Seusai hampir dua jam bermain, Han Yujin kini merasa sekujur tubuhnya menyerukan lelah. Dia duduk dengan kaki diluruskan ke depan.
"Mana Roksu?" Kim Dokja yang sedari tadi mencari kehadiran temannya tidak kunjung bisa menemukan sosok serba putih yang duduk di tribun selama permainan mereka berlangsung.
"Dia ditarik Soo Hyuk-sunbae entah ke mana," sahut Lee Hyunsung menjawab.
Han Yujin menimpali, "Dia pasti akan segera kembali, Roksu mana betah diajak keliling. Sudah pasti dia mengeluh capek."
Yoo Myeongwoo datang membawa sekantung plastik berisi minuman dingin. Dia membagikannya lebih dulu pada kelompok mahasiswa dan senior baru beranjak menuju teman-teman seangkatannya.
"Roksu itu unik, ya. Dia tampak seperti pekerja keras tapi kalau sedang tidak bekerja, dia persis pengangguran malas," ujar Yoo Myeongwoo yang kebetulan datang saat teman-temannya membahas Kim Roksu.
Semua orang terlihat sependapat dengan argumen itu. Han Yujin dan Kim Dokja bahkan mengangguk serempak. Mereka berdua yang paling sering mendampingi pemuda itu di sekolah jadi tak ada yang lebih memahami tabiat malas Kim Roksu selain mereka.
"Aku mau kopi," gumam Kim Dokja kecewa tidak menemukan kopi di antara minuman yang dibeli Yoo Myeongwoo.
Lee Hyunsung menawarinya pergi membeli di kafe yang terletak di kisaran kampus. Setelah tahu jaraknya hanya sekitar lima menit jalan kaki, Kim Dokja setuju.
"Yujin, kau mau juga?"
"Tidak, ah. Kau saja. Aku akan menunggu di sini."
Dengan begitu, Kim Dokja meninggalkan area lapangan. Tak berselang lama, beberapa teman dari kelas lain pamit undur diri. Mereka berencana pergi karaoke, tak lupa mengajak Han Yujin dan Yeo Myeongwoo tetapi ditolak oleh keduanya.
"Bersenang-senanglah!" Han Yujin berbagi high five singkat dengan mereka. "Kenapa kau tidak ikut dengan mereka?" tanya Han Yujin kemudian pada Yoo Myeongwoo saat tersisa mereka berdua anak SMA yang masih ada sekitar di lapangan.
Yoo Myeongwoo menggeleng pelan. "Habis ini aku berencana pulang, ada acara keluarga."
"Lalu kenapa kau masih di sini?"
"Menemanimu." Yoo Myeongwoo mendudukkan dirinya di samping Han Yujin. "Aku akan kembali saat Kim Roksu atau Kim Dokja sudah datang."
Han Yujin menyeringai kecil atas perhatian itu. "Kau melakukan hal yang tidak perlu."
Yoo Myeongwoo tidak keberatan dengan itu. Dia membuka tutup botol air mineral kemudian meneguknya, sisa air yang tidak habis dibiarkannya membasuh kepalanya.
"Hei, Myeongwoo."
"Hm?"
"Apa kau punya teman dari SMA Daepyung?"
"Hah?" Yoo Myeongwoo mengangkat kembali mengusap rambutnya yang basah saat dia menjawab, "Ada, kenapa memangnya?"
"Aku mau menemui seorang alumni dari sana."
Han Yujin telah memikirkan hati-hati di benaknya dan dia akhirnya memutuskan untuk menemui langsung gadis bernama Na Bori itu. Meski Han Yuhyeon sudah berjanji akan menjaga pergaulannya tetapi Han Yujin masih dibenami khawatir. Dia ingin mencari tahu sejauh mana adiknya pergi bermain.
Yoo Myeongwoo menarik ponselnya dari saku. Dia berencana menghubungi seorang temannya. "Siapa namanya? Biar kutanya temanku."
"Na Bori." Han Yujin menoleh. "Sunbae itu sepertinya lulus dua tahun yang lalu."
~
Kim Dokja duduk di salah satu meja kafe yang kosong sambil menunggu Lee Hyunsung mengantre minuman. Dia mengirim pesan pada Kim Roksu, bertanya pemuda itu di mana dan apa dia mau dibelikan kopi juga? Tak lupa Kim Dokja memotret suasana kafe untuk menunjukkan di mana dirinya sekarang.
Balasan datang tak lama kemudian, Kim Roksu menolak dibelikan apa-apa, menyampaikan dia tidak haus dan turut bertanya kembali di mana Han Yujin.
Kim Dokja sedang mengetikkan pesan balasan ketika dia mendengar suara seorang gadis yang terdengar kesal.
"Aku tak mau lagi datang ke toko itu dan Oppa juga jangan sampai menginjakkan kaki lagi di sana! Kalau ada perempuan yang mendekatimu, tinggalkan saja mereka!"
"Kau terlalu berlebihan."
"Apanya yang berlebihan?! Jadi Oppa senang dikerubungi mereka?"
"Aku tidak bermaksud begitu."
"Makanya dengarkan aku! Oppa, kau tidak tahu bagaimana perempuan! Apa lagi seperti kucing liar tadi. Sekali diberi perhatian, dia pasti terlena dan menganggap dirinya satu-satunya yang diistimewakan olehmu. Aku benar-benar tidak terima itu."
Kim Dokja fokus mengetikkan pesan sambil sedikit tersenyum mendengar obrolan dua orang yang dikiranya sepasang kekasih. Dia baru akan mengirim pesannya saat panggilan masuk datang dari Kim Roksu.
"Apa nama kafenya?" tanya Kim Roksu dari seberang panggilan tanpa basa-basi.
Kim Dokja mana ingat namanya. Dia lekas beranjak bangkit berdiri, memutar langkahnya ke belakang untuk menemui pegawai kafe dan bertanya apa tepatnya nama kafe ini. Namun, perpindahan mendadaknya membuat pihak lain yang kebetulan hendak melewati mejanya jadi tak sengaja menabrak dirinya.
"Ah, maaf." Kim Dokja spontan menarik langkah mundur. Saat tatapannya terangkat ke atas, dia beradu tepat dengan sepasang obsidian gelap dan dingin. "Joong ... hyuk?"
Yoo Joonghyuk terkejut, tidak menyangka menemui Kim Dokja di sini dari sekian banyak kesempatan.
Yoo Mia di sisinya ikut menoleh. "Oppa, temanmu?"
"Dokja-ah?" Suara Kim Roksu yang memanggil di teleponnya menyadarkan Kim Dokja kembali.
"Ah, aku tidak tahu nama kafenya. Sebentar, aku baru mau cek."
Saat itu pula, Yoo Mia menyahut, "Greenish Cafe. Nama tempat ini Greenish Cafe," ujarnya memberitahu. "Bagaimana bisa kau datang ke sini tapi tidak tahu apa nama tempat yang kau datangi?"
Kim Dokja berusaha mengirim senyum pada gadis muda itu. "Greenish Cafe," katanya menyampaikan ke Kim Roksu.
Namun, Kim Roksu tampaknya sudah tak peduli lagi dengan nama kafe itu. Dia bergeser mempertanyakan hal lain saat tak sengaja mendengar gumaman Kim Dokja sebelumnya kala menyebut nama teman sekelas mereka. "Yoo Joonghyuk ada bersamamu?"
"Dia kebetulan ada di depanku sekarang," jawab Kim Dokja menahan desisan dalam hati.
"Berikan ponselnya, ada yang ingin kubicarakan dengannya."
Kim Dokja tidak tahu apa urusan Kim Roksu dengan orang ini tapi dia mengulurkan handphonenya ke depan tanpa banyak pertimbangan. "Roksu ingin bicara denganmu."
"Aku tidak ingin bicara dengannya," jawab Yoo Joonghyuk dingin lalu beranjak melewati Kim Dokja.
Namun, Yoo Mia tidak membiarkannya. Dia menarik lengan kakaknya kuat-kuat terlebih saat mendengar nama Roksu. "Oppa! Bagaimana bisa kau mengabaikan Roksu-oppa! Kau tak boleh begitu padanya."
Yoo Mia merampas ponsel di tangan Kim Dokja menggunakan tangan kanan sedang tangan kirinya bersikeras menahan kakaknya. "Halo, Roksu-oppa, ini Yoo Mia. Kalau ada hal yang ingin kalian bicarakan, lebih baik berbincang langsung tatap muka saja. Kami akan menunggumu di sini," tukasnya terdengar riang.
Tanpa menunggu jawaban, Yoo Mia mematikan panggilan itu dan memamerkan senyum manis pada kakaknya.
"Jangan memutuskan seenaknya," tegur Yoo Joonghyuk tak senang.
"Aku sudah terlanjur melakukannya. Kau tak akan meninggalkanku di kafe ini sendiri, kan? Kalau Oppa sampai tega melakukannya, aku akan melaporkannya pada Ibu kalau Oppa menindasku."
.
.
.
Bersambung.
:3
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Youth (Crossover Holy Trinity)
FanfictionKim Roksu selalu mempertahankan dirinya dalam batas yang bisa diterima oleh siapa pun, membangun kehidupan yang dianggapnya ideal bagi semua pihak. Akan tetapi, kepulangan Alver Crossman justru menggoyahkan seluruh tatanan sempurna yang sudah dibang...