketua Kelas, tolong pastikan tidak ada yang meninggalkan kelas."

Dengan demikian, Cho Youngran beranjak pergi setelah meraih ponselnya. Dia mengangkat panggilan tersebut sambil berjalan ke luar pintu.

Kim Roksu memanfaatkan kepergian gurunya untuk menggunakan handphone miliknya dengan bebas. Dia belum bertanya pada ibu angkatnya, kapan sekiranya wanita itu berniat menemui wali kelas? Sebab Violan tampaknya punya banyak kesibukan belakangan ini dan selalu tertunda datang ke sekolah Kim Roksu.

"Roksu." Lee Hyunsung mengetuk punggung teman di depannya menggunakan ujung tumpul pensil dalam genggamannya.

"Iya?" Kim Roksu menoleh sepintas menunjukkan dia mendengar panggilan tersebut.

"Buku latihan soal yang pernah kau pinjamkan padaku, bolehkah aku meminjamnya lagi nanti?"

"Buat apa? Bukannya kau sudah beli juga?"

"Ada beberapa soal yang tidak kumengerti dan aku mau lihat jawabanmu," jawab Lee Hyunsung jujur.

Kim Roksu tipikal yang malas mencatat jawaban soal di buku berbeda jadi dia selalu menulis jawaban serta cara penyelesaiannya di satu buku dan karena kebiasaannya itu, Kim Roksu jadi selalu menggunakan metode pengerjaan yang paling mudah dan ringkas. Hal inilah yang disukai Lee Hyunsung. Belajar dari jawaban Kim Roksu lebih mudah dibanding melihat contoh soal yang pengerjaannya terlalu bertele-tele di buku pelajaran.

Kim Roksu memberi anggukan setuju. "Oke, besok kubawakan."

"Terima kasih."

Kim Roksu tidak membalas lagi, perhatiannya kini diserap oleh pertukaran pesan yang dilakukannya dengan ibunya. Violan telah menjawab jika dia tak bisa datang hari ini karena ada kepentingan mendesak, wanita itu menjelaskan bahwa dia sudah mengabari wali kelas Kim Roksu dan mengatur jadwal temu minggu depan bila tiada lagi halangan. Setelahnya, dia bertanya apakah putranya punya kesibukan hari ini?

Tak berselang lama, Cho Youngran kembali membuka pintu kelas. Wanita itu melangkah masuk sambil menyisir pandangan ke seisi ruangan, memastikan jumlah siswanya tidak berkurang. Biasanya ada-ada saja yang pergi izin jika dia tidak ada di tempat.

Nyatanya, tak ada yang berani izin karena Ketua Kelas baru adalah Yoo Joonghyuk bukan Lee Hyunsung yang baik hati. Belum izin saja mereka sudah takut duluan.

Kim Roksu menurunkan ponselnya ke laci, menundukkan kepalanya agar tidak terlalu menarik perhatian. Dia sudah menjawab jika tidak ada kesibukan apa-apa hari ini dan ibunya membalas lagi, kini wanita itu meminta agar Kim Roksu bisa meluangkan waktu menghadiri sebuah acara pesta malam ini.

"Han Yujin, apa yang kau lakukan di sana? Duduk kembali ke kursimu," tegur Cho Youngran melihat Han Yujin ada di kursi paling belakang sedang beradu cekcok lewat bisikan dengan Kim Dokja.

Han Yujin berjalan gontai kembali menuju kursinya. Dia belum pernah merasa kesepian di kelas dibanding hari ini.

Walau benak Kim Roksu sedang berpikir bagaimana harus menolak permintaan ibunya, tangannya tetap mengetikkan pertanyaan baru, pesta apa yang harus dia hadiri? Apakah dia harus datang sendiri?

"Kenapa berdiri saja di sana? Ayo masuk," tukas Cho Youngran menoleh ke arah pintu.

Mengikuti keheranan banyak orang, seorang pemuda melangkah masuk ke kelas. Dia mengenakan seragam sekolah yang sama dengan semua yang siswa di kelas itu kenakan.

Suara terkesiap terdengar dari beberapa siswa terutama perempuan.

Kim Roksu mengerutkan kening mendapati jawaban ibunya yang menyebutkan bahwa itu adalah sebuah pesta perjamuan yang diadakan seorang teman dekat ayahnya. Kim Roksu tentu tidak akan datang sendiri karena seluruh keluarganya juga berencana hadir.

Jika begini, dia tidak bisa menolak pergi.

"Siswa pindahan di tahun akhir begini?" Yoo Myeongwoo berdecak pelan.

Baru setelah mendengar itu, Kim Roksu menoleh pada teman semejanya. Dia akhirnya tersadar jika atensi seluruh kelas tengah memusat ke satu titik. Secara naluri, Kim Roksu ikut menoleh ke depan, satu langkah yang segera mendetakkan hatinya pada gelombang perasaan rumit.

Di depan kelas, seorang pemuda kini berdiri.

Parasnya terhitung tampan dan menarik perhatian, dia tak terlihat seperti keturunan Asia murni, melainkan punya nuansa darah campuran yang kental. Rambutnya berwarna coklat gelap dengan sepasang mata yang tampak seperti batang kayu. Di dalam kelas yang diisi oleh sekelompok siswa berkulit putih, pemuda itu tampak begitu mencolok dengan kulit tan yang khas.

"Ini adalah teman baru kalian, dia pindahan dari Trinity High School New York," ungkap Cho Youngran lantas menyerahkan sebuah spidol pada anak didik barunya. "Silakan tulis namamu dan perkenalkan dirimu."

Siswa pindahan tersebut menerima spidol kemudian menuliskan namanya di papan. Dia tidak menggunakan huruf hangeul, tetapi menuliskan langsung menggunakan abjad.

Alver Crossman

"Saya Alver Crossman. Saya mungkin tidak memiliki darah keturunan Korea di nadi saya tetapi saya tumbuh besar di negara ini. Setelah menempuh pendidikan beberapa tahun di luar negeri, saya merasa bahwa tempat ternyaman saya selalu menjadi negara ini jadi saya memutuskan pulang dan selanjutnya terus belajar di Korea. Mohon bantuannya untuk ke depannya."

Pemuda itu membungkuk sedikit sebagai salam sopan.

Kesan yang diberinya sungguh mengagumkan, terlebih dia sangat fasih dalam pelafalan bahasa Korea. Dipadukan senyum ramah serta wajah yang menawan, kesan orang-orang padanya jadi semakin meningkat.

Jika ada orang yang tampak menunjukkan ketidaksukaannya dengan terang-terangan, maka Kim Roksu jadi satu-satunya.

Pandangan pemuda itu mendingin. Jika Han Yujin berada di sampingnya maka sudah pasti Han Yujin bergidik takut sebab tatapan Kim Roksu sangat tidak menyenangkan saat ini.

Sedari awal, tatapan Alver juga tak pernah lepas pada satu titik. Semakin Kim Roksu tampak terganggu, semakin lebar pula senyum di bibirnya hingga Alver seolah ingin tertawa detik ini juga. Beruntung, dia masih sangat waras dan tahu tempat.

"Mulai sekarang Alver akan jadi bagian dari kelas ini. Ketua Kelas, tolong bantu Alver ke depannya jika dia kesulitan." Cho Youngran menepuk lembut punggung pemuda itu. "Kau bisa duduk di sana, di samping Han Yujin."

Cho Youngran berniat memulai pelajarannya ketika Alver angkat suara, "Bolehkah saya memilih tempat duduk sendiri?"

Pertanyaan mendadak itu menuai keingintahuan Cho Youngran. "Kenapa kau ingin memilih tempat duduk? Apa ada siswa di sini yang kau kenal?"

Alih-alih menjawab, Alver lebih dulu memasang raut bermasalah. "Saya baru tiba di Korea beberapa waktu lalu, banyak hal yang masih terasa asing setelah lama saya tinggalkan. Jika diizinkan, saya ingin duduk di samping orang yang dekat dengan saya."

Memikirkan bahwa siswa baru ini merupakan keturunan asing serta sudah lama sejak dia bersekolah di Korea, maka Cho Youngran setuju memberinya kompromi.

"Baiklah, dengan siapa kau ingin duduk?"

Senyum Alver mengembang lega. Dia segera memusatkan pandangannya kembali menuju satu orang. "Kim Roksu. Saya mau duduk di sampingnya."

Bagi Kim Roksu, pernyataan itu terdengar lebih buruk dibanding kutukan mana pun.

.

.

.

Bersambung.

Anjing gila kesayanganku di sini.

[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang